19 - sorry

498 96 21
                                    


***

Erin bisa melihat amarah tengah meliputi suaminya, buru-buru ia menggengam tangannya yang terkepal lalu menariknya sedikit menjauh dari keberadaan Morgen.

Ya, Morgen.
Pria itu sepertinya memang ditakdirkan berada dalam lingkaran hidup Erin dan Wisnu.

"Kita urus Luna dulu ya kasihan kalau kelamaan didiemin gini," ucapan Erin itu membuat amarah Wisnu sedikit redam. Kalau tidak ada wanita ini sudah dipastikan wajah Morgen itu sudah menjadi sasaran Wisnu.

Setelah selesai mengurus jasad Luna mereka bersama-sama duduk di ruang tengah untuk menuntaskan masalah ini. Seberusaha mungkin Erin membuat suasana menjadi lebih rileks.

"Ayo diminum dulu.." ucapnya menyediakan jasmine tea untuk keduanya.

Keduanya menyeruput minuman itu sedikit, diawali oleh Wisnu yang mulai membuka suara.

"Langsung aja deh gak usah banyak basi-basi. Lo kenapa bisa ada disini? Yang gue tau rumah lo jauh dari sini."

Morgen terlihat menetralkan nafasnya sejenak, "jadi gue baru aja abis balik kerja ternyata jalanan macet banget. Karena lumayan tau daerah sini jadi gue nyoba cari jalan alternatif terus pas lagi jalan kucing itu lewat dan ya.. gak sengaja ketabrak."

"Kok bisa sih? Lo ngebut?"

"Gua sama sekali ga ngebut."

"Terus? Lo bengong? atau main handphone?"

"Gue emang sempet buka handphone karena ada pesan masuk tapi gak lama."

Alis Wisnu mengerut,
"Mau lama atau sebentar judulnya lo main hp, lo sadar ga kalau itu perbuatan ceroboh?"

"Iya gue tau makanya gue minta maaf gue beneran gak sengaja bikin Luna kaya gini."

"Emang lo pikir maaf aja bisa bikin Luna balik?"

Perkataan Wisnu itu membuat wajah Morgen dan Erin menegang seketika.

"Setidaknya kan Morgen udah minta maaf Mas, kalau soal Luna itu memang udah diluar kendali kita. Lagipula kalau bukan karena Morgen pasti kita masih belum tau nasib Luna gimana."

"Jadi kamu belain dia?"

"Saya gak belain siapa-siapa kok."

"Tapi kalimat kamu jelas membela Morgen bahkan dari tadi kamu berusaha nahan saya biar dia baik-baik aja kan? Kamu masih suka sama dia?"

"Mas Wisnu bicara apa sih? Kita ini lagi bahas Luna bukan saya sama Morgen," ucap Erin dengan nada mulai meninggi. 

"Ya kalau gitu kamu gak ada hak buat nyuruh saya maafin dia, karena ini urusan saya sama dia."

"Ya udah kalau gitu jangan libatin saya dalam hal apapun lagi. Emang dipikir gak capek nyari Luna tiap malem?"

"Oh jadi selama ini kamu ga tulus? Kalau kaya gitu ngapain masih ikut."

Suasana menjadi semakin tidak terkendali, Morgen bingung harus berbuat apa sekarang.

"Ya udah kalau gitu sekarang terserah Mas Wisnu mau kaya gimana, udah Gen kamu mending pulang aja gak afda gunanya juga disini," ucap Erin sembari menarik tangan Morgen untuk segera pergi.

"Eh urusan kita belum selesai ya!!!" Kata Wisnu menunjuk Morgen.

"Maaf Gen suasananya gak memungkinkan banget jadi lebih baik kamu pulang dulu ya," ucapnya yang sudah berhasil membawa pria itu sampai di depan pintu.

"Rin aku bener-bener minta maaf aku ga maksud hilangin nyawa Luna."

"Iya aku paham kok, tapi kamu pulang dulu ya kita selesain dilain waktu." Ucap Erin yang sudah mulai lelah.

Wisnu & ErinnaWhere stories live. Discover now