Saat itu mereka saling berpelukan di bawah hujan deras yang mengguyur tubuhnya, tak peduli jika demam menyerang sekalipun kedua insan tersebut hanya saling memberi kehangatan. Terkadang memberi jarak hanya untuk menatap satu sama lain dan tertawa bersama, bahkan Wang Yibo tidak merasa canggung. Rasa ini seperti dia sudah lama mengenal pria di hadapannya, senang, bahagia, lalu rasa nyaman.Namun jangan dulu kau tanya apakah Wang Yibo masih mencintainya? Sebab bertahun-tahun lamanya mereka terpisah, tak ada yang mengatakan kalau dia memiliki seorang kekasih yang selalu menunggunya, tak ada yang mengatakan kalau kekasihnya berada tepat di depannya saat itu, bahkan ibunya sekalipun.
Walaupun dengan begitu Wang Yibo membuktikan jika dia masih memiliki rasa terhadap Xiao Zhan, dia mengejarnya ketika mengetahui bahwa pria itu adalah kekasihnya. Rasa sesak yang timbul membuat cara kerja otak menafsirkan bahwa dia harus memberikan penjelasan.
Dan kini Xiao Zhan berkata. "Kenapa kau masih menangis?" Ibu jarinya sambil mengusap air mata Yibo.
"Entahlah, aku hanya bahagia. Namun aku juga merasa bersalah." Yibo menundukkan kepala.
Lantas Zhan menyentuh dagu pemuda itu, ia mengangkatnya perlahan sampai wajah pucat itu terlihat lebih jelas lagi, dan seketika ia mencium singkat bibir milik Wang Yibo. "Yang sudah berlalu maka biarlah berlalu, aku pun bahagia kau telah kembali. Jika kau merasa bersalah tetaplah berada di sisiku."
Melihat pria di hadapannya tersenyum Wang Yibo merasakan kehangatan yang luar biasa, seakan di dalam tubuhnya banyak sekali kupu-kupu yang berterbangan, bunga-bunga yang bermekaran dan angin sejuk yang menerpa, ia bingung dengan rasa ini.
Namun saat itu juga Wang Yibo memajukan wajahnya untuk mencium kening Zhan lembut. "Berikan aku kesempatan untuk mengenal mu lagi," bisik dirinya yang langsung menurunkan wajahnya agar bisa mencium bibir tipis milik Xiao Zhan. "Dan kali ini aku yang memintamu untuk tetap berada di sisiku."
Ungkapan dan sentuhan hangat dari pemuda itu membuat Zhan seakan bermimpi, namun ia tak ingin mimpi itu menghilang. Ia juga tak ingin membuka matanya sebab takut jika saat dirinya melakukan itu Wang Yibo tidak ada di hadapannya lagi.
Namun bersama helaan napas Xiao Zhan mengangkat kedua tangannya untuk menyentuh tubuh di hadapannya, merasakan jantungnya yang masih berdetak, leher jenjangnya dengan apel Adam yang naik turun, lalu ia menyentuh tengkuknya dan memajukannya sedikit demi sedikit agar Xiao Zhan bisa meraih bibirnya.
Saat kedua bibir itu saling bersentuhan, Xiao Zhan membuka matanya dan menatap mata Wang Yibo. Bulu matanya begitu indah, bahkan sisa rintik hujan masih bergantung di sana. Ketika setetes air itu jatuh ke dalam mata Zhan, dia memejamkan matanya sehingga air itu mengalir dari sudutnya seperti dia sedang menangis. Dan ini mengingatkan dirinya saat ia menangisi Wang Yibo pada hari itu, hari dimana kehidupannya terasa hancur.
Karena tak tahan dengan bibirnya yang masih bersentuhan, Wang Yibo menciumnya dengan penuh kasih. Lidahnya bermain di dalam sana, rasa hangat dan lembut menyatu, Xiao Zhan bahkan sangat bergairah sekarang. Tapi dia tak mau kehilangan kendali, salah satunya harus ada yang sadar kalau ini adalah bukit yang sewaktu-waktu orang lain bisa datangi.
Lantas Xiao Zhan mendorong tubuh Yibo kuat-kuat sebab pemuda itu tak mau melepaskan bibirnya dari sana, setelah berhasil Wang Yibo merasa ketakutan kalau pria di hadapannya marah.
"Maafkan aku, apakah itu sakit?" Wang Yibo mengusap bibir Zhan dengan ibu jarinya.
"Sial! Sentuhan ini kenapa membuatku gila?" Xiao Zhan membatin.
"Kita harus pergi dari sini, kemana pun kau pergi aku ikut denganmu." Dia menggenggam tangan Yibo yang mulai keriput, bahkan tangannya pun sama.
Sebab mereka terlalu lama terkena air hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You Until The End [Selesai]
Romance{BL} Hidupnya tidak akan lama lagi, Wang Yibo menarik diri dari semua orang. Siapa sangka, kalau seorang pria datang mengulurkan tangannya, memberi arti hidup yang penuh warna.