Hai
Terimakasih sudah singgah
Jangan lupa vote komentnya
________Usia kandungan Ara menginjak sembilan bulan begitu tak mudah melewati masa-masa memgindamnya sendirian tanpa ada Fhatur di sampingnya kadang Ara kesal menangis menahan rindu dengan sosok suaminya itu.
Dipaksa mandiri oleh keadaan walaupun begitu banyak keluarga Ayah bunda Galang serta Hana dan Mamah papahnya Ara tetaplah sedih karena Fhatur tak ada di sampingnya.
"Kak kalau kamu rasain perut sakit atau apapun bilang"
Ara terkekeh"bunda dari tadi ingetin itu terus"
"Malah ketawa bunda serius,sebentar lagi Mamah sama papah kamu kesini"
"Iyah bunda tadi papah sudah telpon"
"Iyah kak,kamu gak merasa apapun beneran"? tanya Irena sekali lagi
"Nggak bun cuman lelah aja perut Ara makin gede yah" ucapnya terkekeh mengelus perutnya nya yang sudah membuncit
Irena tertawa"aneh sekali kamu ini,sebentar lagi mau lahiran gimana gak gede "
"bunda dia nendang"lirih Ara merasakan perutnya yang di tendang
"Sakit"tanya Irena dengan khawatir nya.
"Lumayan nda,gak kayak biasanya" ucap Ara
"Kita ke rumah sakit yah"
"Nggak bunda belum waktu nya,"
Irena tersenyum menganggukan kepalanya paham.
Tak lama Rani dan Herman sudah tiba du kediaman mereka.
"Mah pah"ucap Ara yang ingin beranjak menyalimi mereka
"Duduk aja sayang gak papa" cegah Rani yang berjalan cepat ke arah Ara.
Ara tersenyum menyalimi mama dan papanya bergantian.
"Kamu gak ngerasain apapun"? tanya Rani
"Gak mah"
Irena tertawa"dari tadi enggak mulu Ran" ucapnya
Rani ikut terkekeh memilih duduk di samping Ara sesekali mengelus punggung Ara.
"Yang kuat nak,sebentar lagi Fhatur sudah balik" ucap Herman tersenyum
"Iyah Pah,"sahut Ara
"Heran aku biasanya kalau dekat-dekat melahirkan perut aku suka sakit bahkan sebelum jauh-jauh hari udah stay di ugd" ungkap Rani
"Sama aku juga heran,mungkin karena anaknya manut yah gak mau nyusahin bundanya"lanjut Irena tersenyum
"Benar sekali Iren,aku rasa juga gitu huh anak pinter besar nanti harus kuat tabah kayak Ayah dan bundanya" ucap Rani tersenyum mengajak anak Ara berbicara
Ara hanya tersenyum tipis menanggapi lontaran Irena dan Rani.
"Mah,papah dapat panggilan dari kantor bagaimana ini"
"Sudah pah pergi aja gapapa disini masih ada Ibunda dan mamah" ucap Ara
"Tapi nanti-"
"Sudah pah pergi aja,nanti telpon bang Rafa atau Galang bentar lagi sudah balik"
"Yasudah papah pergi,kalau ada apa-apa kabarin papah yah mah"
"Iyah mas nanti aku kabarin"ucap Rani.
Herman menganggukan kepalanya segera pergi setelah berpamitan pada mereka.
"Ara haus"
"Sebentar biar bunda yang ambilkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARABELA STORY (END)
Teen FictionFhatur tersenyum menatap hijab Ara yang di terpa angin laut tangan lelaki itu dengan gesit menahan hijab Ara agar tidak terangkat memperlihatkan anak rambutnya. Walaupun di tempat ini tidak ada siapapun selain mereka tetap saja lelaki itu selalu po...