11

933 77 0
                                    

Haechan memiringkan kepalanya kala melewati lorong, beberapa kali Haechan menatap dirinya, meraba raba sekujur tubuhnya jika sesuatu menempel atau ada yang robek yang membuat semua orang menatapnya aneh dan berbisik 

Hmmm sepertinya tidak ada apa apa

Cicit Haechan pelan sambil tetap berjalan, walaupun ia masih bingung kenapa sejak dari gerbang semua orang menatapnya. Kemudian, saat ia masuk kedalam kelas, semua murid yang berada di dalam kelas menatapnya.

"Se-Selamat pagi?"

Sapa Haechan kaku pasalnya tatapan teman-temannya benar benar membingungkan, setelah itu bukannya menjawab sapaan Haechan, mereka malah saling berbisik sambil beberapa kali melirik Haechan. Kemudian Haechan bisa melihat Jaemin yang tengah menekurkan kepalanya kemeja dengan beberapa murid lainnya yang mengerubunginya.Haechan memang datang lebih lambat pasalnya ia yang pergi dengan bis sedangkan Jaemin pergi dengan Mark menggunakan motor yang mana tentu saja lebih cepat sampai. 

Baru saja Haechan ingin menghampiri Jaemin, tiba tiba suara Mark yang memanggil namanya cukup keras menghentikan langkahnya. 

" Mark?"

Mark berjalan dengan sedikit terburu menghampiri Haechan, kemudian disaat ia sudah sampai tepat di depan wajah Haechan...

PLAK

Satu tamparan keras yang Haechan dapat dengan Mark yang menatapnya dengan penuh emosi

" Aku tidak menyangka kau sebusuk itu Haechan-ah..."

Haechan memegangi pipinya, masih mencerna maksud dari perkataan Mark, terlebih lagi Mark menamparnya. Walaupun mereka sering bercanda dengan kekerasan, tapi tamparan ini berbeda, Mark benar benar dari hati menampar Haechan dan amarah itu, ini kali pertamanya Mark semarah dan menatapnya benci seperti.

" Apa maksud mu! Kufikir kau yang meminta ku untuk memberi batas hubungan kita!" Tambah Mark lagi

" Hah? Ma-"

" Jangan berlagak bodoh! Sebenci itu kah kau dengan Jaemin! Aku tau karna dia ayahmu meninggal, tapi berhenti menyalahkannya!"

" Tidak a-"

" Apa lagi yang kau elakkan! berani beraninya kau mempermainkan ku! Aku kecewa pernah mengenal orang seperti mu !"

Mark menunjukk Haechan dengan kesal, sedangkan Haechan masih melongo, tidak mengerti kenapa Mark sebegitu marahnya dengannya.

" Mark sudah jangan salahkan Haechan... ini memang salahku hadir begitu saja ke kehidupan kalian...." Jaemin tiba tiba berbicara menetralkan suaranya, matanya sedikit merah karena menangis

" Kau masih membela dia?! Dia mempermalukan mu dan diriku!"

"Sudah... tenangkan dirimu...." Jaemin dengan cepat memeluk Mark, mengelus pelan punggungnya, sedangkan Haechan yang melihat itu benar benar hancur hatinya. 

Haechan baru sadar, sedari tadi teman temannya memegang ponsel dan menatapnya. Dengan cepat Haechan mengambil ponselnya dan membuka forum sekolah. Dan betapa terkejutnya dirinya ketika melihat layar ponselnya. Terdapat tweetan yang baru di post tadi malam dan itu berasal dari akunnya sendiri 

Dasar bajingan! Aku benci dengan pangeran itu! Dia pembunuh! Ayahku meninggal karenanya, dan lihat dia sekarang, bermesraan dengan Mark. Jelas jelas aku itu sahabat Mark, karena dia Mark menjadi sulit bermain dengan ku, kami tidak punya lagi waktu berdua! Dan Mark hanya berpura-pura cinta padanya karena dia yang selalu menempel pada Mark. Dia merusak hidupku! Lebih baik kau mati saja pangeran sialan pembunuh! Aku jijik padanya! Aku berbaik hati karena dia hanya seorang pangeran! Jika tidak sudah ku kucilkan dan kucampakkan dia! Atau sekalian ku bunuh?"

Begitulah tulisan di forum sekolah yang membuat air mata Haechan jatuh seketika. Haechan bersumpah dia tidak pernah menulis kata-kata itu apa lagi mengeluarkan kalimat-kalimat umpatan itu.

" Huh! Beraninya kau menangis, kenapa? ingin mendapat perhatian dari orang lain ha?!"

" Ti-Tidak Mark...A-Aku bersumpah bukan aku menulisnya..."

" Lalu siapa?! Hantu? Berhenti berbohong!"

" Jung Mark... Soe Haechan... Na Jaemin... keruangan kepala sekolah sekarang!"

Suara dari pak Byun memecah perdebatan mereka, dan Haechan hanya bisa pasrah karena hal itu.

Haechan tertunduk lemah, menahan air matanya. Kepala sekolah sangat kecewa dengan Haechan, pasalnya Haechan itu murid teladan di sekolah dan mengeluarkan kata-kata seperti itu sangat tidak sopan dan etis. 

Haechan hanya bisa pasrah, ketika ia dihukum dengan berlari dilapangan sambil memegang papan bertulisan 

Aku mengakui kesalahan dan kebodohan ku

Sekolah Haechan memang sangat ketat dengan aturan apa lagi itu juga berurusan dengan yang namanya etika. Haechan tidak punya pilihan lain, ia sudah berusaha membela dirinya, bahkan ini kali pertamanya Haechan menangis dan memohon seperti itu, tapi apa yang bisa Haechan buat faktanya tulisan itu memang berasal dari akunnya sendiri.

Jika kalian penasaran kenapa bisa tweetan itu di post? Salahkan saja Haechan yang selalu membiarkan hp dan laptopnya terbuka begitu saja belum lagi ponselnya yang tidak dikunci sama sekali, dqn Haechan yang dengan gampangnya meminjamkan ponselnya pada teman temannya, sehingga Jaemin dengan mudah membuat postingan itu. Haechan tidak bisa menuduh siapa pun karena entah berapa banyak tangan yang sudah memegang dan memakai ponsel Haechan dengan seenaknya. 

.

.

" Kau sendiri ? paman?" Tanya Mark saat singgah ke kamar Jaemin dan tidak menemukan keberadaan Ten 

"Ada urusan di China, seharusnya pulang besok, aku sudah minta kepala sekolah juga bilang merahasiakan ini dari paman Ten... aku tidak ingin Haechan dihukum juga dirumah..."

Seolah tidak peduli Mark hanya mengangguk pelan, tapi sedari tadi matanya melirik sekitar berusaha mencari keberadaan Haechan. Mark sebenarnya sedari tadi sedikit mengkhawatirkan Haechan, pasalnya saat Haechan menangis di ruang kepala sekolah saat membela dirinya, ia benar benar tulus, dan walaupun masih dalam amarahnya, Mark tau kapan Haechan berbohong, mata anak itu tidak bisa berbohong, dan Mark tau Haechan tadi tidak berbohong.

Hanya saja Mark sudah kalut dalam emosinya, karena itu membiarkan Haechan begitu saja. Tapi tadi saat mereka berpapasan di gerbang sekolah saat ingin pulang, Mark melihat mata Haechan yang benar benar bengkak, kemudian celana bagian lututnya kotor bahkan sobek dan Mark tidak tau entah sudah berapa kali anak itu terjatuh. 

Mata mereka sempat bertemu sebentar, dan Haechan perlahan menarik langkahnya mundur menundukkan wajahnya seolah takut melihat Mark. Dan Mark masih ingat Haechan menyeret kakinya. Karena itu Mark hanya ingin memastikan Haechan sampai selamat di rumah, dengan beralasan membelikan Jaemin makanan agar Mark bisa masuk kedalam rumah

" Haechan belum pulang..."  Cicit Jaemin mengerti dengan gerak gerik mata Mark

"Uh? Oh"

" Haechan pasti sangat sedih... nanti jika dia pulang aku akan mengabari mu.."

" Terserah aku tidak peduli... baiklah aku pulang dulu ya.. sudah malam , tidak perlu menunggunya kau tidur saja"

" Eung... terimakasih cake nya"

Mark tersenyum tipis, mengelus kepala Jaemin pelan, sedangkan Jaemin tersenyum puas, ini kali pertamanya ia melihat Mark benci dan tidak peduli dengan Haechan. 

Mark menatap jam tangannya, saat ini pukul 10 malam Jaemin belum mengabari apapun soal Haechan, selain itu Mark punya firasat bahwa Haechan memang belum pulang, dilihat seberapa keras dan gengsinya hati anak itu, tidak akan mungkin Haechan akan pulang setelah apa yang terjadi. 

Arrgh sudah lah Mark kau tidur saja!

Cicit Mark sambil menghempaskan badannya ke kasur dan memaksa matanya untuk tertidur.

[COMPLETED] Replaced || MarkhyuckWhere stories live. Discover now