1.1

3.7K 508 22
                                    

Warning : mention of violance and harshword
(n.) Underage dni.

—🦥—

Semesta tertawa terbahak bahak ketika melihat Angkasa mengomel dengan Abel yang hanya acuh disebelahnya. Kejadian ini bermula ketika Abel meninggalkan Angkasa disekolah, sementara dirinya, dan Semesta sudah flight menggunakan helikopter untuk menuju rumah sakit.
"Gue gabakal restuin lo!" Ucap Angkasa kesal

"Siapa juga yang nikah sama lo."

"Sialan! Maksut gue, gue gabakal biarin lo sama Semesta!"

"Ntar gue bawa kabur." Abel menjawab enteng, tangan cowok itu berkutat dengan kertas lipat warna warni milik Semesta, membuat burung kertas, dan menyuruh Davin merangkainya dengan sebuah tali. "Kak Davin, nanti kalau abis beli lagi ya." Ucapnya tanpa mengalihkan tatapan dari kertas lipat ditangannya.
"Baik, Tuan Muda." Davin menyahut sigap.

"Abel kalau gini lucu."

Blush.

Pipi Abel memerah hingga telinga, Semesta menahan senyum saat melihat Abel berusaha fokus pada origami cowok itu. "Aghhh!" Abel melempar origami ditangannya dengan kesal, tapi selanjutnya ia menatap Semesta sambil tersenyum. "Cantiknya..."

"Apasih!" Semeste melempar Abel menggunakan bantal. Cewek itu mengalihkan pandangan dengan telinga memerah. "Gimana... keadaan sekolah hari ini?" Tanya Semesta.

TRAK!
Menoleh kaget, Semesta merinding melihat bagaimana ujung meja kayu dalam ruangan itu hancur, sementara sang pelaku tersenyum manis.
"Ah, gue nggak sengaja." Gumam Abel sambil menatap tangannya yang kotor. "Kak Davin..." Davin memberikan sapu tangan pada Abel yang diterima cowok itu dengan baik. "Mejanya, kak."

"Sedang dalam perjalanan, Tuan Muda." Davin mengangguk hormat kepada Abel, sementara sang tuan muda hanya tersenyum ringan.
"Heuh, goblok." Dengus Angkasa mengejek, cowok itu terkekeh pelan saat melihat Abel kesal.
"I'm not stupid."

"Hah? What did you say?? It's a... sch–schewpid???" Wajah Abel semakin terlihat jengah, Angkasa dengan watadosnya mempertanyakan ucapanya. Memangnya kenapa sih??? "Chew– it's cheweez?"
"STUPID!" Abel menendang tulang kering Angkasa dengan kuat membuat Angkasa berteriak.

"STOP! Jangan bikin gaduh! Abel, berhenti bikin keributan sama Bang Angkasa, and this hospital isn't yours." Semesta melemparkan kotak tissue kepada Abel, sementara Abel mengernyit.
"Kak Davin, beli rumah sakit ini."

"ABEL MAKSUT GUE BUKAN GITU!"

——————————————

Orion Destramahatma pulang ke tanah air. Ayah Helix Nebula membuat kehebohan setelah kedatangannya yang mendadak pada pukul 2 dini hari. Abel sebagai putra semata wayang menjemputnya dengan penampilan sempurna.
"How was your day?" Orion menyandarkan tubuhnya ke sandaran mobil, menatap sang anak yang menatap keluar jendela.

"So far so good, Athair¹ pasti sudah dengar." Jawab Abel datar, rautnya semakin mengeruh saat mendengar tawa Orion. Athair - nya ini pasti tau apa yang Abel maksud.
"Yaaa, jeg kan ikke tro det². Tapi rupanya apa yang dikatakan Simon benar, Semesta tidak lagi mengabaikanmu." Orion menepuk pundak Abel pelan, ia menghela napas geli. Putranya kini sudah besar ya?

"Abel," panggilnya. Abel memejamkan mata sebelum membalas,
"Ja, Athair."
"Jangan jadi seperti athair." Ucap Orion dalam sekali tarikan napas. Pria berumur 38 tahun itu menahan napas, menunggu respon Abel yang biasanya akan langsung meledak, tapi setelah 3 menit pun Abel tidak mengeluarkan suaranya.

Apa Abel marah padanya?

"Tuan muda sudah tertidur, Master." Osmond yang melihat raut keruh Orion memilih memberitahu sang Tuan, sebab pasangan ayah dan anak Destramahatma ini seringkali salah paham, dan berakhir perang dingin. Dan ketika itu terjadi, pekerjaannya tidak akan berjalan lancar sebab Orion uring uringan, dan temperamennya makin buruk.

"Ah iya, aku menyita waktu istirahatnya ya..." Osmond yang ada dikursi depan mengangguk pelan, sementara Orion terkekeh geli. "Kenapa bisa putraku semenggemaskan ini ya? Benar benar Destramahatma."

Dua orang pria yang duduk dikursi depan tersentak. Abel? Menggemaskan? Abel? ABEL????!
Temperamen tuan muda mereka itu super buruk, apalagi dengan amarah yang selalu meledak ledak, dan kelicikan yang nampaknya turun temurun itu sungguh mengerikan.

Abel adalah manusia mengerikan.

"Ya, tentu saja aku tau apa yang ada dipikiran kalian." Gumam Orion lesu. "Siapkan sarapan kesukaan putraku."

"Wake up, boy. Kamu tidak sungguh berpikir athair akan menggendongmu 'kan?" Orion menepuk pipi sang putra berkali kali, hingga akhirnya Abel terbangun, dan bengong. "Pindah ke kamarmu, nanti sarapan bersama Athair. Lanjutkan tidurmu diranjang."

Abel berjalan sambil terpejam, cowok itu mencengkram lengan Davin yang menuntunnya ke kamar.
"Hm ~ putraku memang menggemaskan!"

—————
Pukul 6.15 pagi, Abel sudah turun, dan duduk dimeja makan bersama dengan Orion. Pasangan ayah, dan anak itu membicarakan banyak hal, Abel seringkali berteriak ketika ayahnya berkata tentang hal menyebalkan. Sesungguhnya Abel itu lelah dengan kerandoman ayahnya, tapi yasudahlah.

"Tidak mau merubah gaya rambutmu?" Abel menjaeab dengan gelengan, cowok itu meminum susu, dan suplemen miliknya lalu mengusap bibirnya dengan sapu tangan.
"Semesta suka rambutku." Jawab Abel
"Athair tidak terlalu suka, pakai ini!" Orion berdiri, dan memakaikan Beanie hitam ke kepala Abel. "Looks good."

"Athair kira aku anak kecil????" Abel sebal, hendak melepas beanie itu tapi urung saat melihat sang ayah murung. Hadehhh "nggak ku lepas." 

"Banyak pertemuan bisnis yang akan kita hadiri." Kata Orion, pria itu menyodorkan buah apel yang audah dipotong kecil kecil kedepan Abel.
"Sama Semesta." Balas Abel.
"Kamu punya tunangan, Abel." Ucap Orion singkat.

"Athair menganggap aku pantas bersanding dengan perempuan yang bahkan tidak bisa berpikir logis sama sekali? Sekarang aku ragu, aku benar benar anak Athair atau bukan." Abel berkata sarkas dengan telunjuk mengarah jijik kearah pintu ruang makan.

"Abel," Orion tersenyum tak enak, jantungnya berdetak cepat saat Abel mengungkapkan keraguan remaja itu terhadapnya. "Athair tidak bermaksud begitu, oke?"

"Harusnya batalkan. Athair nggak bisa melibatkan aku dengan sesuatu yang kekanak kanakan gini. Dan kalau memang tidak bisa menghentikan perjanjian konyol ini, aku yang akan menghentikannya. Dengan caraku." Abel tersenyum miring, melirik Davin yang kini sudah ada disebelahnya. "Sampai nanti, Athair."

Cowok itu berlalu pergi, sebelum itu dia menyempatkan berhenti disebelah perempuan yang mematung menatapnya.
"Lo berharap gue perlakukan dengan baik? Mimpi. Lo bahkan nggak pantas menginjakkan kaki di mansion ini." Sebelum pergi cowok itu menginjak kaki perempuan berambut panjang itu dengan sadis hingga si perempuan berteriak.

"Abel!"

"I love me too, Athair." Balas Abel dengan tawa mengudara bebas.

Orion kira ia bisa mengendalikan Abel setidaknya sedikit, tapi ternyata putranya terlalu sulit untuk dikendalikan. Yah, itu bagus.

Dan Orion tidak sabar melihat apa yang akan dilakukan putra gilanya itu. Ah, Orion sangat menantikan pertunjukkan Abel nanti. Sepertinya menyenangkan.

— 🦭 —

¹ Athair = papa dalam bahasa Irlandia
² jeg kan ikke tro det = i can't believe it ( aku tidak bisa mempercayainya.

— Sekian

Maaf ya jarang up, sibuk bnget ak nie guis.
Vomen yh, ak usahain up lebih sering uk? Lofyuh ful

Wed, December 7
2022.

992 words.

I'm The Main Characters Where stories live. Discover now