32

933 77 4
                                    

Mark membuka matanya perlahan ketika mendengar suara pintu yang dibuka.

" Haechan..."

Cicit Mark pelan mengikuti langkah kaki Haechan yang berjalan menuju kamarnya

" Haechan tunggu!"

Mark menahan tangan Haechan sadangkan Haechan hanya menatap Mark lurus.

" Aku ingin bicara dengan mu sebentar saja..."

" Tidak ada yang harus dibicarakan"

Haechan menepis tangan Mark, sedikit berlari kedalam kamar dan mengambil kopernya.

" Kau mau kemana? Ini tengah malam Chan" Mark mencoba menahan Haechan tapi anak itu tidak peduli, ia bahkan mendorong Mark dan tidak peduli jika Mark akan terjatuh dari tangga.

"HAECHAN!"

Bentak Mark sambil menarik lengannya. Haechan yang mendengar bentakan Mark terpaksa berbalik, menatap pria itu penuh dengan emosi.

" Kau menyukai ku ?" Tanya Mark lirih, masih menahan lengan Haechan, Haechan hanya diam menatap Mark lurus, menahan deru nafasnya karena emosinya yang meledak ledak.

" Sejak kapan....?" Lagi Haechan diam

" Apa karena itu kau pergi? Apa karena itu kau menjauh dari ku? Apa karena itu kau tidak hadir di pernikahan ku?"

Haechan menepis tangan Mark, tanpa mengucapkan sepatah katapun ia berjalan keluar pintu dan taksi sudah menunggu di depan sana.

" Haechan-ah tunggu...kumohon...tidak bisakah kita bicarakan ini baik baik"

Haechan terkekeh pelan, mengadahkan kepalanya berusaha untuk tidak menitikkan air matanya.

" Kau tau...Aku menyesal menyukai pecundang seperti mu.... Kau egois Mark... dan seharusnya saat ini kau bukan mengejar ku tapi istrimu!

Haechan dengan cepat masuk kedalam taksi dan pergi meninggalkan rumah Mark. Sedangkan Mark hanya bisa menyesali perbuatannya, ia tidak tau harus bagaimana. Karena saat ini detik ini juga Mark ingin mengejar Haechan.

.

.

.

.

Sejak kejadian itu Mark dan Jaemin tidak pernah membahas apapun. Seolah mereka sama sama tidak peduli dan tidak ingin membahas hal itu. Jaemin masih bersikukuh bahwa Mark yang salah dan Mark yang harus meminta maaf duluan, sedangkan Mark masih dilema antara perasannya dan rumah tangganya saat ini. 

" Nda mau!"

Chenle mendorong piringnya sambil membuang wajahnya, anak itu terlihat kesal.

" Chenle ngga boleh seperti itu, ayok makan nak....tadi siang kamu makannya cuma sedikit"

"Ndda mau ndda enak!"

Mark menghela nafasnya pasrah, semenjak ada Haechan, Chenle kembali rewel, ia tidak mau makan, bahkan sering mimpi buruk dimalam hari sehingga Mark harus terbangun setiap malam untuk menenangkannya, belum lagi Chenle yang selalu menanyakan dimana keberadaan pamannya itu membuat Mark benar benar kewalahan. 

" Chenle... ngga boleh pilih pilih, yok ayah suapin" Mark masih berusaha membujuk Chenle 

" Ndda mau! Maunya paman bel!"

Mark terdiam, sedikit membanting sendok yang ia taruh kembali ke piring, membuat Jaemin tersentak dan menatap Mark lurus. Mark menatap Jaemin sekilas, menghela nafasnya dan kembali fokus pada Chenle. Kepergian Haechan tidak terlalu berpengaruh pada Jaemin karena pada awalnya pria itu tidak pernah merawat sedikitpun

[COMPLETED] Replaced || MarkhyuckWhere stories live. Discover now