17. GARIS INTERAKSI

78K 7.3K 3.9K
                                    

Selamat membaca, semogaa sukaa Aamiin.

Vote itu gratis, jadiiii silahkan vote ya💘

17. GARIS INTERAKSI

Paling tidak, disuatu hari nanti. Namamu akan selalu terkenang, meski cuman diingatan kecil yang diam-diam sengaja diusir karena mengganggu jam tidur.

***

Jam istirahat, salah satu surga kecil yang dinantikan oleh kaum pelajar. Beberapa detik setelah lonceng istirahat berbunyi, para guru meninggalkan kelasnya, diikuti dengan para siswa yang berbondong-bondong keluar untuk menyerbu kantin, memuaskan perutnya.

"Buruan, anjir, gue udah kerocongan banget," ucap Bobby besar pada teman-temannya yang masih duduk di meja masing-masing.

"Lo nggak sarapan?" tanya Bara.

"Sarapan, tapi, lo kayak nggak kenal aja sama gue, Bar," jawab Bobby, loyo.

"Yuk," ajak Angkasa. Laki-laki bermata elang itu kemudian bangkit, yang mengikutkan beberapa temannya untuk berdiri juga.

"Lo duluan aja," kata Bara.

"Kenapa?" tanya Alaska. Laki-laki dengan notabene suka mempermainkan hati kaum hawa itu nampaknya ajak kepo.

"Gue lupa bawa uang, mau nyari uang dulu," jawab Bara snatai. Sebenarnya bukan lupa bawa uang. Hanya Bara saja yang sengaja tidak meminta uang kepada Maminya. Terlalu membebani jika dipikir-pikir.

"Gue ada uang," ucap Angkasa cepat, menunjuk kearah saku baju putihnya. Bagi laki-laki itu, semua kekurangan teman-temannya, adalah kendalinya untuk menutupi. 

"Nggak usah, tunggu gue aja di WAZEB," tolak Bara. Ia kemudian berdiri lebih dulu, mengambil kotak kecil persegi dari lacinya dan pergi dari kelas itu.

Bara berjalan menuju lorong kelas X, berkeliling disana untuk memberi pesanan stiker orang-orang yang memesan padanya. Iya, sejak SMP, laki-laki itu berjualan stiker di sekolah. Stiker logo, stiker nama, atau stiker kartun yang biasanya dipesan oleh para siswi. Harga cukup bersahabat dengan kantong, hanya lima ribu rupiah persatuan dengan ukuran yang cukup besar.

Hari ini ada lima orang yang membeli stikernya, dan lima orang itu sama-sama memberinya uang lima ribu, jadilah Bara punya dua puluh ribu untuk jajan. Tapi, seperti biasa, tidak akan ia habiskan. Paling hanya akan membeli es teh seharga dua ribu, dan mie kuah seharga lima ribu. Sisanya akan ia tabung, atau ia simpan untuk diberikan kepada mereka yang benar-benar butuh bantuannya.

Sesampai di WAZEB, Bara kemudian segera ikut berbaur dengan teman-temannya.

"Ska, bagi tugas Ekonomi peminatan dong, gue belum jadi," kata Alaska pada Sekala yang menyantap bekalnya dengan sebuah buku yang sedang ia baca. 

"Njir, gue juga belum," sahut Bobby.

"Gue juga," sambung Angkasa.

"Gue udah," ucap Bara, percaya diri. "Lo mau nyontek nggak?"

"Tumben?" tanya Bobby. Bara kan sefrekuensi dengan dirinya soal kerja tugas: malas dan mager.

"Haha," Bara tertawa. "Udah mau kelas 11 kita, jangan ikut arus mulu."

"Lo berguru dengan siapa, Bar?" tanya Alaska. Nampaknya ada sedikit penasaran, karena beberapa hari ini, banyak perubahan yang Bara tunjukkan.

"Sama Salsa," jawab Bara. Semalam full, Salsa mengajarinya tugas ekonomi. Bukan Bara saja yang untung, tapi Salsa juga karena mendapatkan pencerahan di tugas bahasa Indonesia, membuat puisi, yang tentunya Bara jagonya.

DIA BARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang