0.4

6.4K 758 27
                                    

Semesta mematut dirinya didepan cermin kamar. Badan rampingnya terbalut seragam sekolah, dan hoodie cokelat muda kebesaran yang mencapai setengah pahanya. Rambutnya ia ikat tinggi, dan tas ransel hitam yang ada dipangkuannya.
"Widih gue cantik banget anjrot," celetuknya sambil menaik turunkan alis, dan tersenyum lebar. "Ini kursi roda sangat ribet seperti hidup ini."

Oiya fyi, Semesta masih belum leluasa menggerakkan kakinya. Karena terlalu lama berbaring, saraf motoriknya merespon dengan lambat, jadi dia harus menjalani terapi agar bisa berjalan normal kembali. Sebenarnya sih dia belum diijinkan beraktifitas terlebih dahulu, tapi semalam dia merengek pada Angkasa, dan Abel, jadi ya begitulah.
"Ly abang masuk ya?" Ia mendengar suara Angkasa diluar kamar, dan membalas iya dengan setengah berteriak.

"Cantik banget adeknya abang." Puji Angkasa membuat Semesta tersenyum lebar. "Iyalah cantik," balasnya pd membuat Angkasa tertawa. Kakak laki laki Semesta itu mendorong kursi roda sang adik menuju lift mansion, para pekerja membungkuk saat mereka lewat,  Semesta, dan Angkasa hanya membalas dengan senyum kecil.

"Morning, cinta~" Semesta tertawa saat melihat Abel sudah ada di meja makan, menyapanya dengan manis, semesta Angkasa menatap sinis pemuda itu karena sebal.
"Pagi, Abel."

Masih pagi tapi Abel dh ganteng aj pemirsah

Rasanya Semesta ingin menghentikan waktu, dan memandangi wajah tampan Abel sampai puas. Hmph, didunianya dulu wajah tampan Abel mirip dengan Hyunjin yang menjadi personil band Remaja Tersesat. Sangat tampan.

"Sarapan dulu. Nebula duduk ditempat lo sialan!" Angkasa hampir melempar garpu kearah Abel yang asik mengobrol dengan Semesta, teriakan remaja berumur 18 tahun itu cukup membuat sahabat, dan adiknya terhenyak. "Santai dong. Marah mulu cepet tua lo!" Balas Abel sinis. Angkasa mengedikkan bahu acuh lalu memberikan segelas susu vanilla hangat kepada Semesta.

"Makasih, abang." Ucap Semesta sambil tersenyum manis

"Sama sama, Ily."

"Angkasa hari ini ada kegiatan. Jadi seharian ini lo harus sama gue, jangan kemana mana sendiri." Abel mengomel dengan tangan mengoles selai hazelnut ke roti bakarnya. Semesta mencebik, "emang lo pikir gue bisa kemana dengan kondisi kayak gini?"

"Iya juga sih. Ah pokoknya hari ini lo punya gue sepenuhnya." Abel menyantap sarapannya (4 lembar roti berselai hazelnut) dengan santai.
"Kavin absen, lehernya patah tulang. Nanti papi kirim orang lain." Kata Angkasa lalu memakai tas ranselnya. Semesta hanya mengangguk mengiyakan.

"Nggak perlu. Orang gue udah banyak, kembaliin kiriman bokap lo." Abel berkata ketus sambil menunjuk wajah muram Angkasa dengan pisau bekas memotong roti bakarnya.
"Iya." Jawab Angkasa singkat

Angkasa tau jelas kalau Abel sangat anti berurusan dengan Astana yang notabene adalah Papinya, dan Semesta. Rasa tidak suka sahabatnya itu sudah ada saat beberapa bulan ia, dan Semesta memutuskan hengkang dari mansion utama milik Astana Jagrata.

"Sana berangkat sendiri. Gue sama Ily." Abel mendorong kursi roda Semesta menuju luar rumah, Angkasa menahan jengkel sambil menghabiskan sarapannya. Abel sungguh menyebalkan. 

"Jiakh gendong." Abel menyeletuk jahil sambil menggendong Semesta ala bridal kedalam mobil. Sedetik berikutnya cowok itu mengaduh karena Semesta menjambak rambutnya dengan bringas. "AKHHHH AMPUN!"  Abel histeris membuat pekerja mansion terkejut, sementara Angkasa tertawa tawa sambil menunjuk nunjuk wajah tersiksa Abel.

Tangan Semesta itu luar biasa jahannamnya.

━━━━━━━━━━━━━━━━━

Semesta gugup. Ia, dan Abel masih didalam mobil karena Semesta menolak turun. Ia malu. Abel mengerti, cowok tampan itu diam menunggu Semesta siap untuk keluar mobil.
"Abel kayaknya nggak bisa. Gue malu," Ungkap Semesta membuat Abel menoleh cepat kearahnya.

I'm The Main Characters Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang