Part 16

3K 160 22
                                    

"Elsa.."

Aku menoleh kearahnya "Ada apa?"

"Kau mau laki-laki atau perempuan?"

Aku mengerjapkan mata berkali-kali untuk menjernihkan pikiran ku. Greyson menahan kepalanya dengan sebelah tangannya. Ia menarik selimut ke tubuh ku lalu mengusap lembut wajahku.

"Aku bahagia bisa memiliki mu seutuhnya." Ia membelai lembut rambutku. Aku pun bergeser lebih mendekat kearahnya. Dekupan jantung ku sedikit meningkat ketika tubuh ku bersentuhan langsung dengan tubuhnya tanpa sehelai benangpun. Greyson menautkan jemarinya pada jemariku, membuat cincin pernikahan kami berkilau terkena cahaya lampu yang menerobos dari sela-sela jendela.

*****


Bangun di pagi hari dengan suasana yang berbeda dan kondisi yang cukup berantakan. Ku gerakan sedikit kaki ku dan seketika rasa nyeri mulai merasuki diriku. Aku meringis kecil, mencoba menegakan tubuh. Sinar matahari yang masuk kedalam kamarku membuat ku dapat melihat dengan jelas bercak darah yang berada di atas sprei tempat tidur ini.

Sudut tempat tidur ku bergerak, Greyson tiba-tiba mengecup pundak ku yang hanya di tutupi oleh selimut.

"Selamat pagi," sapanya dengan suara bangun tidur.

Aku mengusap lembut wajahnya dan kini ia menatap kearah bercak darah itu.

"Kau benar-benar masih-"

"Kau pikir apa?!" jawabku ketus.

"Aku hanya bercanda sayang haha," Greyson mengacak-ngacak rambutku.

"Aku akan pergi mandi,"

"Tidak mau bermain dengan ku dulu?" tanyanya dengan wajah cabul

Aku pun menjawab dengan memelototi Greyson yang kini memajukan kedua bibirnya.

Membasuh diri, aku jadi membayangkan kejadian semalam dimana Greyson berada di atasku. Rasa perih pada area sensitive ku sudah berkurang. Selesai membasuh diri, aku merapikan tempat tidur yang berantakan karena ulah ku dan Greyson semalam.

Greyson masih berada di dalam kamar mandi. Jadi ku putuskan untuk membuat sarapan untuk kita berdua.

Sekarang aku harus mengatur ulang semua kebutuhan ku yang semula hanya untuk ku. Aku harus mengatur ulang pengeluaran karena, Greyson masih belum mendapatkan pekerjaan.

"Mencatat apa?" suara Greyson menganggetkan ku. Segera ku tutup buku catatan kecil ku lalu menatapnya yang kini sedang menyesap teh hijaunya.

"Tidak ada," aku tersenyum "Jadi, kapan kau akan mendapatkan pekerjaan baru?"

Ia menggigit roti panggang dengan gigitan besar "Secepatnya. Tapi-"

"Apa?"

"Jika aku mendapatkan pekerjaan di tempat lain, maukah kau ikut dengan ku?"

"Tentu. Selagi aku bisa bekerja di butik."

"Tapi, kita akan segera pindah ke New York."

Aku diam. Ada sedikit rasa sedih untuk meninggalkan Elena. Karena, aku berhutang banyak padanya.

"Aku tidak yakin bisa meninggalkan Elena," suaraku mengecil di ujung. Greyson meremas jemari ku "Jangan khawatir, kau masih bisa bertemu dengannya."

"Tapi...Aku harus membantunya di butik,"

"Elsa, karyawan Elena sekarang sudah banyak. Tidak seperti ketika kau bekerja di Norman. Kau banyak melewatkan peristiwa ketika Elena terpuruk dan sukses sampai sekarang."

The Journey [Greyson Chance Love Story]Where stories live. Discover now