Pemberian Melany

242 12 0
                                    

Gita melihat mobil Dani meninggalkan gerbang rumah. Ia kemudian masuk kedalam rumah. Ia melihat ibu mertuanya sedang menyiram anggrek bulan yang ada di lobby rumah mereka. Gita segera mendekatinya.

"Bunga anggrek nyonya begitu cantik." Gita mencoba basa-basi mendekati mertuanya.

"Iya. Apa kau dan Dani sudah berbaikan?" Melany Gerhad menoleh ke arahnya.

"Iya nyonya." Gita tersipu.

"Ayo ikut aku kekamar. Aku ingin berbicara denganmu."

Gita pergi mengikuti Melany kekamarnya. Baru hari ini ia melihat sisi lain Mansion Gerhad. Mansion ini lebih mirip dengan vila di bali menurut gambar google, sebab Gita belum pernah kesana satu kalipun. Gita memasuki kamar Melany dengan ragu.

"Kesinilah Gita." Melany menyuruhnya duduk disebuah sofa. Gita milih duduk dikarpet. Sebab ia merasa sofa itu tidak pantas untuknya.

"Kenapa kamu duduk dikarpet?" Melany terkejut.

"Maaf nyonya, saya tidak layak duduk di sofa ini." Gita menunduk sendu.

"Tidak ada yang bilang begitu. Apakah Dani mengatakannya?" Gita menggeleng.

"Ayo cepat duduk. Sebelum aku berubah pikiran." Melany menepuk sofa itu pelan.

Gita menunduk, dan meletakkan bokongnya dengan pelan. Sofa itu begitu lembut dan nyaman. Gita belum pernah duduk di sofa seperti itu.

"Saya sudah membaca latar belakangmu. Saya rasa memang banyak kekurangan dalam kriteria menantu harapan kami. Tapi bagaimana lagi, Dani sudah terlanjur menikahimu." Melany menatap Gitabyang terus menunduk dan mulai meneteskan air mata.

"Jika memang saya tidak layak, saya meminta maaf. Saya bersedia mundur." Gita menangis.

Melany menatap Gita dengan seksama. Gadis itu pendiam sejak kedatangannya. Ia tidak banyak berbicara dan penurut. Ia tidak pernah mengeluh sedikitpun dengan perlakuan keluarga Gerhad. Ditambah Gita begitu rajin, selama ia tinggal ia tak segan membantu pelayan untuk membersihkan bagian luar rumah utama tanpa diperintah.

"Apa kau mencintai Dani?" Melany bertanya.

"Iya. Maaf." Gita berkata lirih.

"Jika kau mencintainya. Berusahalah untuk terus bersamanya." Melany berkata pelan. Ia kemudian berjalan membuka sebuah almari. Dan mendekati Gita.

"Ini, untukmu. Masih atas namaku karena kamu belum punya KTP. Gunakan sebaik mungkin." Melany memberinya sebuah kartu kredit.

"Maaf nyonya ini apa?" Gita buru-buru mengusap airmatanya.

"Kartu keredit." Jawab Melany.

"Maaf nyonya. Saya tidak pernah menggunakan ini. Saya hanya mempunyai uang. Paling banyak lima puluh ribu." Tolak halus Gita.

"Kamu anak Hanggara, hanya punya lima puluh ribu?" Melany terkejut.

"Anak haram." Gita menunduk lagi.

"Baiklah. Kamu pegang ini saja." Melany memberi sebuah kartu ATM.

"Apa ini nyonya?" Gita masih berlinang air mata.

"Ini kartu ATM. Kamu bisa ambil uang seperlumu. Nanti biar pelayan mengajarimu. Dan ini lagi." Melany memberi sebuah kunci mobil.

"Nyonya terlalu baik untuk saya. Saya tidak pantas menerima semua ini." Gita menolak halus.

"Ini untukmu. Memang kamu bukan menantu idaman. Tapi kamu adalah menantu keluarga Gerhad. Dan kamu adalah bagian dari keluarga ini. Semua akan berjalan dengan baik jika kamu mau belajar." Melany menyerahkan semua itu.

"Terimalah. Aku tidak suka ditolak." Paksa Melany.

AIBحيث تعيش القصص. اكتشف الآن