Rizal 22 • Nano-Nano, More

9K 1K 14
                                    

Sekali waktu aku pernah mendengar bahwa tidak semua kebiasaan itu benar dan kebenaran itu harusnya dibiasakan. But the problem is keluar dari sebuah kebiasaan tidak semudah membalikkan telapak tangan, kan? Apa yang biasanya orang lakukan dalam hidup mungkin sebenarnya adalah hal yang harusnya tidak dilakukan karena tidak men-develop diri sendiri, namun tidak bisa serta merta mengubahnya karena itu sudah menjadi kebiasaan. Padahal sadar betul bahwasanya ada kegiatan lain yang harusnya lebih bermanfaat untuk dibiasakan.

Jika dikaitkan dalam konteks menjalin sebuah hubungan, membiasakan kebenaran juga harusnya diprioritaskan. Layaknya porsi take and give yang balance, membiasakan untuk memberi kabar bukan menjadi kewajiban seorang wanita melainkan baik laki-laki maupun perempuan punya kewajiban yang sama. Saling memberi kabar sebagai bentuk komitmen yang menunjukkan keseriusan dan bukan hanya satu pihak saja yang harus terus-terusan menjadi inisiator untuk menanyakan kabar terlebih dahulu.

Memberi dan menerima dalam porsi yang sama nyatanya berpengaruh terhadap hubungan. Jika hanya satu orang yang terus-terusan memberi sementara satu orang lainnya hanya ingin menerima, bukankah jadinya hubungan hanya diperjuangkan oleh satu pihak saja?

To: Mbak Pacar
Mbak, gabut

Aku lagi ikut acara makan siang bareng kolega, tapi nggak ada hiburan

Aku menuliskan pesan tersebut kepada perempuan yang sedang kesal padaku. Kesal perihal kejadian sehari yang lalu saat aku mengenalkannya secara tidak langsung kepada mama karena menurutnya keputusanku telah mencoreng nama baiknya di hadapan keluarga. Menurutnya dia jadi tidak bisa membangun citra yang baik karena kekonyolan yang aku lakukan.

Jadilah sejak peristiwa itu dia benar-benar mengabaikanku, dan bahkan tidak menjawab pesan-pesan yang aku kirimkan untuk memberitahu bahwa dia masih marah terhadap pacar kelewat tampannya ini. Hanya membiarkannnya bercentang biru hingga aku terlihat begitu ngenes karena kolom percakapan hanya dipenuhi dengan pesanku yang sengaja tidak dibalasnya sama sekali.

To: Mbak Pacar
Kalo bales chat aku sekarang aku kasih hadiah saham, Mbak.

Aku tahu pasti bahwa Jeje orangnya tidaklah matrealistis, namun sangat realistis. Jadi jika nanti dia menerima permintaan maafku setelah ku tawari hadiah beberapa persen saham, maka aku hanya akan mengatakan bahwa dia adalah perempuan yang cerdik karena bisa melihat peluang dengan sangat baik. Perempuan yang pintar karena bisa mencari manfaat besar dari sebuah permasalahan yang sedang dihadapi.

Perempuan yang menjadi tipe idealku karena selain cantik dia juga dianugerahi otak yang pintar.

From: Mbak Pacar
Berapa persen, Mas?

Aku menarik sudut bibirku untuk ke samping. Merasa senang bahwa keputusan yang aku lakukan sudah tepat hingga pesanku kembali di balasnya.

To: Mbak Pacar
Maunya berapa?

From: Mbak Pacar
Lima persen, tapi langsung aku jual lagi ke kamu ya!

Tolong hasil penjualannya disumbangkan dan bukti transfernya kirim ke aku, Mas.

Senyumku kian lebar setelah membaca pesan singkat balasannya. Perempuan yang menjadi pacarku ternyata tidak hanya cantik dan pintar, tetapi juga memiliki hati yang baik dan peduli terhadap banyak orang.

To: Mbak Pacar
Deal

Backstreet [2]Where stories live. Discover now