7

810 84 0
                                    

" Mau kemana?"

Tanya Haechan melihat Mark dengan pakaian rapi masuk kekamarnya.

" Oh mau ngajak Jaemin nyari komik sekalian jalan hehe"

" Oh...."

Haechan menyadari akhir akhir ini Mark menjadi semakin akrab dengan Jaemin, dan ternyata Jaemin dan Mark memiliki hobi yang sama. Mark itu anaknya sangat aktif, menyukai kegiatan diluar rumah sedangkan Haechan lebih suka menghabiskan waktunya di dalam rumah. 

" Haechan ngga ikut?" Tanya Jaemin basa basi, padahal sebenarnya dirinya tidak ingin Haechan ikut bersama mereka. 

" Uhm... ngga deh aku di rumah aja, lagian bentar lagi mau lomba jadi aku harus belajar"

Haechan sebenarnya ingin saja ikut, tapi entah kenapa akhir akhir ini ia sedikit merasa jauh dengan Mark. Haechan tau Mark baik kepada Jaemin karena merasa kasihan padanya, terlebih lagi Mark dan Jaemin itu punya hobi yang sama jadi mereka cocok, hanya saja semenjak mereka semakin dekat, Haechan merasa bukan dirinya yang Mark butuhkan. 

Jika biasanya saat berkunjung ke rumah Haechan ataupun masuk kekelas Haechan, Mark akan berteriak memanggil Mbul atupun Haechan sekarang Mark lebih sering memanggil dan meneriaki nama Jaemin. Haechan bukannya marah Jaemin menjadi dekat dengan Mark, patah hati mungkin? atau Haechan yang tidak terbiasa berpisah dengan Mark?. Entahlah yang jelas Haechan menjadi sedih semenjak Mark dekat dengan Jaemin.

Haechan kembali fokus pada buku soalnya, entah kenapa ia tiba tiba saja ingin menangis, mungkin karena kebiasaan Haechan saat mempersiapkan diri untuk lomba Mark akan menemaninya. Bahkan Mark akan menginap di rumah Haechan karena menemani Haechan yang belajar hingga larut malam. 

Dari meja belajarnya, Haechan bisa melihat dari jendela motor Mark yang sudah pergi menjauh dari pekarangan rumahnya. Haechan merebahkan kepalanya pada buku bukunya. Jujur saja jika Jaemin ingin mengambil alih posisinya sebagai anak, atau bahkan mengambil teman teman kelasnya Haechan masih rela. 

Tapi jika itu Mark...

Haechan sangat tidak rela, hanya saja Haechan itu bukan tipe orang yang mengejar apa yang ia inginkan, Haechan terbiasa untuk mengalah, dan entah kenapa batinnya mengatakan bahwa dalam waktu dekat, jarak antara dirinya dan Mark semakin renggang. Karena sibuk melamun, Haechan pun tertidur dengan air mata yang mengalir. 

.

.

.

Mark beberapa kali menghubungi nomor Haechan, tapi sedari tadi Haechan tidak mengangkatnya,Mark tau anak itu tadi tertidur, bahkan Mark memindahkan Haechan ke tempat tidur karena posisi tidur di kursi itu tidak enak, hanya saja sebentar lagi jam makan malam dan seingat Mark, Haechan belum memasukkan apapun ke dalam mulutnya sejak jam 10 pagi tadi. 

" Hm?"

Setelah hampir 8x panggilan Mark tidak diangkat akhirnya Haechan mengangkat telfon itu 

" Kau sudah bangun?"

" Tidak aku masih bermimpi...."

Mark terkekeh mendengarnya dan Mark juga bisa mendengar suara kekehan pelan dari Haechan

" Maaf membangunkan tidurmu, tapi kau sedari tadi belum makan, itu di meja belajar mu ada banyak camilan, ada cake juga dimakan ya..."

Haechan dengan cepat menatap meja belajar dan ternyata benar ada beberapa kantong belanja di sana.Haechan juga baru sadar ternyata dia berada di atas kasur

" Kau yang memindahkan ku? Kau sudah pulang?"

" Belum... kan kau setiap kali belajar harus ada camilan, jadi tadi sebelum ke mall aku singgah dulu beli beberapa camilan dan mengantarkannya, dan yang ku temukan kau tertidur di meja, jadi ku pindahkan daripada kau mengomel besoknya pundakmu sakit"

Haechan tersenyum tipis, Mark selalu tau apa yang dia mau dan apa yang dia butuhkan. Dan entah kenapa membuat Haechan kembali menitikkan air matanya, akhir akhir ini hatinya selalu menjadi tidak tenang semenjak Mark dekat dengan Jaemin. 

" Mbul? Kau masih disana?"

Haechan dengan cepat mengusap air matanya, mengatur suaranya agar terdengar lebih normal

" Ya... terimakasih... hati hati... nikmati waktumu bersama Jaemin... "

" Eung... jangan lupa makan"

Tut

" Jaemin-ah maaf ya lama yok..."

Ajak Mark setelah mematikan ponselnya. Jaemin hanya tersenyum tipis berusaha menetralkan ekspresinya pasalnya ia  kesal sedari tadi. Padahal Jaemin sengaja mengajak Mark pergi keluar untuk melupakan Haechan, tapi nyatanya baru saja anak itu menghidupkan motornya, ia sudah memikirkan Haechan dan membeli terlebih dahulu camilan itu. Kemudian sedari tadi Mark tidak fokus pasalnya masih memikirkan Haechan yang belum makan. 

.

.

.

" Mbul...."

" Hmm?"

Mark tidak melanjutkan kalimatnya, masih sibuk memandang Jaemin yang tengah bercengkrama dengan teman temannya. Karena Mark yang tidak melanjutkan kalimatnya, Haechan pun melirik Mark, mengikuti arah pandang pria itu dan tersenyum sendu ketika menemukan apa yang menjadi atensinya. 

" Kau menyukainya?"

Tanya Haechan sedangkan Mark hanya mengangkat kedua bahunya pelan

" Aku tidak tau apa itu menyukai seseorang, atau mencintai seseorang...."

Mark menggantung kalimatnya menatap Haechan sebentar dan tersenyum padanya, kemudian kembali menatap Jaemin. 

" Aku hanya ragu, apakah ini rasa karena aku kasihan padanya, iba padanya, atau menyukai wajahnya atau menyukainya karena seorang pangeran, atau menyukainya karena hobi kita sama...."

Haechan mengangguk pelan, ya wajar saja Mark tidak pernah merasakan apa itu yang namanya jatuh cinta atau semacamnya pasalnya seumur hidupnya ia hanya bersama Haechan.

" Lalu.... bagaimana dengan ku"

"Hm?"

" Ya... kenapa kau mau berteman dengan ku... atau kenapa kau baik padaku"

Tanya Haechan, Mark pun menatap Haechan sedikit mengerutkan keningnya kemudian menangkup wajah Haechan cukup kuat membuat Haechan kesal

" Lepwas ngwak!"

Mark terkekeh melepaskan tangannya dari wajah Haechan

" Itu.... itu yang kusuka dari mu"

" Wajah jelek ku?"

" Ya... saat kau kesal lebih tepatnya..."

Mereka saling menatap sinis dan kemudian tertawa bersama

" Dan ini" Tambah Mark membuat Haechan menghentikan tawanya

" Ini?"

" Ya... kau lucu saat tertawa..."

" Heol... kau sedang berlatih untuk mengeluarkan gombalan ya?!"

" Ketahuan ya?"

" Tentu saja bodoh!"

" Kau sendiri? Memangnya tidak pernah menyukai seseorang?"

Haechan terdiam, menatap langit sebentar kemudian tersenyum tipis menatap Mark.

" Hm.... entahlah aku juga tidak yakin"

" Alasannya?"

" Aku tak tau.. aku juga bingung perasaan ku padanya... yang pasti aku tidak ingin kehilangannya..."

" Tenang saja... jika dia meninggalkan mu.. kan ada aku"
Senyum Mark sambil mengelus pelan kepala Haechan

" Hahahah...lalu kau ingin melakukan apa?"

" Hmmm menghajarnya? Karna membuat mbul ku sedih?"

Haechan terkekeh pelan dan Mark tersenyum girang sambil mengelus pelan kepala Haechan kemudian kembali menatap Jaemin, menatapnya dengan mata yang sangat berbinar. Haechan menghela nafasnya, kembali menatap Mark 

Ya... kau harus menghajar dirimu sendiri jika meninggalkan ku....

Karna aku mencitai mu

[COMPLETED] Replaced || MarkhyuckWhere stories live. Discover now