Part 23

1.6K 126 9
                                    

Aku berusaha meraih lengan Greyson, namun usaha ku sia-sia karena langkahnya yang cepat mendahuluiku.

"Greyson, ku mohon jangan salah paham," Ia berhenti, lalu memutar tumitnya kearahku. Aku melangkah perlahan mendekatinya "Maafkan sikapku, ku mohon," rengek ku padanya. Tatapannya yang semula menajam kini melembut "Aku mencintaimu. Tidak ada yang bisa menggantikan posisimu dihatiku sekalipun ia pria yang kaya raya," Greyson mengalihkan pandangannya dariku kemudian menatapku lagi. Aku masih diam menatapnya yang kini terlihat lebih tenang. Dalam sekejap, ia langsung menarik ku kedalam dekapannya. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat menerpa tengkuk leherku. Ku usap perlahan punggungnya dan kini ia menciumi pipi ku seperti aku ini adalah seorang bayi.

Greyson masih tidak banyak bicara, jadi sebaik mungkin aku menjaga sikapku agar tidak terjadi kesalah pahaman lagi. Ku tunda pekerjaanku dan membiarkan waktu ku ini untuk berdua dengannya karena ku akui, kami sudah jarang menghabiskan waktu bersama. Akupun bisa merasakan perubahan pada diri Greyson.

"Bagaimana harimu?" tanyaku sambil memposisikan kepala diatas lengannya.

"Melelahkan,"

Aku berdeham kecil "Aku ingin membicarakan hutangmu," Greyson melirik ku dari balik bulu matanya "Aku ingin segera melunasi hutangmu,"

"Kau tidak bisa melunasi semuanya, Elsa."

"Mengapa tidak?"

"Karena itu tanggung jawabku,"

Aku mendecak kesal "Aku sudah bekerja dan tujuanku bekerja adalah untuk membantumu. Itu sama sekali bukan masalah bagiku,"

Greyson diam. Tatapannya lurus memandang langit-langit kamar kami.

Greyson's POV

Elsa diam, akupun juga diam. Entah mengapa suasana hatiku sedang tidak karuan semenjak melihatnya pulang bersama boss-nya itu.

"Grey?"

"Hmm?"

Tubuhnya bergerak dan kini dagunya sudah berada diatas dadaku "Ada pameran untuk peluncuran mobil terbaru bulan ini dan aku menjadi salah satu crew untuk melaksanakan acara ini," Pandanganku kini terfokuskan padanya "Aku—" Elsa nampak sedang bingung "Kau kenapa?" Ia menghela nafas "Aku harus pergi selama tiga hari ke Colorado. Apa kau keberatan?" Aku masih diam sambil memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjawabnya. Sejujurnya, aku ingin melarangnya namun bayang-bayang dimana ia terlihat sangat terpukul ketika Brody dibawa oleh orang tua kandungnya, membuatku berpikir dua kali untuk melarang Elsa pergi. Selama ia masih jujur padaku, kurasa tidak ada salahnya.

Meluruskan kedua lengan, aku pun membungkus tubuh mungilnya yang sedang berada diatas tubuhku "Jaga dirimu baik-baik,"

Elsa menjerit tertahan, ia memeluk ku serta menciumi setiap inchi wajahku. Akupun tak bisa menahan tawaku. Aku benar-benar merindukannya, merindukan saat-saat berdua bersamanya seperti sekarang. Pikiran ku entah melayang kemana, aku sedang memikirkan keluargaku dan dalam waktu yang bersamaan juga memikirkan pekerjaanku. Jauh dilubuk hatiku yang terdalam, aku merindukan Ibuku. Aku merindukan ciuman hangatnya yang selalu ia berikan padaku. "Sayang, kau kenapa?" Elsa bertanya dengan raut wajah tidak tenang. Aku tersenyum simpul, "Bukan apa-apa," Ia mengerang kecil "Ayolah, ceritakan apa yang terjadi?" ku raih jemarinya lalu menciumi setiap buku-buku jarinya, "Aku hanya memikirkan keluargaku," Elsa berguling menjadi menghadapku "Kau bisa mengunjungi Ibumu selama aku di Colorado," Menggeleng cepat, aku pikir itu bukan ide yang bagus. Kata-kata pedas Ibuku masih terngiang jelas ditelingaku. Perilakunya terhadap Elsa masih tergambar jelas didalam benakku. Sebutlah aku anak durhaka, namun aku benar-benar menyesali perbuatan Ibuku terhadap Elsa.

The Journey [Greyson Chance Love Story]Where stories live. Discover now