27

68 10 53
                                    

"Terus kita mau kemana sekarang?" Aya menanyai saat dirinya dan Pasha ada di mobil.

"Kamu mau kemana?"

"Lah lucu banget sih paksu," tangan Aya terangkat, niatnya ingin mencubit pipi Pasha, tapi ia merasa malu. Lantas tangannya ia turunkan, menggaruk lehernya.

"Paksu apa?"

Entah benar-benar tidak tahu atau pura-pura, Pasha menanyai yang membuat Aya termangu untuk beberapa saat lantas menanyai.

"Beneran nggak tahu," jawab Pasha apa adanya.

"Cari nanti di google. Jangan-jangan nggak tahu juga google apa, sosmed apa," tebakan Aya diakhir itu langsung disangkal Pasha.

"Tahu kok. Buktinya aku ada sosmed, kalo nggak tahu sosmed berasa no life."

"Dih, istilah no life tahu, tapi Paksu nggak tahu. Lucu banget sih Om."

Pasha berdeham sebelum mobil bergerak mundur. "Maaf ya, aku bukan pelawak, tapi suami kamu sekarang. Jadi mau kemana nih?"

"Nggak tahu, udah nggak mood jalan. Anterin ke rumah Abah aja deh, daripada nggak jadi jalan sama sekali."

"Katanya kamu malu gara-gara udah pengumuman liburan ke luar kota."

"Biarin. Biar Aya tanggung malunya, walaupun Om Pasha yang bikin salah."

"Maaf," sekali lagi Pasha meminta maaf dengan nada lirih seperti anak kecil yang telah berbuat salah.

Begitu sampai di depan rumah, Pasha berniat juga hendak turun. Akan tetapi panggilan yang baru masuk, membuatnya bertahan.

Aya berpikir pembicaraan Pasha di telepon akan memakan waktu lama, jadi ia berinisiatif turun lebih dulu. Akan tetapi saat tangannya hendak menyentuh pintu, Pasha langsung mengunci pintu mobil dan menggeleng pelan begitu Aya menatapnya dengan isyarat minta dibukakan.

Mungkin pembicaraan itu berlangsung lima menit. Pasha yang baru menyimpan ponsel di dashboard, lalu meminta maaf entah untuk ke berapa kalinya pada Aya.

"Tadi telepon dari customer, minta dikirim furniture ke luar negeri. Aku nggak ikut masuk, mau ke gudang, nggak pa-pa 'kan sendiri?"

Aya hanya mengangguk. Lalu ia minta dibukakan pintu, ketika pintu sudah terbuka, ia hanya melambai sebagai salam perpisahan.

"Aya, nggak cium tangan juga?" Pertanyaan itu terlambat, Aya sudah keluar.

🌷

Rumah tampak sepi saat Aya masuk. Salam darinya juga tidak ada yang menjawab.

Ah, Aya baru ingat, ini 'kan hari senin, orang rumahnya pasti sudah pergi.

Tapi tebakannya salah ketika melangkah masuk ke dapur, ia menemukan semua orang rumahnya berkumpul di meja makan.

"Hai semua," sapa Aya penuh keceriaan.

Sejenak, mereka semua yang baru saja dapat salam Aya, berhenti makan dan menatapnya dengan bingung.

Marsha yang pertama kali sadar, lalu membahas rencana liburannya.

Diungkit soal liburan, wajah Aya berubah cemberut, ia menarik kursi untuk diduduki sebelum akhirnya menjawab.

"Wah, baru juga sehari nikah, udah acara bohong-bohong aja," komentar Mozza lalu mengarahkan sendok ke mulut. "Udah minta maaf belum dia?"

"Udah."

"Terus mana orangnya. Takut ketemu gue?"

Tebakan Abahnya itu mendapat gelengan Aya. "Ke gudang, katanya mau kirim jualan ke luar negeri."

The game Where stories live. Discover now