14

54 15 28
                                    

Wantian Faiz masih Aya ingat dalam hati dan pikirannya. Ia selalu menebak saat berkumpul bersama teman-temannya. Siapakah yang dimaksud Faiz enam hari lalu?

Tidak ada yang aneh, sampai ia menangkap raut wajah Jihan yang tampak aneh, lalu Michelle yang selalu menggunakan ponselnya dan tidak terlalu menyimak setiap pembicaraan mereka bertiga.

Jawaban gadis setengah Tionghoa itu selalu salah sambung.

"Kenapa sih, Mic? Lo lagi ada masalah."

Michelle mengalihkan pandangannya dari ponsel ke Sadawira. "Emm... gue.."

"Jangan setengah ngomongnya. Ada apa sih?" Kini Aya yang menanyai.

"Sorry Ya, mungkin gue harus bahas ini lagi." Michelle mengotak atik ponselnya. Lalu menaruh di atas meja. "Kemaren gue terima paket, yang nganterik mirip banget sama Papa lo."

"What the hell. Kurir apa? Kurir oksigen at—"

"Kita bukan lagi bahas Black knight, Sadawira Pramana. Fokus-fokus." Potong Jihan langsung. "Mana-mana liat."

Sementara Aya enggan melihat. Ia sudah berkomitmen tidak mau tahu lagi dengan lelaki bernama Pasha itu, toh hubungan ini sudah selesai setelah Pasha memblokir nomornya.

"Ya, selama ini lo dibohongin, jadi kurir doang dia, tapi gayanya tinggi banget."

Aya mengedikkan bahu. Malas sekali membahas orang itu.

Mereka tidak mengetahui jika Aya melihat Pasha bersama perempuan lain, mereka juga tidak tahu soal tebengan yang diberikan Rofiq, karena Aya harus menutup mulut dulu sampai orang yang dimaksud Faiz ketahuan.

"Waktu dia ngajakin lo jalan-jalan, pernah ada insiden nggak? Kayak dia suruh lo bayarin atau bilang dompetnya ketinggalan, pinjem duit lo dulu?"

Pertanyaan Jihan langsung dijawab Aya dengan gelengan. "dia yang hobi nawarin gue makanan buat orang rumah."

"Bisa aja itu duit bosnya, terus mobil yang selalu Aya naikin punya kantor. Kan waktu itu Aya bilang, mobil Pasha berantakan banget.."

Ucapan Michelle langsung disetujui Sadawira dan juga Aya dalam hati.

"Tapi kalo punya kantor, pasti ada stiker perusahaan 'kan?" Tanya Aya yang mulai tertarik bergabung.

"Biasanya sih gitu." Kata Sadawira sambil mengangguk. "Wah kebangetan banget si Pasha, dia ngaku-ngaku kaya."

"Tapi kok bisa ya, mukanya tuh kayak negesin dia lahir udah kaya dari bayik. Kalian tahu nggak sih, jam tangan yang dia pake waktu makan di KFC sama Aya? Samaan kayak punya crizy rich Suroboyo."

"Kw 1 paling." Jawab Sadawira, lalu mengusap rambut Michelle lembut. "Jangan mau dibodoh-bodohin orang dong."

"Ih nggak! Gue udah nanya ke tukang jam langganan Papa gue, itu nggak ada kw nya."

Sementara Jihan hanya diam, mengamati Michelle cukup lama.

Aneh, sangat aneh sekali, tidak biasanya Jihan menatap orang selama itu. Sebenarnya apa yang terjadi? Apa yang sedang dipikirkan Jihan tentang Michelle, Aya ingin sekali melihat isi kepala Jihan saat ini.

"Udah ges, ngapain jadi bahas Pasha lagi sih? Dia tuh masa lalu, yang harusnya dilempar ke laut, mending kita ngomongin Faiz. Cel... gimana, udah dapat belum nonya singa?"

Michelle terbatuk, selalu saja terbatuk ketika Aya menagih nomor Faiz.

"Masih belum?"

Michelle mengangguk, memasang wajah sedih sekaligus bersalah.

The game Where stories live. Discover now