43. Pilihan

7.1K 324 36
                                    

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G
💛

✨✨✨

Putra menunggu Zara di depan Pintu ruang UGD, ia sedari berdoa agar Zara dan calon ponakan nya selamat.

Dirinya nggak mau lagi yang namanya kehilangan, cukup bundanya aja yang pergi. Untuk Zara ia harap nggak, kedua tangan Putra mengepal.

"Kalau Lo cepat cari Zara pasti nggak bakal gini Put. Bodoh, bego Lo Put" batin Putra.

Ia terus menyalahkan dirinya, ia nggak bisa menjaga Zara. "Bunda, maafin Abang. Aku nggak bisa jaga Zara dan calon ponakan aku" lirih Putra.

Nggak lama dokter yang menangani Zara keluar, dokter tersebut menghampiri Putra.

"Keluarga pasien?" Tanya dokter.

"Saya Abang nya dok" jawab Putra.

"Maaf, saya harus ngasih ini ke anda. Anda harus bisa memilih antara ibu atau kandungan pasien. Dan anda harus mendatangi setelah memilih salah satunya" Ucap Dokter itu.

Deg.

Apa katanya? Harus memilih antara Zara atau ponakannya? Bolehkah Putra memilih untuk menyelamatkan keduanya?.

"Kenapa harus satu yang bisa di selamat kan? Anda dokter! Harus bisa menyelamatkan kedua-duanya!" Bentak Putra.

"Kalau kami menyelamatkan keduanya, resikonya semakin besar. Bisa jadi keduanya bisa meninggal dunia" Ucap Dokter tersebut.

Deg.

Putra menggeleng kepala,ia tidak ingin lagi kehilangan. "Bunda, aku bingung. Aku mau menyelamatkan Zara tapi Putra ingat kalau Zara pernah untuk menyelamatkan bayi apapun terjadi. Putra bingung" batin Putra.

Putra menunduk kepalanya, ia mengingat semua apa yang Zara katakan.

"Bang, nanti aku bisa gak ya ngeliat dia lahir?" Tanya Zara sambil mengusap perutnya.

"Bisa kok, adek Abang kan kuat"

"Tapi, aku takut nanti gak bisa ngeliat dia bang" lirihnya.

"Kalo nanti aku gak ada Abang rawat anak aku kaya anak Abang sendiri ya, kalo dia cewek Abang nggak boleh bentak dia. Dan juga kasih nama dia sama kaya Zara ya" sambungnya.

"Kamu ngomong apa sih dek, nanti kita berdua yang ngerawat dia sama-sama." Ucap Putra yang kesal.

"Em..bang kalo nanti ada pilihan, Abang harus pilih aku atau anak aku. Abang pilih anak aku ya" Ucap Zara yang menatap Putra tersenyum.

"Abang pilih kalian berdua, nggak ada yang pilih salah satu!" Kesal Putra.

"Kalo semisalnya Abang" rengek Zara.

"Nggak ada semisalnya, apaan itu!"

"Apa keputusan anda?" Tanya dokter tersebut. Namun Putra masih belum menjawab.

"Abang pilih anak aku ya"

"Abang pilih anak aku ya"

"Abang pilih anak aku ya"

"Abang pilih anak aku ya"

Kata-kata itu terus yang ada di pikiran Putra. "Maafin abang, dek.." batin Putra.

"Saya sudah pilih, tapi kalau dokter bisa. Saya mohon tolong selamatkan adik saya dan anaknya" pinta Putra sambil ngasih kertas tersebut yang ia tanda tangani.

ZARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang