3.MOOD

2.4K 277 98
                                    

Happy reading
terimakasih sudah singgah
Jangan lupa vote dan komentnya
________

Mood Ara benar-benar tidak baik untuk pagi ini, setelah semalam mendengar langsung ucapan Irena yang mengatakan ia akan jodohkan.

Ingatan Ara masih teringat jelas, saat semalam mereka tiba di rumah, dengan penasaran Galang bertanya.

"Bun emang kak Ara mau di jodohin sama siapa? kerjaannya apa?" tanya Galang dengan raut wajah kepo.

"Kamu ini kayak cewek aja, kepo.Orang kaka kamu aja gak nanya," ucap Dani terkekeh.

"Ada deh anak sahabat Ayah sama bunda, profesinya Tni,"sahut Irena tersenyum.

Pecah sudah tawa Galang yang menertawakan Ara, ia begitu ingat ucapan Ara yang sangat tak mau berhubungan dengan seorang abdi negara, tetapi kini dan selamanya kakanya akan terikat.

Menyebalkan dengan kesal Ara memilih pergi, ia ingin marah tetapi semuanya sungguh percuma. lagi dan lagi ia memakan ucapannya sendiri.

Dengan perasaan dongkol, Ara menuruni satu persatu anak tangga, untuk sampai lantai bawah.

"Kak senyum dong, bentar lagi mau lamaran kok malah bete gitu,"ucap Galang tersenyum jahil menatap Ara yang tak bersemangat seperti biasanya.

"Diem lo! gk usah nyari ribut gua lagi males debat!"sahut Ara dengan kesal mengambil alih roti panggang, yang sudah di olesi selasi kacang.

"Kak mulutnya, siapa yang ajarin, nada basahasanya gitu, di ganti, jangan lo gua. gak baik, bunda sama ayah gak ngajarin gitu yah," tegur Irena menyodorkan segelas susu coklat ke arah putrinya.

"Maaf bun," sahut Ara melahap pelan roti selainya.

"Ara kamu marah dengan perjodohan ini?maaf, kalau kamu merasa terbebani dengan keputusan kami, tetapi semua yang kami lakukan demi kebaikan kamu nak,"ucap Dani membuka suara setelah menatap anak gadisnya yang begitu berbeda dari biasanya.

Ara mendongakkan kepalanya menatap Dani tersenyum kecil."Ara gapapa kok, Ara cuman kaget aja, semua yang terjadi terlalu cepat, Ara gak mikir kesana, maafin Ara yah, bun, Ara bakal terima perjodohan ini kok."

Irena membuang nafasnya lega menatap putrinya tersenyum."maafin bunda sayang, bunda mungkin egois, tetapi di balik keegosisan bunda, ada rasa cemas yang teramat dalam, kita gak selamanya ada di samping kalian nak, jadi ini satu-satunya jalan yang bunda sama Ayah ambil."

"Bunda gak perlu minta maaf, apapun yang menurut kalian baik, Ara bakal nurut selagi itu buat kalian bahagia. Ara bakal jalaninya, bunda gk boleh bilang gitu,"lanjut Ara sedih memeluk Irena dengan sayang.

"Makasih sayang, bunda bangga sama kamu,"balas Irena tersenyum membalas pelukan putrinya.

"Bunda gak perlu bilang makasih."

"Sudah dong nda, kak jangan mewek, mending sarapan deh, bentar lagi telat," ucap Galang yang tak tega melihat kedua perempuan yang sangat disayangnya.

"Bener tuh, mending sarapan deh bentar lagi telat, bunda mau ngajar juga kan?," ucap Dani ikut menimpali.

Tak ada percakapan lagi, mereka semua menikmati sarapan dengan hangat canda gurau seperti sebelum-sebelumnya.

Setelah menghabiskan sarapan mereka, Ara dan Galang berlalu pergi setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya.

Ara sampai di kls dengan raut wajah datar menatap semua teman kelas yang menyapa dan tersenyum padanya, Ara bahkan enggan membalas sapaan mereka moodnya sangat tidak baik.

ARABELA STORY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang