6. Believe

456 65 1
                                    

Ketika orang asing terasa dekat; merasa seakan sudah mengenal lama sebelumnya, namun benci yang menjadi kesan sapa diawal jumpa, aku harus apa?

ILY from 195 Countries

..

Jeon Jungkook, dua puluh lima tahun. Hanya itu yang Taehyung tahu.

Tiba-tiba datang begitu saja dalam hidupnya, meluluh lantakkan kehidupan damai yang Taehyung tata bertahun-tahun lamanya.

Bukan rumah atau pekerjaan, tidak, Taehyung sama sekali tak peduli pada semua itu. Namun Taehyung hanya menginginkan ketenangan.

Apa sesulit itu untuk bahagia?

Sudah cukup, Taehyung sudah pasrah sekarang. Berada di negara asing bersama orang asing. Sebuah takdir kebetulan macam apa yang seperti ini?

Ketika tahu Jungkook membawanya ke Perancis. Saat itu Taehyung nyaris gila luar biasa, sebentar tertawa lalu frustasi, tertawa lagi lalu menangis. Keadaan benar-benar mengacaukan mentalnya dalam sekejap, secepat itu kehidupannya berubah seperti film dengan skenario bergenre action yang sering di tontonnya.

Lamunan Taehyung sirna saat pintu kamar hotel terbuka, menampakkan sosok tinggi dengan busana serba hitam yang mendominasi. Taehyung total abai, membuat Jungkook mengernyit heran saat masih mendapati lelaki itu masih duduk diam memeluk lutut malang di atas ranjang.

Di meja nakas makanan yang di siapkan untuk lelaki itu bahkan masih utuh.

"Kau tidak makan?" Tanya Jungkook seraya melepas jaket hitam yang ia pakai dan melemparnya asal ke sofa. Tak mendapat jawaban, Jungkook kembali menjatuhkan atensi ke arah ranjang king size itu.

"Kenapa diam saja?" Suara itu terdengar begitu dingin. Jungkook perlahan mendekat menghampiri Taehyung, mendudukkan dirinya di tepi kasur.

Taehyung yang menjadi sasaran yang ditanya masih tetap diam. Pandangannya yang kosong terpatri jelas dikedua mata pandanya; efek dari tidak tidur semalaman. Sungguh, sedepresi itulah Taehyung saat itu sampai sekarang.

"Dengar! Ini bukan kemauanku, sungguh. Tapi takdir yang membuatku untuk tidak melepasmu. Itu pun sebab aku kasihan—"

"——tidak ada pembunuh yang masih memiliki rasa iba, tolol." Taehyung memotong ucapan Jungkook tanpa meliriknya.

"Tapi jika saja aku membiarkanmu bersama para kecoa itu, mungkin kau sudah mati sekarang, Tae!"

Taehyung akhirnya menoleh kepada Jungkook. Tatapan matanya muak. Taehyung tertawa hambar.

"Aku lebih baik mati lebih cepat oleh mereka, jika denganmu pun aku akan bernasib sama! Bedanya, kau menyiksaku dulu dengan semua adegan bahaya yang kau anggap biasa saja."

"Aku tak akan biarkan itu!" Sela Jungkook cepat. Sedikit membentak karena merasa yang lebih tua katakan tidak benar adanya. Sesaat Jungkook melihat keterkejutakan kilat di mata lelaki itu, tatapan Taehyung berubah, seperti sebuah sorot pandang yang menuntut kejelasan bersamaan dengan kerutan samar di dahinya.

"Ku pastikan kau akan baik-baik saja. Aku menjamin semua itu, cukup satu hal yang harus kau tau." Jungkook menjeda ucapannya, membiarkan Taehyung lebih lekat menatapnya. "Percaya padaku." Lanjutnya dengan nada suara yang lebih rendah.

"Aku percaya pada Tuhan."

"Tentu saja. Karena kehendak Tuhan juga yang dengan sengaja mempertemukan kita, dan memintaku untuk melindungimu. Perlindungan Tuhan untukmu itu melalui diriku Taehyung."

ILY from 195 CountriesWhere stories live. Discover now