0.2

7.9K 856 12
                                    

Semesta masih diam sejak sadar tadi. Angkasa pamit kepadanya untuk menebus obatnya sebentar. Bangun tidur pada pukul 9 malam tadi ia tidak ingat apapun. Menerka berka sebenarnya apa yang terjadi sampai Semesta punya luka cakaran dileher, dan wajahnya.  Tadi saat papi si pemilik tubuh merengkuhnya, Semesta terserang ngantuk mendadak lalu jatuh tertidur, saat bangun ia tidak mengingat apapun.

Bahkan penyebab pergelangan tangan kirinya diperban.

"Sebenernya apa yang lo lakuin ke gue, Semesta." Desisnya sebal. Bangun tidur tadi ia melihat ekspresi aneh Kavin – bodyguard kiriman papi yang menatap dirinya seolah ia sudah merampok jutaan dollar dari kantongnya. Apakah dia membenci Semesta karena gadis itu ganjen sebelumnya? Dasar tidak profesional!

"Ily," Semesta tersenyum menatap Angkasa yang kini menggoyang goyangkan bungkusan kantong plastik berisi sekotak martabak manis cokelat. Diwajah dan leher abangnya itu terpasang beberapa plester luka yabg membuat Semesta heran. "Abang banyak luka. Kenapa?"
"Kamu tadi ngamuk." Jawab Angkasa santai sambil menyuapkan potongan martabak ke mulut Semesta yang menganga.

Mengamuk? Hih! Apakah tadi Semesta berteriak seperti orang kesurupan?! MANA MUNGKIN! Semesta adalah gadis anggun... ya hm... anggun, maksudnya, Kanarae yang anggun, kalau Semesta tidak tau sih.

Tapi kenapa Semesta tolol sekali ya? Menyakiti cogan berhati lembut seperti Angkasa. Betapa tidak ramah.
"Tapi... nggak papa?" Semesta bertanya ragu, pasalnya wajah tampan Angkasa jadi seperti dicoret oleh spidol cokelat karena luka cakaran yang banyak, dan telah mengering itu. AH JANGAN LUPAKAN 4 PLESTER LUKA YANG MENGHIASI LEHER ANGKASA! Dia jadi penasaran sebenarnya bagaimana ia mengamuk tadi.

"Ya nggak papa emangnya kenapa? Totally fine." Jawab Angkasa santai lalu menyuruh Kavin mendekat, dan berbagi martabak manis dengan bodyguard tampan itu. Semesta meringis, kenapa Angkasa berkata seperti dia sudah terbiasa?

"Heh elo!" Mata Semesta menatap Kavin yang tersentak dengan tajam, "kenapa lo ngeliatin gue kayak gue abis ngerampok duit lo? Dendam lo ya sama gue?" Tuduh Semesta membuat Angkasa tertawa sementara Kavin meringis.

"Hanya teringat, nona. Saya juga pernah seperti Tuan Muda." Jawab Kavin canggung lalu membungkuk 90° membuat Semesta kaget. "Maaf atas ketidak sopanan saya, nona."
"Ooo nggak papa nggak papa. Makan aja makan Kak Kavin." Balas Semesta. Gadis itu dengan senang hati membuka mulutnya agar Angkasa leluasa menyuapinya dengan cilor.

"Abang, selama disekolah aku mau sama abang aja."  Celetuk  Semesta. Angkasa mengangguk ringan, memangnya mau dengan siapa lagi? Adiknya kan tidak punya teman 🤭
"Iyaaaaaaaaa,"

"GUE BILANG GUE MAU MASUK ANJING!"

"Tidak bisa, Tuan Muda. Nona kami sedang beristirahat."

"Lepas anjing! Gue harus ketemu Semesta!"

"Apasi ribut ribut berisik." Celetuk Semesta. Angkasa terkikik geli karena tau siapa pemilik suara itu, sementara Kavin menghilang karena mengecek keluar.

"Nona, ada tamu bernama Helix Nebula yang memak– AKH!" Kavin terbanting kebelakang, Semesta, dan Angkasa spontan merapat kaget. Menyerang dari belakang! Sangat tidak gentleman sama sekali!
Setelah Kavin jatuh, pintu langsung menjeblak terbuka.

Seorang lelaki berambut hitam yang panjangnya dibawah tengkuk yang diikat setengah, bibir pink bervolume yang tampak cantik, kontras dengan kulit putih, dan mata sipit khas orang asia. Lelaki ini memakai kaus oblong putih tanpa motif, jaket hitam dengan bordiran mawar biru disisi kiri, celana kain hitam, dan sepatu sneakers putih membungkus kakinya. Napasnya terengah engah, dan menatap Semesta dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

Mata Semesta membulat dengan mulut menganga. Dunia novel memang tiada dua! Orang didepannya ini kenapa tampan sekali?! Benar! Dia adalah antagonis pria. Namanya Helix Nebula Destramahatma. Haters nomer dua Riche, dan haters nomer satu Ditrian. Lelaki tampan ini adalah sahabat Angkasa sekaligus Semesta saat mereka masih tinggal di Surabaya. Dia menjadi antagonis dengan rasa benci siatas rata rata terhadap dua protagonis utama yang telah menyakiti Semestanya.

I'm The Main Characters Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt