16 - (not) feelin' home

530 114 7
                                    

Pemakaman berjalan dengan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemakaman berjalan dengan cepat.

Satu persatu orang mulai meninggalkan tempat ini kembali ke rumahnya masing-masing.
Kini, tersisa Erin, Wisnu dan Adit. Masih sama-sama memandangi nisan milik ibunya yang kini berdampingan dengan milik ayah.

Kemarin mereka masih melihat ibunya tersenyum bahkan harapan untuk sembuh sudah mereka pupuk. Namun sekarang senyum itu sudah menyatu dengan tanah.
Erin sedih, tetapi ia lebih sedih melihat adiknya yang masih sekolah kini tak lagi memiliki ibu dan ayah.

Perlahan tetesan air dari langit satu persatu mulai turun langit yang gelap menandakan akan turun hujan.
Wisnu menyentuh lembut pundak Erin bermaksud mengajaknya untuk kembali ke mobil.

"Ibu sekarang udah gak ngerasain sakit lagi ya Bu.. ibu udah ketemu sama Ayah. Sekarang kalian gak perlu khawatir, Erin dan Adit akan jaga diri baik-baik. Selamat jalan Bu," setelah mengucapkan kata terakhir itu Erin meletakkan bunga anyelir putih di samping nisan ibunya. Sesuai dengan permintaannya.

"Kami pamit ya Bu, Yah.. " ucapnya lagi untuk yang terakhir kali.





Lima bulan berlalu

Semenjak kepergian ibu rumah terasa sangat hambar, sebenarnya semua itu sudah sangat Erin rasakan sejak kepergian Ayah. Ia tidak bisa lagi merasakan 'rumah' yang dulu penuh dengan kehangatan, dimana hanya ada Ayah, Ibu, Adit dan Erin.

Semua kenangan itu masih kental terasa di dalam kepala Erin, kenangan saat ibu masih sehat, saat Ayah masih tertawa bersama mereka, saat Adit masih menjadi anak ambisius yang tiap harinya hanya tahu untuk belajar dan belajar.

Saat Minggu tiba semua sepakat untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Entah menghabiskan waktu di luar untuk jalan-jalan atau hanya sekadar membereskan seisi rumah mengingat Ayah Erin adalah orang yang senang sekali bebenah, bahkan tingkat kesukaannya itu bisa melebihi ibunya yang notabene adalah perempuan.
Suka sekali dengan hal-hal berbau Jerman maka tidak heran jika tiap sudut rumahnya terdapat lukisan atau miniatur berbau Jerman.
Sedangkan ibu selalu mendukung apa yang menjadi kesukaan Ayah.

Erinna selalu takjub karena ketika Ayahnya masih ada debu bahkan tidak akan berani menempel pada lukisan-lukisannya. Tentu kalian akan paham seberapa sering Ayah membersihkan rumah dan bagian dari favoritnya itu. Begitu pun dengan ruang kerjanya, Erin pernah sekali diajak ke kantor tempat Ayahnya bekerja karena saat itu Ibu dan Adit sedang merawat Eyang yang sedang sakit.

Ruangannya begitu rapih dan bersih, tidak ada bekas gelas berserakan setelah minum kopi atau tumpukan kertas yang menjamur tak terjamah.
Semua tersusun rapih pada tempatnya, mejanya mengkilap bagaikan selalu disemir. Terdapat figura kecil di atas meja berupa foto keluarga kecil mereka. Erin, Adit, Ayah dan Ibu yang berada dalam satu frame saling memeluk dengan begitu hangat.

Bagi Erin, Ayahnya adalah sosok laki-laki yang sempurna.
Pekerja keras yang tak malu mengerjakan pekerjaan domestik rumah tangga. Jangan tanya mengenai rupanya, Erin akan tetap berkata bahwa Ayahnya lah yang tampan sedunia.

Wisnu & ErinnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang