EP 2

6.3K 237 26
                                    

Baca pelan-pelan yaa

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G
💛



Ara yang sedang bermain bersama Clara. Sesekali Ara mengusap dan mencium perut Clara.

Kandungan Clara sudah masuk sembilan bulan. "Aunty, Dede keluar masih lama?" Tanya Ara.

Clara menatap Ara yang sedang mengusap perutnya. Ia tersenyum dan mengusap rambut Ara. "Kata Bu bidan Dede keluar nya masih satu Minggu lagi cantik" Ucap Clara.

Ara mengangguk kepalanya. "Ara nggak sabar mau main sama Dede" Senang Ara.

"Kita main lagi, coba sekarang Ara gambar gunung" titah Clara. "Okey aunty" jawab Ara.

Ara memulai menggambar, tapi saat ia sedang menggambarkan ia melihat Clara yang sedang kesakitan.

"Aunty kenapa?" Tanya Ara takut.

"T-tolong panggilkan uncle s-sayang" titah Clara. Ia merasakan perutnya sakit sekali.

Ara berlari menuju ruangan kerja Putra. Ara langsung menarik baju Putra. "Uncle, perut aunty sakit" Ucap Ara.

Putra yang mendengar itu pun langsung berlari menghampiri sang istri. Ara juga menyusul Putra sambil membawa tas auntynya yang berisi baju bayi.

Entah kenapa Ara membawa tas itu. Putra langsung mengambil tas itu tanpa menatap kearah Ara. Putra langsung membawa Clara ke rumah sakit, dirinya yakin kalau istrinya itu akan melahirkan.

Mobil Putra sudah pergi dari rumahnya, tapi mereka melupakan seorang anak kecil yang masih berada di rumah.

Ya Ara masih di rumah sendirian, ia menatap mobil Putra yang sudah menghilang. Ia sudah memanggil uncle dan auntynya itu tapi keduanya tidak mendengar suara Ara.

"Aunty, uncle" lirih Ara yang masih menatap ke luar.

Kini sekarang sudah sore tapi Putra belum balik ke rumahnya. Ara yang masih duduk di depan pintu rumah Putra.

Ia masih melihat keluar berharap uncle dan aunty sudah pulang namun tidak ada tanda-tanda kalau mereka pulang.

Ara duduk sambil memegang perutnya. Mukanya sudah pucat. "Perut Ara sakit, perih uncle" lirih Ara. 

~~

Pagi hari kedua orang tua Dhafi dan Dhafi pergi ke rumah Putra untuk menemui Ara. Namun saat mereka sampai di rumah Putra, mereka melihat Ara yang tergeletak di depan pintu sambil memegang perutnya.

"ARA!" 

mereka menghampiri Ara dan membangun Ara, tapi semua itu sia-sia. Ara tetap aja tidak bangun. "Ara bangun sayang, hey" Dhafi menepuk pipi Ara.

"Mom, dad. Badan Ara panas banget, muka dia pucat dad" lirih Dhafi. Ia sangat takut sekali Ara kenapa-kenapa.

"Ayo kita bawa Ara ke rumah sakit" Ucap Mommy.

Mereka bertiga membawa Ara ke rumah sakit. Setelah mereka sampai Ara langsung ditangani oleh dokter.

"Dhafi, kamu telpon Putra sekarang juga!" Titah Daddy dingin.

ZARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang