14. CATATAN MILIK 2019

86.1K 8.3K 4.8K
                                    

Selamat membaca, semogaa sukaa Aamiin.

Vote itu gratis, jadiiii silahkan vote ya💘

14. CATATAN MILIK 2019

Merelakan adalah milik manusia. Tapi, kabarnya, belum ada yang benar-benar siap.

***

Di dapur saat anaknya sejam yang lalu sudah berangkat ke sekolah. Siska— Mama Salsa membuka buku resep brownies yang ia beli beberapa hari yang lalu. Wanita itu membaca dengan teliti struktur cemilan favorit yang biasa ia buat. Mencari inovasi rasa yang baru untuk ia buat.

Dari arah depan, Nona muncul. Mengamati aktivitas sang pemilik toko tempatnya bekerja itu.

"Maaf menganggu, Bu. Ini ada paket dokumen," kata Nona sembari menyodorkan amplop besar berwarna coklat ke arah Mama Salsa.

"Dokumen apa, Na?" tanya Mama Salsa yang masih belum mengalihkan pandangannya.

"Surat persetujuan perceraian, Bu," sebut Nona, hati-hati.

Keheningan kemudian tercipta bersamaan dengan jawaban Nona. Hari disetujuinya kebersamaan yang selesai itu, telah sampai surat dan kabarnya. Telah sampai kepastian yang selama ini tinggal pada hari-hari yang sepi dan sendirian, hari-hari yang kadang ramai menanyakan nasib manusia yang terikat namun saling pergi.

Secara tertulis, usai sudah apa yang ia jaga hingga 18 tahun ini, usai sudah hari-hari bersama itu. Kemarin yang jadi milik berdua, hari ini membuktikan bahwa benar-benar harus masing-masing itu punya fasenya.

"Surga ini, adalah surga yang sama-sama kita hancurkan," ucap Mama Salsa dalam hatinya ketika melirik amplop dokumen itu. Mengingat janji setia yang pernah terucap di bangunan 10 lantai kota Bandung dengan seorang laki-laki yang begitu sungguh. Dengan seorang laki-laki yang ia kira tidak akan merusak tiangnya sendiri.

Selalu ada bagian air mata untuk menjelaskan, tapi menyadari bahwa semua memang harus seperti ini jadi jalan pintas untuk pura-pura kuat dihadapan kenyataan.

Mama Salsa mendekatkan tangannya dengan dokumen itu, lalu memeriksa lembar terakhir pada surat itu. Surat pernyataan mengenai hak asuh.

"Mbak Salsa sama kita kan, Bu?" tanya Nona, ikut campur. Ia khawatir hak asuh ternyata jatuh pada Ayah Salsa sendiri. Nona takut, Mama Salsa punya sedih yang banyak.

Belum ada jawaban.

Namun, beberapa menit memahami maksudnya, Mama Salsa bersuara. "Iya, Na. Salsa disini."

Entah apa yang sedang Mama Salsa menangkan dan senangi sekarang, yang jelas, ia selalu takut pada Salsa yang nantinya akan melihat banyak kecewa. Ia takut Salsa jadi salah satu anak yang gagal punya keluarga yang utuh. Gagal merasakan cinta yang seutuhnya, cinta yang hanya ada sekali di Bumi dan satu-satunya.

Mama Salsa juga lebih takut terhadap waktunya. Cukupkah untuk menemani Salsa? cukupkah untuk berlama-lama di bumi?

"Ibu, semangat, kita harus buktikan, kalau kaum perempuan bisa untuk berdiri sendiri," ucap Nona menyemangati. Kemudian memasang badannya untuk kembali bekerja di toko.

Mama Salsa membalasnya dengan senyum tipis. Hari ini, benar-benar harus berdiri sendiri.

Kepergian Nona, membawa keheningan yang benar-benar. "Selamat jalan bahagia, semoga bahagiamu bertemu dengan bahagia yang layak."

Sangat munafik jika tidak ada sedih, ya, karena mau bagaimanapun, seindah atau seburuk apapun kisahnya, jika pernyataan 'usai' dikomando, beberapa manusia selalu akan ingat dengan senang yang pernah terjadi, senang yang mungkin pernah ia anggap 'paling'.

DIA BARAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt