25

341 53 1
                                    

Jeriel menatap Rendra yang tengah mengemasi barang-barangnya ke dalam tas. Sudah satu bulan semenjak Rendra pindah ke sekolah Rendi untuk mengantikan Rendi. Dan sekarang merupakan jadwal di sekolah Rendi yang mengadakan pertunjukan seni.

Minggu lalu telah diadakan Ujian Akhir, dan sekarang waktunya para murid bersantai. Tapi tidak bagi mereka yang melakukan ujian ulang karena nilai yang masih kurang. Beruntung karena Rendra cukup pintar.

Selama sebulan itu, dia dan juga teman-temannya terus mencari bukti tentang perundungan yang dilakukan pada Rendi sebelumnya. Karena sedikit sulit sebab ketiga temannya yang tidak satu sekolah dengannya, membuat usaha mereka bisa dikatakan sia-sia.

Tapi Rendra tidak akan menyerah begitu saja, dia berencana mengundang teman-temannya ke acara pentas seni sekolahnya.

Tentunya untuk membantu mencari bukti yang mungkin akan dia dapatkan hari ini.

“Ini beneran gak papa kita ke sekolah lo? Masalahnya kan sekolah kita juga ngadain pensi,” ujar Jeriel.

Rendra menghela napas pelan, “lo pada juga gak ikut lomba ini kan? Asli Jer, gue udah eneg deket-deket tu cewek mulu. Refy aja selalu nanya ke gue kenapa gue mandi terus.”

Jeriel tertawa pelan mendengarnya, “Refy gimana? Dia ikut?”

“Lo mau gue di geplak sama dia gara-gara si nenek lampir nemplok gue terus?”

“Jadi selama ini Refy gak tau?” tanya Jeriel.

Rendra menghela napas pelan, “tau. Cuma tetep aja rasanya gak enak. Gimana kalau Refy baku hantam?”

“Iya juga sih. Ya udah. Lo udah beres? Ayo, ke rumah Naren dulu jemput dia sama Haekal. Sekalian ada yang mau gue omongin dulu sama lo.”

“Apa?”

“Nanti aja di sana. Naren sama Haekal juga mau ngobrol.”

Mereka berdua berangkat menggunakan mobil milik Jeriel dengan Jeriel yang mengendarai. Beruntung karena ini merupakan hari pensi, jadi Rendra tidak begitu takut jika gerbang sekolahnya ditutup.

Rendra mengernyit bingung ketika melihat motor yang tidak dia kenali berada di halaman rumah Narendra, “ada orang lain?”

Jeriel mengangguk pelan, “kita masuk dulu Dra.”

Mereka berdua masuk, sudah terdapat Ayah Narendra, Narendra, Haekal dan juga ada Lintang yang sedang berbicara.

“Ayah tinggal dulu ya. Naren, nanti kalau ada butuh apa-apa lagi, kabarin Ayah.”

“Iya, makasih yah.”

“Makasih om.”

Ayah Narendra pergi keluar, pamit untuk bekerja.

“Duduk dulu Dra, Jer,” ucap Narendra.

Rendra duduk di sebelah Haekal, menatap Lintang bingung, “kok lo ada di sini?” tanyanya.

“Gini Dra, sebenernya Minggu lalu gue, Jeri sama Naren udah nemu beberapa bukti yang cukup banyak. Maaf karena gak ngasih tau lo, kita cuma pengen lo fokus dulu sama ujian akhir,” jelas Haekal.

Narendra menghela napas pelan, “lo pengen Rendi tetep dapet rapot kelulusannya kan?”

“Oke gue ngerti. Dan ini Lintang? Kenapa dia ada di sini? Kalian kenal?”

Jeriel mengambil alih, “gue yang sebenernya kenal Lintang, pas gue jemput Rendi dulu tepatnya. Dan Haekal yang ngasih saran supaya kita ngobrol sama Lintang, akhirnya kita ngobrol sama dia dan Lintang jujur kalau dia ada bukti vidio perundungan Rendi dan beberapa fotonya juga.”

REND - Renjun Lokal [END]Where stories live. Discover now