"Apa gunanya permen lollipop ini jika hanya dirasakan oleh mulutku, tapi tidak bisa dirasakan oleh seluruh tubuhku?" tanyaku. Saat ini aku berada dibalkon, sendirian, dan gelap.
"Ini adalah neraka-ku. Tak boleh ada satupun orang yang merasakannya!"
Kulirik meja kecil yang terletak di pojokan, kuraih cokelat yang sudah terbuka bungkusnya, hanya tersisa setengah batang.
"Berani menyentuh surga-ku, maka kau harus berani menyentuh neraka-ku, Mama."
Wanita yang berstatus ibuku duduk terikat.
"Katakan selamat tinggal pada duniamu. Good bye."
Ku angkat pistol berisi peluru berwarna pink yang aku warnai menggunakan lipstik-ku, mengarahkannya ke kepala.
Dor!
Kepalaku berlubang bersamaan dengan darah yang muncrat.