16

321 51 2
                                    

Rendi berjalan perlahan mendekati Haekal yang masih berjongkok di sebelah makam Bundanya. Senyuman Haekal sangat palsu, Rendi dapat mengerti itu dari pandangan yang diberikan Haekal.

“Kal, pulang?” tanya Rendi.

Haekal mengangguk, “lo semua duluan aja. Gue nanti nyusul. Gue mau pamit dulu sama Bunda gue.”

“Kal,” panggil Rendra.

“Gue gak akan ngelakuin apapun. Gue janji. Gue cuma mau pamitan sama Bunda.”

“Ya udah, kita tunggu di tempat parkir,” ucap Jeriel lalu mereka berempat pergi meninggalkan Haekal.

Narendra meghela napas, menatap pemakaman dengan sendu. Tidak menyangka bahwa semua ini akan terjadi. Masalah mereka tiba-tiba menghampiri secara bersamaan.

“Gue gak nyangka Tante Lina bakalan pergi secepat ini,” ucap Jeriel.

“Yah, gue kira Haekal juga gak akan nyangka sih. Dan ada satu lagi, jujur gue gak mau bilang ini ke Haekal, karena suasananya gak pas. Gue dapet kabar dari kepolisian tentang Kakaknya Haekal. Katanya kakaknya diduga bunuh diri pas kejadian dia ke tante Lina waktu itu,” jelas Rendra.

“Maksudnya? Kenapa bisa udah ada pendugaan bunuh diri?” tanya Jeriel.

Rendi menghela napas pelan, “ada mayat yang baru ditemuin pagi tadi. Tubuhnya udah gak berbentuk karena ya, lo tau udah didiemin berapa lama di air. Dan polisi ngeduga itu mayat Kakaknya Haekal.”

“Polisi masih ngeotopsi mayatnya sih,” tambah Rendra.

“Gue harap itu bukan Kakak gue,” ucap Haekal yang tiba-tiba saja datang.

“Kal.”

Haekal menghela napas sambil berjalan mendekati yang lain, “walau kelakuan kakak gue udah keterlaluan, gue yakin Bunda pasti gak mau Kakak sampai bunuh diri. Sejahat-jahatnya anak, orang tua pasti maafin kesalahannya.”

“Kal, gue yakin alasan itu bukan cuma karena Tante Lina kan?” tanya Jeriel.

Haekal tertawa pelan mendengarnya, “ngerti aja sih lo? Hahaha”

Rendra merotasikan matanya dan mendengus kesal, “topeng lo udah rusak. Sekarang gak ada alasan atau cara apapun lagi buat lo bohong sama kita.”

“Ya, lo semua bener. Alasannya gak cuma karena Bunda. Tapi gue juga. Gak nutup kemungkinan kalau gue emang kesel, marah dan kecewa sama Kakak gue sendiri. Tapi, bohong kalau gue sampai gak sayang lagi sama dia. Gimanapun dia itu tetep Kakak gue,” ucap Haekal.

Narendra menatap tulus sorot mata Haekal lalu tersenyum kecil, “lo gak mau ngerasa sendiri dan kesepian kan?”

“Na—“

“Gue paham arti pandangan itu Kal, karena kayak yang lo semua tau. Gue pernah ada di posisi itu. Tepat sebelum gue kenal kalian.”

“Kal, kalau itu bener. Lo tenang aja, lo gak akan ngerasa sendiri ataupun kesepian. Lo punya kita, kita temen, sahabat, keluarga lo juga Kal,” ucap Rendi.

“Lo bisa tinggal sama gue Kal, seenggaknya kita gak akan sama sama kesepian kalau di rumah.”

---

“Jadi gitu, berat banget kan Lin?” tanya Rendi sambil tertawa pelan. Memakan rotinya dan memandang ke arah langit.

Lintang menghela napas lalu tersenyum kecil, “semacam ujian pertemanan mungkin?”

“Iya kali, ujian pertemanan sekaligus ujian keluarga. Saking bersahabatnya, sampai masalah keluarga pun datengnya barengan,” ucap Rendi.

Lin, ada Arsyi sama Lilyna, mereka dari tadi nyariin Rendi,” ucap Shaka.

REND - Renjun Lokal [END]Where stories live. Discover now