13

958 87 3
                                    

Haechan dan Mark saat ini berada di taman komplek. Haechan sengaja mengajak Mark bertemu karena besok ia harus terbang ke Kanada. Setelah mendaftarkan ke banyak Universitas, mengikuti tes tulis maupun wawancara, akhirnya Haechan lulus di University of Toronto salah satu Universitas terbaik di Kanada dengan jurusan Psikologi. 

" Bagaimana kuliahmu?"

Tanya Haechan setelah hampir sepuluh menit lamanya mereka saling diam. Mark sudah masuk kuliah, bahkan saat ini Mark tengah mempersiapkan Ujian tengah semesternya. 

" Baik...."

" Jaemin?"

" Sepertinya dia masih di jepang hingga tahun depan, dia lebih fokus untuk mengurus kerajaan sekarang, tapi kami baik kok"

Setelah lulus, Jaemin langsung terbang ke Jepang, selain untuk peresmian serta pengangkatannya sebagai raja, saat ini Jaemin mulai belajar untuk mengatur dan hal hal lainnya yang berkaitan dengan kerajaan, karena itu Jaemin memilih untuk menetap selama satu tahun disana. 

" Hmmm syukur lah...."

Setelah itu tidak ada yang berbicara, Mark sedikit risih pasalnya ini terasa sangat canggung, belum lagi ini kali pertamanya mereka berbicara lagi setelah kejadian itu. Ditambah Suara Haechan terdengar sangat dingin, tidak seperti biasanya. Dan lagi Haechan yang tidak pernah menatapnya.

Mark masih merasa bersalah dan ingin meminta maaf pada Haechan, tapi mengingat bagaimana isak tangis Haechan malam itu, sepertinya kata " Maafkan aku"  sambil mengelus pelan kepala Haechan ataupun memeluknya tidak dapat menyembuhkan luka dihatinya. Dan Mark hingga sakarang tidak tau bagaimana cara meminta maaf.

" Uhm...kudengar kau akan kuliah diluar negri bagaimana?" Tanya Mark lagi membuka percakapan 

" Aku diterima di Universitas Toronto...."

" Syukurlah.... kapan kau berangkat?"

" Besok"

Kerongkongan Mark kering, beberapa kali ia menelan ludahnya. Karena kejadian itu Mark merasa sangat jauh dengan Haechan, buktinya Mark sama sekali tidak tau Haechan akan berangkat besok, Mark bahkan belum menyiapkan apa-apa. Mark hanya tertunduk, mengepalkan kedua tangannya, ia tidak tau kenapa ia juga menjadi takut untuk berbicara dengan Haechan

" Hae-"

" Aku hanya ingin menyampaikan itu, selamat malam"

Haechan menyudahi kalimatnya dan beranjak pergi. Mark hanya bisa terdiam, tubuhnya benar benar membeku. Menatap pungunggung Haechan yang sudah menjauh. 

" Haaah.... kenapa seperti ini"

Kesal Mark frustasi.

.

.

.

" Maaf ya nak papi ngga bisa anter sampai bandara..." Ten memeluk Haechan dengan kuat, ia sangat ingin mengantarkan Haechan ke bandara bahkan berniat untuk menemaninya sementara di sana, tapi entah kenapa tiba tiba saja Ten mendapatkan misi ke LA siang ini sehingga Ten harus bersiap siap untuk misi tersebut.

" Tak apa papi...lagi pula papi nanti bisa mampir setelah misi selesai benar?"

" Eung.... uhm...Haechan-ah..."

" Ya pi...?"

Ten melirik jam tangannya, kemudian beralih melirik rumah Mark yang berada disebelah rumahnya. Ten menghela nafasnya panjang, semalam Ten sudah menghubungi bahkan mengirim pesan pada Mark jika Haechan akan pergi, tapi entah kenapa ponsel anak itu tidak aktif semalaman. Mengerti gerak gerik papinya Haechan tersenyum tipis. 

[COMPLETED] Replaced || MarkhyuckWhere stories live. Discover now