29

80 11 70
                                    

Selama menjalani pernikahan dengan Pasha, Aya cukup bahagia. Ia kadang diperlakukan Pasha seperti ratu, kadang juga seperti pembantu jika Pasha sudah jenuh memasak atau makan di luar. Lalu Aya disuruh Pasha memasak.

"Gimana?" Aya berdiri di samping Pasha yang baru saja menyendok sup ayam ke mulutnya.

"Asin."

"Oh, berarti perlu gula?

"Boleh."

"Gula nya satu sendok atau berapa?"

"Bawa gulanya sini, biar aku yang tuangin."

Begitu permintaan Pasha sudah Aya laksanakan, ia langsung menambahkan gula pasir ke dalam mangkuk.

"Udah pas nih. Tadi belajar apa sama Mama?"

"Goreng ikan tapi gosong, soalnya tadi Aya tinggal ke kamar, kata Mbak Lia, kalo mau ninggalin, apinya di kecilin, nah tadi Aya lupa sama pesen Mbak."

"Mama marahin kamu?"

"Enggak, kan Aya belajar masak sama Mbak, Mama Sora ada pengajian di rumah tetangga."

"Terus ikannya kamu apain?"

"Dikasih sama kucingnya Cik Molly."

Ada raut terkejut tergambar jelas di wajah Pasha. "Kucingnya Cik Molly kan mahal, apa nggak keracunan?"

Aya mengedikkan bahu. " i dunno. Tadi Aya udah kasih buat kucing liar yang biasa nongki depan rumah kita, tapi kucing Cik Molly nyerobot."

Pasha memegangi keningnya. Ia tak mau berandai padahal, tapi otaknya sudah membuat imajinasi buruk tentang kucing tetangganya. Ia terkejut saat Aya menepuk pelan pundaknya.

"Mikir apa?"

"Aku takut kalo kucingnya mati."

"Jangan nakutin gitu dong. Aya jadi merasa bersalah nanti."

🌷

"Perasaan bawa bekel mulu deh, lo nggak dikasih duit jajan sama Om gue?"

Aya menggeleng sebelum membuka bekel makannya hari ini. "Cobain nih, gue masaknya banyak tadi."

Jihan dan Sadawira saling pandang sebelum akhirnya salah satu dari mereka menanyai siapa yang membuat capcay dan ayam tepung itu.

"Gue lah, masa Om Pasha."

"Serius nih? Lo 'kan nggak bisa masak. Gue inget banget, waktu kita bbq-an Aya yang paling heboh mukanya kena percikan minyak. Inget lo, Sad?"

"Itu kan dulu, sekarang mah beda. Manusia bisa berubah Bu Jihan."

"Ih, jangan panggil Bu dong, gue masih muda tau."

"Jangan komplin, Aya aja dipanggil Tante nggak marah, padahal masih muda," jawab Sadawira yang langsung dianggkui Aya.

"Mau nggak mau, Aya kan udah jadi Tante lo sekarang."

"Shut up! Di belakang ada Micellar water, gimana kalo dia denger?" Cicit Aya dengan mata mendelik ke arah dua sahabatnya.

"Bodo amat, anggep aja makhluk tak kasat mata. Ayamnya gue minta dua boleh nggak, Tante?"

"Ambil, kayak sama siapa aja pake izin."

"Lo mau pujian apa kritik?" Tanya Sadawira begitu Aya menatapnya cukup lama. Mungkin minta penilaian.

"Yakin gue, masakan Aya bawa musibah," celoteh Jihan.

"Bener banget, ke manisan capcaynya, tapi ayamnya enak kok, mateng sempurna."

The game Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang