BAB 43

2.7K 249 10
                                    

"M-Menenggelamkan Brigham?"

Semua pria berjubah hitam dalam ruangan itu tercengang. Tidak pernah sedikit pun terlintas di benak mereka mengenai strategi rumit yang baru saja dipaparkan oleh wanita tua itu. Tetapi tak ada satu pun dari mereka yang meragukan kecerdasannya, sehingga mereka memaksakan diri untuk menerima rencana itu tanpa protes sedikit pun.

"Dari wajah-wajah ini, aku bisa melihat kalian masih terlihat seperti kumpulan anak ayam yang tersesat," ketus Ratu Wolfgang sambil bertopang dagu. "Aku seperti berbicara pada tembok saja!" rutuknya. Ia lalu menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan pembicaraan. "Peta dalam buku yang Drake temukan bukanlah peta wilayah Brigham yang sesungguhnya, melainkan sebuah peta bawah tanah!"

Konrad terpana mendengar kata-kata itu. Ia jadi teringat akan suatu dongeng yang pernah ia dengar sewaktu masih muda dulu. "J-Jadi, terowongan itu bukanlah mitos?"

Ratu Wolfgang menatap Konrad dengan sorotan mata seakan ia tengah berburu. "Tentu saja bukan. Sebentar lagi, kita akan segera keluar dari kekeringan. Ini merupakan harta karun dari leluhur di masa lampau, jangan sampai kita mengabaikannya." Ratu Wolfgang menyeringai lebar memperlihatkan gigi-giginya yang berkerak. "Kita hanya perlu memperbaiki sedikit dari struktur lintasannya agar mengarah ke ruangan bawah tanah Istana Brigham. Lalu kita lubangi dinding Sungai Biru agar airnya mengalir memenuhi sepanjang lubang galian itu hingga Istana Brigham tenggelam."

Konrad mengangkat alisnya.

Seolah-olah kita akan menggeser Sungai Biru.

"Posisi kita akan menjadi lebih dekat pada sumber air!" gumam pria berjubah di sekeliling Konrad dengan gembira.

"Y-Yang Mulia." Drake memberanikan diri menyela. "Bolehkah aku bertanya satu hal?"

Ratu Wolfgang mengangguk singkat.

"Bagaimana jika wilayah hutan terlarang ini ikut tenggelam? Bukankah posisi kita lebih rendah daripada Brigham?"

Ratu Wolfgang memutar bola matanya. "Oh, kau tidak cerdik seperti yang biasanya, Drake," omelnya. "Apa kau lupa bahwa ada tembok perbatasan? Itulah tanggul air kita."

Drake menyeringai senang, namun ia lalu mengerutkan hidungnya saat merasa terganggu dengan suara lolongan serigala yang berasal dari luar. "Baiklah, Yang Mulia. Maaf atas kebodohanku barusan. Aku permisi dulu dari ruangan ini, karena ada serigala yang harus aku beri jatah makan malam." Drake segera keluar dari aula rahasia.

"Yang Mulia," potong Konrad. "Apakah itu berarti rencana pernikahan Garnett dibatalkan?"

Ratu Wolfgang menggeleng dengan santai. "Itu tidak penting lagi."

"Lalu bagaimana dengan dua tawanan kita? Putri palsu dan asli?"

"Putri palsu?" Ratu Wolfgang tertawa terbahak-bahak sampai menggoyangkan kursi yang ia duduki. "Jangan bilang, kalian salah menangkap orang?!" tuduhnya. "Siapa yang kalian tangkap?"

Konrad maju selangkah. "Dia hanya rakyat biasa, Yang Mulia."

"Yang palsu tidak berguna. Buang saja, jadikan dia makanan serigala-serigalaku. Ia bukan keturunan kerajaan mana pun, tidak bisa memberi kita koneksi. Yang keturunan asli dapat digunakan sewaktu-waktu untuk mengancam Kerajaan Heloise," ujar Ratu Wolfgang. "Lakukan sekarang juga!"

****

Milo, yang telah mendengar seluruh percakapan itu dari balik pintu, segera berlari mencari tangga kayu di dalam sebuah ruangan.

Gawat.

Ia berlari sampai tersandung saat membawa tangga itu, merasa dikejar oleh waktu yang semakin menghimpitnya. Ia tidak menyangka Scania akan dilempar ke hutan terlarang begitu cepat. Ia bahkan belum sempat menyusun rencana lebih detil dari sebelumnya. Semuanya mendadak, dan ia harus bisa menyelamatkan pujaan hatinya atau semua penyamarannya akan menjadi sia-sia.

Ia memasuki ruangan tempat Scania ditahan dan segera memisahkan gadis itu dari rantai besi yang menjeratnya dengan kunci yang tergantung di dinding.

"Scania, cepat ikuti aku!" perintah Milo dengan terburu-buru. Ia berjalan keluar dari ruangan itu sambil membawa tangga agar Scania bisa menggunakannya nanti. "Cepat!"

Scania perlahan bangun, berusaha mengikuti langkah sahabatnya yang tergesa-gesa. Ia sebenarnya tidak mengerti apa yang terjadi saat ini, namun ia percaya pada Milo dan akan berusaha mengikutinya. Scania menoleh ke kanan dan kirinya, lalu menambah kecepatannya saat ia yakin tidak ada penjaga berbaju besi selain Milo yang sedang sibuk membawa tangga kayu.

****

Raja Heloise malam ini menggebrak meja begitu keras. Ia sejak tadi hanya duduk di kursi yang berada dalam kamar Martha dengan dahi berlipat-lipat. "Ini pasti perbuatan para Wolfgang sialan!"

Sementara itu, Ratu Heloise justru menangis memeluk selimut di tempat tidur putrinya. "Martha ... Martha kembalilah, Nak." Ia terus menangis sampai matanya sembab.

Setelah mengetuk pintu, empat orang prajurit tiba-tiba memasuki kamar tersebut dengan cepat.

"Lapor, Yang Mulia. Kami benar-benar tidak melihat adanya petunjuk mengenai keberadaan Tuan Putri saat ini."

"Kami sudah menelusuri Sungai Biru dan sekitarnya, tapi hasilnya nihil. Haruskah kami mencarinya ke hutan terlarang?"

Raja Heloise tampak gusar. "Jangan, tempat itu berbahaya. Apakah sebaiknya aku saja yang pergi ke sana? Toh, malam ini aku juga tidak akan bisa tidur! Bagaimana aku bisa tidur sementara putriku diculik oleh para Wolfgang yang berbahaya?!"

Wren, yang saat itu diam-diam mencuri dengar keributan dari kamar Martha, mendadak merasakan sesak di dadanya. Entah apa yang merasukinya, ia menerobos masuk ke kamar itu dengan linangan air mata di wajahnya. Ia menjatuhkan dirinya ke lantai di hadapan Raja dan Ratu Heloise dan terus menangis.

"Y-Yang Mulia ... Mengapa bisa jadi begini ... Mengapa putriku bisa hilang ... Mengapa--"

"Wren," potong Ratu Heloise dengan suara parau. "Sepertinya kau salah paham. Yang hilang itu putriku, bukan putrimu. Bukankah putrimu sudah lebih dulu berangkat atas izinmu menemui Klan Wolfgang?"

Wren tiba-tiba menjerit keras. "Aku sudah tidak sanggup lagi memendam semua ini ... tadinya aku percaya bahwa Yang Mulia bisa menjaga putriku, Martha!" pekiknya.

Ratu Heloise menatap suaminya dengan rasa tidak percaya.

"Wren," potong Raja Heloise. "Bicaramu melantur, sepertinya kau terlalu banyak mengupas wortel hari ini."

Wren terisak lagi. "Aku pikir dengan menukar Martha dengan Scania sewaktu masih bayi, Martha akan bisa mendapat hidup yang lebih baik. Tapi ternyata semua itu percuma! Martha tidak akan pernah kembali lagi ke sini! Yang Mulia harus bertanggung jawab untuk mengembalikan putriku!"

Ratu Heloise yang biasanya selalu bersikap lemah lembut dan penuh maaf, kali ini berdiri menghampiri Wren sambil berkacak pinggang. "Pengawal! Jebloskan penjahat ini ke dalam penjara sekarang!"

****

The Unwanted Princess [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang