15 - white flower

637 125 7
                                    

Wisnu keluar dari kamarnya bertepatan dengan Adit yang tengah berdiri tepat di depan kamar miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wisnu keluar dari kamarnya bertepatan dengan Adit yang tengah berdiri tepat di depan kamar miliknya. Wisnu yang memang sengaja ingin mencari udara segar di luar merasa sedikit lega melihat keberadaan adik iparnya yang kini sudah kembali.

"Dit.." sapa Wisnu anak itu tidak menggubris.

"Udah makan belom?" tanya Wisnu lagi basa-basi.

"Udah," jawab Adit dingin.

"Yaudah masuk.. langsung tidur. Udah malem juga," perintah Wisnu

"Ga ngantuk."

Wisnu hanya bisa bernapas pelan, menghadapi anak satu ini memang butuh kesabaran.

"Oh."

Wisnu berjalan mendekati balkon diikuti oleh anak itu.

"Kak Erin gimana? Udah tidur?" tanyanya.

Rupanya anak itu masih peduli.

"Udah tuh, habis nangisin kamu."

"Nangis? Kenapa?"

"Khawatir mikirin adiknya."

Kepala Adit menunduk, "Selalu gitu."

Wisnu menoleh menatap Adit, "Udah ya? Marahnya.." pinta Wisnu.

"Siapa yang marah.. cuma kecewa."

"Ya sama aja, malah lebih parah."

"Tapi saya juga kecewa sama diri sendiri."

Alis Wisnu terangkat, "kenapa gitu?"

"Ya jelas lah, saya cowok tapi gak bisa lindungin kakak saya. Cuma bisa jadi beban dia terus."

Wisnu menghela napas pelan, "kata siapa sih kamu jadi beban kak Erin Dit?"

"Ya semua orang juga tau Kak."

Wisnu menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Adit lalu merangkul pundak adik iparnya itu,

"Dit.. mungkin kamu bakal bilang ini basi atau klise tapi beneran deh, kakak kamu itu sudah seberusaha itu loh buat kamu sama ibu. Ya mungkin dia memang salah karena gak bilang yang sebenarnya ke kamu, tapi dia juga punya alasan. Dan alasannya adalah dia gak mau bikin kamu sedih atau malah jadi kepikiran. Karena menurut dia ya, ini sudah jadi tanggung jawabnya."

"Ya saya paham. Itu yang saya gak suka dia selalu aja mikir sendirian, saya kan gak tega."

"Itu juga yang Erin rasain, gak tega kalau sampai kamu tau kondisi dia yang sebenarnya. Intinya kalian sama aja kan? Ga ada bedanya." Ucap Wisnu.

Adit terdiam kemudian membuka telapak tangannya hingga menunjukkan bekas goresan luka pada seluruh telapak tangannya, "Dari dulu saya mau banget bantuin kak Erin kerja tapi dia selalu ngelarang. Bikin saya makin yakin untuk cari uang sendiri."

Wisnu & ErinnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang