1

416 36 146
                                    

Aya sedang memainkan ponselnya, melihat sosial media saat jamkos, sementara ketiga temannya sedang bercanda sampai pada akhirnya salah seorang perempuan yang duduk di sampingnya bertanya.

"Ya, bosen nggak?"

Aya menoleh dengan tatapan bingungnya.

Sang teman mengulang kembali pertanyaan. Aya lalu menyimpan ponselnya di saku.

"Sedikit, mana kuota mau abis."

"Gue ada ide, mau main nggak?" Perempuan di samping Aya menatapnya sebentar lalu membalikkan badan, menatap dua temannya yang lain.

"Jangan aneh-aneh Han." Tegur Sadawira.

Perempuan itu mengercutkan bibir, membela diri. "Kapan sih gue aneh-aneh? Yang ada lo yang aneh."

"Emang main apaan?" Kini perempuan di samping Sada yang bertanya, sementara Aya hanya menyimak.

"Jadi gue pernah main sama adek gu—"

"Jihan, lo 'kan bungsu." Aya mengingatkan.

"Maksudnya adek sepupu gue. Jadi 'kan kemarin dia nyuruh gue nulis di kertas salah satu permintaan gue, kalau misalkan kertas yang gue tulis itu dia yang dapet, maka dia harus kabulin permintaan gue."

"Kalau nggak bisa kabulin?"

"Pokoknya harus bisa! Kan udah setuju ikut main."

"Oke gue ngerti, lagian asyik kali ya ngerjain Microwave." Sadawira melirik Michelle dengan sudut bibir terangkat.

Michelle melotot sambil mencubit lengan Sadawira. "Gue aduin bonyok gue ganti nama gue microwave."

"Tapi gimana cara mainnya?"

"Karena kita nggak punya botol buat masukin kertas itu, pake tangan aja kali ya." Jawab Jihan yang langsung diteriaki 'nggak' oleh Sada.

"Kenapa?" Tanya ketiga perempuan itu serempak.

"Gue nggak mau, entar Jihan curang."

Jihan melotot, membuat Sada makin menjadi-jadi ingin merusak mood Jihan. Akan tetapi merusak mood itu hanya angin lalu ketika Jihan menuliskan sesuatu di kertas dengan bibir terangkat melirik Sada.

"Ini siapa yang mau duluan?" Tanya Jihan. Sekali lagi melirik ketiga temannya bergantian.

"Lo aja, abis itu Aya, abis itu gue yang terakhir Sada," ide Michelle yang langsung di protes Sada.

"Kenapa gue harus terakhir? Lo aja yang akhir, kan gue anak sulung."

"Jihan anak bungsu tapi dia pertama, kenapa lo nggak protesin Jihan juga?" Tanya Michelle sambil menunjuk-nunjuk Jihan.

"Oke-oke, karena Sada anak pertama, mulai dari Sada aja kali ya."

Awalnya Sada tersenyum. Akan tetapi hanya beberapa detik. "Kalau gue yang pertama, gue nggak tahu dong cara mainnya, Jihan duluan abis itu gue."

Aya ingin sekali mencakar wajah Sada karena saking kesalnya. Lelaki itu selalu saja membuat Jihan dan Michelle apa lagi, naik darah.

"Oke-oke, gue duluan nih." Ucap Jihan sambil mengguncang kertas yang digulung kecil di tangannya, lalu ia jatuhkan satu kertas di  meja.

The game Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang