6.6

1.3K 176 29
                                    

Jeongwoo melirik Jaehyuk yang duduk disebelahnya.

Sekarang mereka ada dihalaman samping rumahnya. Tempat bersantai yang biasa digunakan ibunya.

Ada kolam ikan, kebun bunga kecil, ayunan dan kursi kayu disebelah kolam.

Dan mereka duduk dikursi panjang sebelah kolam itu.

"Aku minta maaf. Tadi kelepasan. Aku ngga bermaksud nyakitin kamu" kata Jaehyuk masih dengan menautkan jemarinya.

Jeongwoo masih diam.

Ngebuat Jaehyuk menoleh, "Maafin" kata Jaehyuk lagi.

Jeongwoo akhirnya ngasih atensinya ke Jaehyuk, "Kamu nyakitin aku terus minta maaf. Keliatan gampang banget ya"

Jaehyuk ngegigit bibirnya. Dia makin ngerasa bersalah.

Jeongwoo kemudian memiringkan tubuhnya, menghadap Jaehyuk, "Sekarang kasih tau, aku harus gimana ke kamu"

Jaehyuk diam dengan masih menatap Jeongwoo.

"Aku ngga tahan sama rasa sakit yang kamu kasih, Jae" kata Jeongwoo kemudian.

Jaehyuk seolah tersadar. Sebegitu parahnya Jaehyuk ngasih luka ke Jeongwoo.

Dengan Jeongwoo yang udah bersikap baik sama dia, dengan Jeongwoo selalu prioritasin dia. Dengan Jeongwoo yang selalu mengalah.

Kenapa Jaehyuk bisa sejahat itu?

Tapi balik lagi. Mereka bukan diposisi yang bisa memulai hubungan.

Jaehyuk ngga bisa ngasih hatinya ke Jeongwoo.

"Aku minta maaf" ulang Jaehyuk.

Karena cuma itu yang bisa Jaehyuk ucapin sekarang.

"Aku ngga butuh maaf kamu" balas Jeongwoo.

Jaehyuk meraih tangan Jeongwoo dan menggenggamnya, "Woo jangan gini dong"

"Tolong"

Jeongwoo merasa kepalanya mau pecah saking frustasinya.

"Kamu maunya apa sih aku tanya?" Jeongwoo sedikit meninggikan suaranya.

"Kamu ngga mau hati aku. Tapi kamu nerima semua perhatian aku. Maksudnya gimana?" kata Jeongwoo.

Jaehyuk ngebasahin bibirnya, "Woo aku cuma bertingkah selayaknya kakak buat kamu. Kita kakak adek wajar kalo saling mengasihi"

"Engga. Itu ngga wajar" balas Jeongwoo.

"Kamu jangan mempersulit keadaan. Aku kakak kamu, kamu adek aku. Udah gitu"

"Ngga usah mikir kemana-mana. Jangan egois" sambung Jaehyuk.

Jeongwoo ngehempas tangan Jaehyuk.

"Kamu yang egois, Jae. Kalo kamu kakak aku, kenapa kamu ngebales ciuman aku waktu itu? Kenapa kamu diem aja ketika aku ngelakuin skinship yang berlebihan?" Jeongwoo memandang Jaehyuk dengan emosi yang hampir meledak.

"Dari semua itu kamu malah bilang aku yang egois? Jae, sadar. Kamu jauh lebih egois daripada aku" Jeongwoo bangkit dan meremas rambutnya frustasi.

Emosinya seolah menjadi mainan yang menyenangkan untuk Jaehyuk.

Jeongwoo berbalik dan kembali menatap Jaehyuk, "Aku cuma butuh 1 jawaban"

"Kenapa kita ngga bisa? Kasih aku alasan yang jelas" tuntut Jeongwoo.

Jaehyuk meremat ujung kaosnya, "Aku ngga bisa ngasih tau"

"Nonsense Jaehyuk, omong kosong"

"Aku cuma ngga mau nyakitin kamu, Woo" lirih Jaehyuk namun masih bisa didengar Jeongwoo.

Jeongwoo yang udah habis kesabarannya dengan sekali sentak narik tangan Jaehyuk. Ngebuat keduanya berdiri berhadapan.

Jeongwoo meremat bahu Jaehyuk. Rahang Jeongwoo mengeras.

"Kamu kira dengan kamu yang bisu dan mempersulit posisi aku itu ngga nyakitin aku? Kamu kira hati aku beneran dari batu? Otak kamu kemana sih? Dipake" kata Jeongwoo dengan masih terus meredam emosi.

"Dari 2 tahun lalu, aku selalu jadi pihak yang kamu buang tanpa tau apa alasannya. Jae, aku masih punya perasaan" kata Jeongwoo kemudian menunduk. Menghela nafas dalam.

Saat mendongak, Jaehyuk dibuat sedikit kaget karena mata Jeongwoo yang memerah.

Jeongwoo benar-benar menahan amarahnya. Tangan Jeongwoo dari bahu Jaehyuk terlepas.

Tersisa hanyalah Jeongwoo yang berdiri dihadapan Jaehyuk dengan kondisi berantakan.

Matanya menyiratkan kekecewaan.

"Maaf. Kelepasan" kata Jeongwoo dengan ngebasahin bibirnya dan menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jemarinya.

Jeongwoo menghela nafas. Kemudian mendongakan kepalanya. Menahan air matanya.

Ahh akhirnya emosi Jeongwoo malam ini bisa tersampaikan. Meskipun sangat menyakitkan.

"Jeongwoo" lirih Jaehyuk dengan akan sekedar menyentuh pipi Jeongwoo.

Namun Jeongwoo menepisnya pelan, "Jangan" katanya menolak sentuhan Jaehyuk.

Dirasa air matanya sudah tidak akan menetes Jeongwoo beralih menatap Jaehyuk, "Udara makin dingin, ayo masuk" kata Jeongwoo melewati Jaehyuk.

Jaehyuk menelan ludahnya susah payah. Tubuhnya sangat lelah dengan semua emosinya hari ini.

Jaehyuk mengikuti Jeongwoo dari belakang.

Kemudian Jeongwoo berhenti tepat didepan pintu kamar Jaehyuk yang berada dilantai satu.

"Tolong lupain apapun yang terjadi malem ini" kata Jeongwoo tanpa berniat menoleh.

Jaehyuk juga masih diam ditempatnya. Dibelakang Jeongwoo. Dengan kembali meremat ujung kaosnya.

"Woo" lirihnya.

"Selamat malam. Mimpi indah, Kak Jae"

.

.

.

Setelah memasuki kamarnya, Jaehyuk terduduk dibalik pintu.

Jaehyuk memeluk kakinya dengan kedua lengannya. Menumpukan dagunya ke lututnya.

Jaehyuk memandang kosong kedepan. Suasana sunyi, gelap dan menyakitkan.

"Aku juga ngga tau aku harus gimana, Woo"

"Aku juga ngga punya pilihan lain karena nyatanya aku ngga bisa memilih"

"Hati aku juga sama sakitnya kaya kamu"

Jaehyuk menatap kearah jendela kaca besarnya yang tepat berada lurus darinya. Memandang ke luar. Halaman depan kamarnya.

"Seandainya Tuhan berbaik hati ke aku, maka ngga perlu kamu minta, aku bakal lari ke kamu"

"Meluk kamu dan teriak dengan kencang kalo aku sayang kamu"

"Bukan sebagai saudara, tetapi sebagai seseorang yang membuat hati aku berdebar"

Tubuh Jaehyuk semakin merosot. Menjadi menempel lantai.

Meringkuk diatas keras dan dinginnya lantai kamar.

Air mata Jaehyuk mengalir diam-diam dari sudut matanya. Nyatanya memang terlalu sesak untuk dipahami.

Tanpa Jeongwoo ketahui, bahwa sebenarnya rasa yang Jeongwoo minta dari Jaehyuk itu memang lah ada.

Jaehyuk menyembunyikannya serapat mungkin.

Bukan karena Jeongwoo saudaranya, bukan karena keduanya adalah laki-laki membuat Jaehyuk enggan mengakui perasaannya ke Jeongwoo.

Nyatanya adalah takdir Tuhan yang ngebuat Jaehyuk harus terus sadar akan batasannya.

Batasannya sebagai umat Tuhan.

Yang bisa dipanggil kapanpun saat Tuhan merindukan umatnya.

"I love you so much, my lilttle brother Park Jeongwoo" lirih Jaehyuk menutup kekalutan malamnya.

TwinsHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin