1.4

1.1K 120 19
                                    

Underage dni.

— 💥 —

Banyak hal yang menimpa Semesta selama dua minggu ke belakang. Mulai dari tindakannya dalam menjaga jarak dengan segala hal yang berhubungan dengan Abel, membiat dirinya lebih mencolok saat di sekolah agar perhatian semua orang dari pemeran utama teralihkan, dan yang paling unexpected adalah kedekatannya dengan Geez Ephraim. Cowok tinggi dengan tampang malas itu akhir akhir ini sangat menempel padanya, ya nggak rugi sih karena ganteng 👍.

"Kita ambil koridor bahasa, firasat gua bilang bakal ketemu Ditrian kalau kita lewat taman." Geez merangkul bahu Semesta akrab, seperti biasanya cowok itu mengenakan hoodie hitam yang kupluknya selalu on poin menutupi wajah.

"Kaya penjahat, ni gua diculik ni. Kan, TOLO—" Suara Semesta teredam saat Geez dengan santai membekap mulutnya yang seperti mercon itu dengan lengannya. Betulan seperti penculik.

"Berisik banget gila, kalem dikit dong." Sewotnya membuat Semesta mendelik, brengsek! Ini Semesta dibully!

"Anjing, woi gue dibully! GUE DIBUL–"

Alah udahlah, pertengkaran tidak jelas itu masih berlanjut hingga ke kelas. Pelajaran telah berakhir, dan mereka harusnya pulang 20 menit yang lalu. Tetapi, karena Semesta tidak sengaja membakar SEDIKIT tembok belakang sekolah, ia dihukum dan dituntut untuk ganti rugi yang tentu saja sudah beres.
"Angkasa kemana?" Tanya Geez. Cowok dengan rambut sedikit kriwil itu tidak melihat Angkasa beberapa hari terakhir, kmn y?

"Les dia, mengejar ptn impian padahal kata gua juga swasta aja tinggal bayar." Jawab Semesta, setelah mengecek hp sebentar cewek itu lanjut berjalan dengan Geez disebelahnya.

"Ada testnya."

"Formalitas."

Sampai diparkiran, mereka berpisah masuk ke mobil masing masing. Semesta menipiskan bibir saat melihat BMW hitam didepannya melaju meninggalkan sekolah. Itu mobil Abel, yang selalu pulang ketika ia pulang juga. Itu dilakukan cowok itu semenjak Semesta memilih jauh darinya.

TIN!

Semesta mengumpat, melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang diikuti Geez dibelakangnya. Cewek yang baru legal ini berbelok menuju salah satu cafe dekat kompleknya, sambil menoleh kearah Geez yang kini membuka kaca mobil.

"Pulang duluan ajaaa," Semesta mengusir, cewek itu memberikan gestur mengusir Geez lewat tangannya. Namun seperti tak mengerti, cowok bermarga Ephraim itu malah ikut parkir.

Kan, ngintil mulu.

Mls.

"Pesen apa?" Tanya Geez, cowok itu melepas kacamata hitamnya, dan memasangkannya keatas kepala Semesta.
"Mau ketiwaw sama lumpia udang sama dark chocolate." Semesta bergoyang ke kanan ke kiri, menempelkan diri pada Geez saat beberapa cowok mepet mepet ke arahnya.

Ketiwaw apa...

"Oh, kwetiau mbak." Ralat Geez.

Monyet, ada ada aja.

"Ayo," cowok dengan tampang malas itu merangsek maju dengan tiba tiba kearah cowok cowok yang bergerombol. Iya bro, disenggol semuany.

"Goblok ga sopan banget," Semesta berkata sambil tertawa keras, sementara Geez hanya mengedikkan bahu acuh tak peduli.

Dua gumpalan alay itu sibuk dengan dunia masing masing, dan baru mengobrol sesaat setelah makanan sampai. Tapi hanya sebentar, karena saat makan mereka lebih memilih diam.

"Heung..." Geez yang menunduk menatap makanannya, mendongak dengan horor. Suara aneh Semesta membuat dia mengalihkan perhatian.

Wtf?
Bjrot.
Mata Semesta berkaca kaca, tangan cewek itu sibuk mengaduk ketiwaw – maksutnya kwetiau, Geez mengikuti arah pandang Semesta.

Oh,
Pantes.

Di ujung cafe tersebut, terdapat sebuah keluarga. Seorang ibu yang sibuk membenahi rambut putrinya, dan sang ayah yang sedang memotong steak untuk anaknya.
"Semesta,"

"Emang mama tuh boleh pegang rambut gue ya, Ge? Emangnya seorang anak boleh minta kepang ke mamanya ya Ge?"

Baik Semesta ataupun Kanarae, dua remaja perempuan itu sama sama tidak pernah merasakan hadirnya seorang ibu.
"Hmmm, boleh. Semesta mau?" Geez mengusap pipi Semesta seiring dengan bertambah banyaknya air mata yang jatuh membasahi pipi cewek itu.

Makin lama makin sesenggukan, hingga membuat Geez harus berpindah ke sebelahnya. Cowok dengan nama lengkap Geez Selous Ephraim itu mulai merapikan rambut Semesta, tersenyum kecil saat Semesta malah makin mewek.

"Cukup, ya? Nanti sesak." Geez meraih air putih yang ada diatas meja, membantu Semesta untuk minum agar kebih tenang.

"Semuanya pergi dari gue, bahkan papa..." gumaman cewek dengan rambut cepol rapih itu membuat Geez kesal tanpa sadar.
"Banyak yang sayang sama lo, Semesta. Ada orang yang bahkan merelakan banyak hal buat lo. Lupain aja papa lo yang rada kureng itu."

Dengan tampang beres menangis, cewek itu mengangguk kecil. Tapi tetap saja Semesta sedih anjoy, sudah kangen bapaknya di dunia nyata, disini bapaknya kaya setan! Monyet!

"Mau pulang."

"Iya, kita pulang. Btw muka lu jelek banget awoakowkaowk"

Selanjutnya, jerit kesakitan milik pria muda bermarga Ephraim itu mengudara memenuhi cafe tempat mereka makan.

———— 🦭 ————


"Master?" Osmond memegang pundak Orion, menepuknya dua kali untuk menyadarkan tuannya. "Pesanan sudah selesai, makan malam kesukaan Tuan Muda sudah siap." Tapi Orion bergeming.

"Os,"

"Ya, Master."

"Apa kali ini Abel bakal makan, makanan yang saya belikan?" Osmond diam saat mendapat pertanyaan dari sang tuan.

Pasalnya, sudah dua minggu Abel menghindari Orion. Enggan untuk makan bersama, dan selalu diam saat diajak mengobrol. Orion merasa takut, karena sebesar apapun rasa marah Abel, anaknya itu tidak akan pernah mendiaminya separah ini.

"Kalau boleh jujur, keputusan gegabah Master untuk menerima perintah Tuan Besar akan menimbulkan lebih banyak perselisihan. Tuan muda adalah orang yang melakukan sesuatu yang dia inginkan, bukan yang diperintahkan." Osmond memang tidak tau banyak tentang kepribadian Abel, namun dari pengamatan, dan laporan yang masuk, Abel digambarkan sebagai sosok pemuda cerdas, dan angkuh yang semaunya sendiri.

Dan keputusan Orion untuk mengiyakan perintah kakek Abel dari pihak Ibu benar benar membuat keretakan melebar. Ya, perjodohan antara Abel dan anak koleganya adalah perintah kakek Abel sendiri.
"Kita percepat, Os."

Dia pria mapan itu memilih berlalu dari restoran setelah memastikan Semesta, dan Geez yang mereka lihat tadi sudah pergi.

Sorot mata kecewa Abel, dan tangisan Semesta yang ia lihat barusan membuat Orion benar benar merasa buruk.
"Ah, brengsek."

——— 🦭 ———

Maaf baru up, aku sibuk guis
Vote dan komen, makasiw ^^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

I'm The Main Characters Where stories live. Discover now