0.7

6K 752 30
                                    

Tw : harshword / typo
Underage dni.

— 🦭 —

Dua minggu sudah Kana menjalani aktivitasnya sebagai Semesta Varomichellè si antagonis. Perhatian ia dapatkan penuh dari Angkasa, dan Abel serta teman temannya yang lain. Sedikit demi sedikit ia mulai membuka diri, dan bergaul dengan baik selayaknya remaja biasa. Dan selama dua minggu juga Ditrian, dan rombongan lenongnya tidak mengganggu dirinya lagi.

Ucapkan hore untuk Semesta yang sudah bisa berjalan walau kakinya masih bergetar! Hore!

Ingatan si pemilik tubuh masuk setiap harinya hingga Semesta merasa kepalanya dipukul kuat dengan telinga berdengung sakit. Menyebalkan.

"Dikit lagi!"

Saat ini ia tengah berjalan menuju kantin sambil bertumpu sedikit kepada tembok koridor. Abel menunggunya didekat pintu kantin, sementara Angkasa ada dibelakangnya berjaga kalau kalau adiknya terjatuh. Sebenarnya tadi Abel hampir memukul Delvin – siswa kelas sebelah yang bilang kalau Semesta seperti anak baru belajar berjalan, Semesta ingin marah, tapi dipikir benar juga 😃

"Abel jangan mundur dong babi!" Kesal Semesta membuat siswa/i yang berlalu lalang termasuk Gabriel terkikik melihat wajah marah Semesta.

Cewek nomer satu GIHS memang tidak usah diragukan pesonanya. Wajah kesal itu terlihat sangat menggemaskan. Tapi wajah Semesta lebih ke karismatik daripada menggemaskan sih, beda dengan Riche.

"Iya iya. Sini sini adeeeek!" Abel mengulurkan tangan dengan senyum terpatri. Menjengkelkan. Semesta menggerutu, fokus dengan kegiatannya.

"Semesta awas!" Aurin memperingati, tapi volume suaranya kecil. Sangat bodoh. Alhasil Semesta hampir menabrak Karel yang sedang berjalan dikoridor.
"Tch, ganggu. Minggir!" Semesta mendorong Karel hingga cowok itu hampir nyusruk didekat kursi besi, dan lanjut berjalan. Karel sendiri sedang senam jantung karena wajah tampannya hampir menabrak kursi.

"Perlu bantuan?" Semesta mendongak, menatap Ditrian dengan tatapan bertanya, cewek itu melirik sekilas kearah tautan tangan Ditrian dengan Riche, lantas mengedik jijik, dan memilih mengacuhkan pasangan itu. Berjalan perlahan menuju Abel.

"Nggak sopan banget udah ditawarin juga." Ucap Riche agak keras, mengundang tatapan tajam Abel, Angkasa, dan beberapa teman Semesta.
"Bacot. Kayak idup lo dah yang paling bener aja." Balas Semesta.
"Namanya tukang playing victim sih, Ta."Aurin ikut berjalan pelan disebelahnya. Gadis cantik itu memperhatikan setiap langkah Semesta, dan memberi semangat dengan suara kecil.

"Lo–" ucapan Justin terhenti saat Semesta menoleh kearahnya. Tatapan Semesta yang tanpa emosi membuat Justin merasakan sesak didadanya. "Jangan keterlaluan, Semesta."
"Nggak dengar, lo harusnya tau kalau gue tuli. Alat bantu dengar gue cuma ngerespon kalimat penting. Dan mulut bau neraka lo itu... nggak penting sama sekali." Semesta membalas santai.

Abel, dan Angkasa menggertakkan gigi. Mereka benci saat Semesta menganggap yang terjadi padanya adalah hal kecil.

"Minggir." Desis Angkasa lalu menyeruak diantara Ditrian, dan Riche membuat tautan tangan sepasang kekasih itu terlepas. Berjalan cepat ke dekat Semesta "Menjijikan."

Semesta berdiri tegak dalam jarak 2 meter dari Abel. Cewek itu fokus menatap tangan Abel yang terulur, lalu beralih kearah wajah Abel, menatap mata yang terlihat meyakinkan itu.
"Percaya sama aku, Semesta." Ucap Abel manis.

Semesta berjalan perlahan dengan tegak, dan mencoba berjalan normal seperti biasa. Tangannya terjulur kedepan berusaha menggapai Abel yang senantiasa tersenyum.
Kemudian Tuan Muda Destramahatma itu menarik Semesta dengan cepat sebelum kereta dorong pengangkut buku buku lama perpustakan meluncur cepat kearah Semesta.

I'm The Main Characters Where stories live. Discover now