40. Fakta-Fakta

176K 18.9K 7.2K
                                    

⚠️Tolong dibaca yang teliti dan jangan diskip karena di chapter ini banyak adegan-adegan penting!⚠️

⚠️Tolong dibaca yang teliti dan jangan diskip karena di chapter ini banyak adegan-adegan penting!⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Baru pulang?"

Rafa tersenyum sinis. "Kelihatannya?"

Wanita yang duduk di sofa itu lantas berdiri dan berjalan mendekati Rafa. "Rafa Mama mau--"

"Aku capek. Kalo mau ngajak ngobrol, jangan sekarang."

"Gimana gak capek kalau setiap hari kamu selalu buang-buang waktu di panti asuhan itu?"

Rafa yang hendak menaiki anak tangga menghentikan langkahnya. Tanpa menoleh, Rafa berujar sambil tertawa pelan. "Itu lebih baik daripada menghabiskan waktu di tempat haram."

Wanita itu menghela napas pelan. Sudah biasa. Rafa memang selalu bersikap demikian.

"Kemarin Mama ke kampus kamu. Semua tunggakan uang kuliah yang nggak bisa Papa kamu bayar, sudah Mama lunasin."

"Tempat yang barusan kamu sebut tempat haram itu bisa membiayai kuliah kamu dan pengobatan Papa kamu. Sedangkan panti asuhan itu, apa bisa membuat kamu punya uang? Yang ada malah menghabiskan uang. Setiap hari kamu memberi makanan ke mereka secara cuma-cuma."

Tepat di pertengahan anak tangga. Terpaksa Rafa harus berhenti lagi dan menoleh ke arah Mamanya yang masih berada di bawah sana. "I know. Makanya aku langsung pergi dari kampus waktu lihat Mama. Aku gak mau mereka semua tau kalau aku anak Mama."

"Dan untuk uang yang aku pakai buat ngasih makanan ke anak panti, itu uang tabungan aku sendiri waktu masih tinggal sama Papa. Jadi Mama tenang aja, aku gak pakai uang Mama. Karena gak mungkin aku ngasih mereka makanan dari uang haram. Biar aku sama Papa aja yang makan dari uang haram."

Rafa memejamkan matanya sebentar, entah kenapa Mamanya itu selalu bersikap seolah sangat membenci panti asuhan. Padahal Mamanya sendirilah yang waktu itu sengaja membeli rumah di dekat panti asuhan.

"Rafa, Rafa," wanita itu tertawa pelan sambil menggeleng heran. "Sampai kapan kamu bersikap seperti ini? Bersikap seolah gak membutuhkan Mama di hidup kamu?"

Rafa mengepalkan kedua tangannya kuat. Jika bukan demi Papanya, Rafa juga tidak akan sudi tinggal di rumah ini. Tinggal bersama wanita yang ia benci namun sialnya wanita itu adalah ibunya sendiri.

"Sampai Mama mau berhenti dari pekerjaan haram itu," balas Rafa kemudian pergi.

"Maaf Nyonya, ini ada paket atas nama Ibu Merryana."

"Makasih, Mbok," ucapnya lalu tersenyum menatap kotak kecil yang asisten rumah tangganya berikan. "Kamu udah gede, ya, Nak? Pantes akhir-akhir ini Asti semakin gak tenang."

*****

"Ini buat Lili?"

Rafa mengangguk setelah memberikan es krim rasa stroberi ke Riri. "Hm, itu buat kamu. Besok kita gak bakal ketemu lagi dan gak bisa main bareng lagi, karena aku mau pindah."

BUCINABLE [END]Where stories live. Discover now