9

105 18 87
                                    

Aya sedang menghitung tanggal di kalender dengan posisi tiduran di atas kasur. Butuh waktu sebelas hari lagi agar dia terlepas dari permintaan Sada.

Belum juga satu minggu. Hati Aya sudah ketar ketir akan kejadian-kejadian tak terduga yang dia alami.

Dari mulai masalah warung makan, kiriman pecel ke rumah, berpapasan dengan ibunya, sampai yang terakhir pertanyaan Ahsin beberapa menit lalu yang bisa saja membongkar kelakuannya hari ini.

Andai bisa, Aya ingin langsung pergi ke empat belas hari itu, menghapus tanggal-tanggal sebelumnya agar dia tidak capek-capek lagi berbohong.

"Mikir apa nih kawan," Mozza tiba-tiba masuk, lalu melepas sweater yang ia gunakan.

Aya melirik Mozza sebentar, lalu mengambil ponselnya di sisi kanan.

Bisa gawat seandainya Mozza membaca notifikasi yang baru masuk. Entah dari Pasha atau dari teman-temannya.

"Eh, kata Ifeh kamu tadi dianter cowok kamu ya. Ciye, udah punya ayang aja." Ledek Mozza.

Aya langsung bangun dari tidurnya, menatap Mozza dengan mata mendelik. "Nggak! Fitnah tuh dia. Apaan sih, orang tadi dianter Tasha."

"Tasha temen kamu yang baik itu?"

"Iya. Kayak berapa aja aku punya temen
Tasha. Kak Mozza nggak usah ikut-ikutan fitnah aku kayak Kak Ifeh, ntar kalau Abah denger bisa abis aku, dikirain Abah beneran dianter pacar."

Mozza hanya terkekeh sambil menuang pembersih wajah ke kapas.

"Kak Mo..." panggil Aya merengek.

"Hm."

"Nah gitu dong," Aya lalu duduk bersila, menghadap Mozza yang sedang sibuk menghapus krim pelindung matahari di wajahnya. "Waktu Kak Mozza ketahuan deket sama si Cindo samping toko, Abah ngapain selain marah?"

Mozza berhenti dari kesibukannya, menatap Aya heran.

"Apa?" Tantang Aya memasang wajah tak santai setelah ditatap Mozza.

"Kamu beneran punya cowok?"

"Nggak, cuma nanya doang!"

"Kirain. Aku rasa kamu tahu deh dari awal ceritanya, kenapa nanya lagi."

"Cuma pastiin, kali aja ada yang nggak aku tahu."

"Debitku diambil, terus Abah ngomong ke Jeffri jauhin aku, soalnya aku nggak boleh pacaran, kalo mau, langsung nikah aja."

Aya menggeleng. "Kalian tuh diharamkan jadi pasangan, tau nggak." Lalu Aya tertawa sambil menepuk kedua pahanya.

"Ketawa aja kenceng-kenceng, ntar kalo kamu ada di posisiku, aku yang ngetawain kamu paling kenceng."

Aya menggoyang-goyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan bibir bawah maju. "Nggak bakal. Kalo ada yang mau termasuk Faiz, bakal aku suruh ke rumah ngelamar. Pacaran? Sori ya Kak Mozza, nggak mainanku."

Lalu Aya menyibukkan diri dengan ponsel setelah itu. Ada chat masuk lagi dari Pasha berupa gambar setelah tadi sore mengabarinya sudah sampai di rumah.

Aya memperbesar foto itu lengkap dengan keterangan posisinya. Sejenak ia tercenung sampai akhirnya ia berkomentar.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
The game Donde viven las historias. Descúbrelo ahora