0.8

5.6K 701 25
                                    

Tw : harshwords / typo
Underage dni.

— 🦭—

Semesta mengetuk ngetukkan ujung sepatunya ke meja karena merasa bosan. Abel sedang ada urusan dengan duta GIHS yang lain untuk acara sekolah beberapa bulan mendatang, dan Angkasa sedang ada studi luar sekolah bersama siswa/i kelas 12 yang lain. Jadi sekarang Semesta sedang duduk termenung mengingat seberapa banyak dosanya – anu, maksutnya memikirkan nasib ia untuk kedepannya ditaman dekat perpustakaan.

"Kangen papa." Gumamnya kecil. Netra hazelnya menatap anak kucing yang berlari mengejar induknya yang sudah berjalan lebih dulu. "Papa, Kana kangen." Beralih menekuk kedua kakinya, dan memeluknya, menumpukan dagu diatas lutut.

Kanarae bersyukur. Meskipun antagonis, reputasi Semesta tidak seburuk yang ia bayangkan. Bahkan mungkin lebih baik dari Riche yang dianggap pho oleh sebagian kecil siswa/i GIHS karena sifat, sikap, dan perilakunya seringkali membuat orang salah paham.

Semesta itu pintar, dan kesayangan para guru. Dia pandai bersososialisasi, serta putri satu satunya keluarga Jagrata, dan Bratadikara. Kanarae agak susah beradaptasi karena ia tidak terbiasa menjadi sorotan, dan pusat perhatian.  Tapi ternyata, bersosialisasi cukup menyenangkan. Hanya saja, Kanarae rindu sosok sang papa didunia nyata, Akihiro Dominic. Walau Dom bersikap dingin padanya, tapi pria itu selalu percaya padanya. Tidak seperti Astana.

"Ah hidup gue makin sulit karena protagonis sialan itu ngusik gue sama antek anteknya." Gumamnya kecil. Cewek itu menoleh sekilas kearah danau milik sekolah, lantas tersenyum evil.

Persetan dengan alur, dia hanya harus membuat novel ini mencapai ending tepat waktu, dengan korban berbeda, dan yang jelas bukan dirinya.

"Untuk mengobati rindu ke papa, ayo kita main~" Semesta beranjak, dengan senyum terpatri diwajah cantiknya.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Sementara didalam ruang rapat duta sekolah, Abel merasakan ada yang aneh. Dia merasa ada yang kurang tapi tidak tau apa itu. Cowok itu melirik sekitar, lantas terpaku pada seorang cewek yang sedang tertawa bahagia didekat pintu.

Senyum iblisnya terbit.

Ah rupanya dia melupakan tentang eksistensi batu sandungan terbesar bagi Semesta-nya. Cowok itu lantas duduk dengan punggung bersandar sepenuhnya pada kursi, menatap malas Ditrian yang kini menjelaskan rangakaian acara.

"Lo yakin konsep sepasaran itu bakal menarik minat anak sekolah lain?" Salah satu siswa bertanya dengan ragu. Sementara Jello – teman Ditrian memandangnya sinis.

"Lo ngeraguin Ditrian?" Ucapnya. Abel kengangkat sebelah alisnya tanda tak paham. Ia benar benar tidak paham kenapa Jello berkata seperti itu, mereka disini untuk bertukar pendapat,bukan egois dengan mengagungkan pemikiran masing masing.

"Ini forum terbuka, Jello. Dia bebas berpendapat, dan mem pertanyakan, jadi kalau nggak bisa jawab ataupun ngasih solusi, tutup mulut lo. Berisik." Abel berucap dengan sorot mata malas, menatap Jello yang kini menegang melihat tatapannya.

Menyeramkan.

"Gue sedikit setuju sama pendapat Dean, ini theme yang udah sering dipake, membosankan. Mending cari theme lain, dan bicarain dirapat selanjutnya." Shanine – mengangguk membenarkan.

"Diskusi via zoom, gue udah terlalu lama ninggal pelajaran. Gue ditungguin sama cewe gue, duluan." Abel menyambar kunci mobilnya yang ada diatas meja, lantas berlalu dari ruangan itu tanpa menghiraukan yang lain.

"Nebula!" Menghela napas kasar, Abel menoleh, dan mendapati Ditrian berlari kecil kearahnya bersama Karel. "Gue tau Semesta nggak satu rumah sama Om Astana lagi, dimana dia sekarang?"
"Tanya sendiri, gue nggak punya hak ngasih informasi pribadi dia ke orang lain. Apalagi lo sama SAHABAT lo itu." Jawab Abel, dan lanjut berjalan.

I'm The Main Characters Where stories live. Discover now