Bagian 25

2.4K 211 43
                                    

Matahari perlahan tenggelam, digantikan dengan keindahan rembulan yang malu-malu menampakkan diri. Indahnya senja telah terganti dengan kerlip bintang yang menghiasi indahnya malam. Malam sepi, dengan angin yang mulai berhembus dengan kencang. Namun hal itu tak membuat seorang laki-laki muda yang mengendarai motor sportnya merasa terganggu. Ia malah semakin menaikan tingkat kecepatannya agar sampai dengan cepat pada tempat tujuan.

Disinilah ia sekarang, didepan gerbang rumah yang menjulang tinggi, dan tertutup dengan rapat. Ia turun dari atas motornya berjalan mendekat pada gerbang tersebut, lalu menekan bel yang berada di pojok kanan. Tidak butuh waktu lama, gerbang rumah tersebut terbuka, dan menampilkan sosok paruh baya yang sangat ia kenal.

"Selamat malam pak" sapanya dengan ramah, tidak lupa tersenyum manis.

"Selamat malam, masuk saja Tuan! Nona ada di dalam" laki-laki paruh baya itu membukakan gerbang, dan mempersilahkannya untuk masuk.

"Terimakasih" ujarnya dengan tulus, dan kembali menaiki motornya.

Satpam itu hanya mengangguk pelan, dan tersenyum ramah sebagai balasan.

.
.
.
.
.
.
.
.

Wang Yibo berdiri di depan pintu rumah Yifei, dengan tangannya yang terus menekan bel dengan tidak sabaran.

"Tunggu sebentar!!" Terdengar suara seseorang di balik pintu, yang Yibo yakini itu suara maid yang bekerja di rumah ini.

"Tuan Yibo, maaf apa anda menunggu lama?" ujarnya dengan sedikit rasa bersalah.

Yibo tersenyum manis, menggelengkan kepalanya lalu berujar dengan lembut.

"Tidak sama sekali, aku juga baru sampai...jangan khawatir"

"Hah syukurlah" ia bernafas lega, lalu membalas senyuman manis Yibo.

"Masuklah Tuan! Aku sedang berada di dapur, jadi suara bel tidak terlalu jelas aku dengar" ia memberikan ruang untuk Yibo masuk, dan dengan senang hati Yibo memasuki rumah itu.

"Tuan ingin menunggu di ruang tamu atau langsung ke kamar Nona Yifei?" Yibo yang sedang berjalan di depan maid tersebut tiba-tiba berhenti, dan berbalik.

"Aku tunggu di ruang tamu saja...tolong beritahu Yifei bahwa aku berada di bawah" Yibo kembali berbalik, berjalan menuju sofa di ruang tamu, dan menjatuhkan bokongnya di sana dengan nyaman.

"Baiklah Tuan, setelah itu saya akan membuatkan Tuan minum" ia membungkuk hormat, yang di balas Yibo senyuman manis. Setelahnya maid tersebut menaiki anak tangga untuk memberitahu Yifei.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hampir 20 menit lamanya Wang Yibo menunggu Yifei, namun wanita itu tidak juga menunjukkan batang hidungnya, yang membuat Wang Yibo sedikit kesal. Yibo beberapa kali melirik arloji di pergelangan tangannya, menghela nafas bosan yang entah kesekian kali. Semua hal sudah ia lakukan untuk mengusir rasa jenuhnya, bermain ponsel, berbicara sendiri tidak jelas, rebahan, bahkan minuman yang maid sediakan telah habis sampai ke dasar. Mungkin hanya jungkir balik saja yang Yibo belum lakukan di ruang tamu itu, entah apa yang Yifei lakukan di kamarnya sehingga begitu memerlukan waktu lama hanya untuk menemuinya.

"Maaf menunggu lama Yibo" tiba-tiba saja suara seseorang terdengar, mengalun dengan lembut masuk ke dalam indra pendengarannya, membuat Yibo dengan perlahan menolehkan wajahnya ke samping kiri. Dan saat itu juga Wang Yibo membelalakkan matanya tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat, dengan cepat ia memalingkan wajahnya.

"Apa ia gila?" Yibo menggerutu dalam hati, melihat bagaimana cara berpakaian Yifei yang begitu terbuka membuat Yibo merasa risih, dan tidak nyaman. Mungkin jika dulu ia begitu tergoda, namun saat ini Yibo malah merasa risih dengan hal itu. Bagaimana tidak, Yifei mengenakan baju yang sangat tipis, dan transparan bahkan celana dalamnya terlihat jelas. Satu hal lagi, Yibo bahkan tidak yakin jika gadis itu mengenakan bra.

Yibo akui gadis itu memang cantik Dengan baju berwarna putih, dan rambut panjangnya yang di gerai, tapi tetap saja pakaian yang Yifei kenakan sangat tidak pantas untuk menyambut seorang tamu, baju itu lebih cocok di gunakan saat sesi bercinta pikir Yibo.

Yibo akui gadis itu memang cantik Dengan baju berwarna putih, dan rambut panjangnya yang di gerai, tapi tetap saja pakaian yang Yifei kenakan sangat tidak pantas untuk menyambut seorang tamu, baju itu lebih cocok di gunakan saat sesi bercinta piki...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa ada yang salah Yibo?" Yifei menghampiri Yibo, memegang pundaknya dengan sensual sebelum menjatuhkan bokongnya di samping Yibo.

"Bisakah kau berganti pakaian?" Yibo enggan untuk menoleh ke samping, ia terus melihat lurus ke depan.

"Kau tidak suka" Yifei tersenyum manis yang tentu saja tidak Yibo lihat.

"Tidak aku tidak suka" ujarnya dengan cepat.

"Lihat aku dulu!" Yifei memegang kedua pipi chubby Yibo, memaksanya untuk melihat pada dirinya.

Kedua manik indah itu bertemu, menatap satu sama lain dengan perasaan berbeda. Yifei yang begitu terlihat bersemangat, dan Yibo yang terlihat begitu tidak nyaman.

"Apa benar kau tidak menyukainya?" Yifei kembali bertanya, dengan kedua mata yang masih saling bertatapan. Yifei ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa Wang Yibo sebenarnya masih begitu menyukainya, dan masih tergoda akan tubuh indahnya. Ia tersenyum senang saat kedua tangan besar Yibo memegang kedua tangannya yang masih berada di pipi Yibo, tapi senyuman itu luntur saat Yibo mengatakan sesuatu yang membuat hatinya teriris sakit.

"Aku tidak menyukainya, dan aku ke sini ingin mengakhiri semuanya" Yibo berujar dengan penuh keyakinan, bahkan tatapan matanya pun tidak ada sama sekali keraguan.

PLAK!

Satu tamparan lolos di pipi mulus Yibo, menghantarkan rasa panas yang membuat Yibo meringis sakit.

"Apa kau sadar apa yang baru saja kau ucapkan Yibo" suara Yifei bergetar, hatinya begitu sakit bahkan air mata sudah berlomba-lomba menuruni pipi putihnya.

Yibo menghela nafas panjang, ia tidak ingin terpancing emosi karena bagaimanapun ini memang kesalahannya. Hubungannya hancur memang karena dirinya yang tidak dapat menjaga hatinya, hatinya lah yang berkhianat bukan Yifei. Jadi wajar jika gadis itu memukulnya, bahkan mungkin jika gadis itu mau ia bisa memukul Yibo lebih banyak.

"Maafkan aku!" Yibo berusaha memegang bahu Yifei yang langsung di tepis sang empunya.

"Aku menyukai orang lain Yifei, aku tidak ingin menyakitimu terlalu lama dengan sebuah kebohongan ak--"

"Kau menyukai Xiao Zhan bukan?" Yifei menyela, menatap Yibo dengan air mata yang terus turun.

"Ya, aku menyukai Xiao Zhan, dan aku rasa itu bukan hanya sekedar suka tapi rasa cinta... kejujuran ku mungkin mengandung luka, tapi aku juga tidak bisa terus menerus bohong dengan perasaanku" Yibo menggenggam tangan Yifei, menatap sosok gadis yang dulu amat sangat ia cintai.

"Yifei maafkan aku, aku--"

"XIAO ZHAN TIDAK MENCINTAI MU YIBO, XIAO ZHAN HANYA BERUSAHA MEREBUT SEMUA HAL YANG AKU MILIKI" Yifei berteriak, dengan suaranya yang parau.

"Hanya aku hiks...hanya aku yang tulus mencintaimu Yibo" ia tertunduk, rasa perih di hatinya benar-benar membuatnya tak berdaya. Sesuatu yang selama ini ia takutkan akhirnya terjadi, kenapa harus dirinya yang selalu merasakan sakit? Kenapa tidak Xiao Zhan?.

Yibo hanya mampu terdiam mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibir Yifei, bahunya menegang, dan hatinya tercubit saat kata demi kata terlontar begitu saja.

"Jangan percaya bajingan itu Yibo hiks...ia tidak mencintaimu"











TBC.

Udah mau end😂

Two Crazy PeopleWhere stories live. Discover now