Katakan Padaku

219 11 0
                                    

Beberapa hari Dani pergi ke Swedia, Gita menyibukkan diri dengan membantu para pelayan mengurus kebersihan rumah dan memasak. Andrew Gerhad, mertua lelakinya hanya diam. Sebab ia tidak setuju dan tidak menyukai Gita. Sementara itu tiga saudara Dany yang lain yaitu Lily, Azalea dan Gio juga tidak ada yang mengajaknya berbicara. Sebab mereka membencinya dan ditambah Gita paling muda diantara mereka. Gita yang terbiasa mendapat penolakan hanya bisa menelan kesedihan dalam diam.

"Berikan aku piring juga." Dani tiba-tiba duduk dimeja makan. Gita terkejut menatapnya.

Dengan cekatan Gita menyusun makanan di piring Dani. Ia begitu telaten melayani Dani dan semua orang yang disana. Usai membereskan semua bekas makan anggota keluarga Gerhad, Gita segera mengambil makanan dari dapur. Ia pun mulai duduk di lantai dan sarapan dengan lahap.

Dani sedang memakai pakaian saat Gita masuk kedalam kamar. Gita buru-buru keluar kamar dan menunggu Dani keluar dari kamar itu. Wajahnya sangat malu menatap pemandangan itu. Biasanya Dani akan berganti pakaian di ruang wardrobe, namun kali ini ia memilih didekat tempat tidur.

"Sini. Masuk" Perintah Dani.

Gita pun masuk. Ia mengikuti Dani dari belakang. Gita segera menutup pintu dan berdiri agak jauh. Dani melihat Gita tersipu menatapnya. Dani menarik lengannya dan membawa Gita kearah kasur. Gita terkejut hanya bisa terlempar begitu saja.

"Apa yang kau lakukan selama aku tidak ada di rumah?" Dani ikut berbaring disebelahnya dan memeluknya.

Jantung Gita berdebar kencang. Ia tidak menyangka jika hubungan percintaan orang dewasa akan melakukan hal seperti ini. Gita hanya bisa menutup mata tanpa menjawab satu pun pertanyaan Dani.

"Malah merem." Dani mencubit hidung Gita. Gita semakin tersipu.

"Em....." Gita malu. Ia sedikit menoleh ke arah Dani. Dani mencium pipinya.

Muka Gita seperti kepiting rebus. Ia malu bukan main. Dani tersenyum miring. Baru pertama kali ini ia memiliki hubungan dengan remaja yang masih bocah. Ditambah remaja itu benar-benar jatuh hati padanya.

"Apa?" Dani menggodanya.

"Nyonya Melany memberiku kartu ATM. Pesan Nyonya, saya bisa menggunakannya seperlu saya." Gita membuang pandangan ke arah langit-langit kamar.

"Ambil saja. Aku juga akan memberikanmu semua ini." Dani beranjak dari tempat tidur dan mengambil kopernya. Kemudian ia membukanya.

Gita terkejut melihat uang Dollah satu koper penuh, ada beberapa buku kecil dan sebuah pistol. Gita ketakutan melihat senjata api itu. Teringat saat ia dibully oleh teman SMP nya yang dilerai polisi.

"Kamu takut sama ini?" Dani mengambil pistol ini. Gita mengangguk.

"Buang ketakutanmu. Aku bahkan punya lebih dari ini." Dani tersenyum satir. Gita memegang dadanya.

"Apa kau ingin membalas mereka?" Dani meliriknya.

"Tidak. Aku tidak mau jahat seperti mereka." Jawab Gita. Dani tersenyum mendengarnya.

"Kapan-kapan kamu harus belajar menembak. Biar bisa membela diri." Dani mengambil pistol itu dan menyelipkannya kedalam jas bajunya.

"Apa tidak takut akan meledak?" Gita menatapnya ngeri.

"Kenapa harus meledak?" Dani tersenyum satir.

"Aku ingin dengar penjelasan darimu. Apa yang membuat kamu nge fans padaku." Dani mendekatkan koper itu pada Gita. "Ini milikmu." Dani manatap mata Gita yang terkejut.

"Apa ya?" Gita tersipu.

"Aku malas bertanya dua kali." Dani melipat bibir menampakkan wajah masam.

"Karena Tuan tampan." Gita menutup mukanya malu. Dani tersipu, namun sebisa mungkin menutupinya.

AIBWhere stories live. Discover now