pov Stephen.

104 14 1
                                    







Oke guys sebelum kita ke ceritanya, sebenarnya aku mau cerita kegalauan aku beberapa hari sebelum ini, galau beratt bingung mau bikin pov Stephen ato only y/n, selama 3 harian mikirin bikin pov Stephen apa gausaaa...

Tapi aku mikir, kalo bikin pov Stephen, nanti bisa acak-acakan, soalnya aku masih belum jago, bikin ginian jujur ajaaa, tapi disisi lain aku pengen kita rasain apa yang dirasain Stephen ga siii, gimana si dia sebenarnya, jadi yaaa aku mutusin bikin sudut pandang Stephen,
doain semoga ga acak-acakann, Hope u enjoyyy.




Pagi hari sejak kejadian malam itu, Stephen terbangun dari tidurnya, saat itu ia benar-benar merasakan hal yang belum ia rasakan sebelumnya, ia tidak mengalami mimpi buruk yang sama.

Stephen ingat bahwa ia bersama y/n semalam, bahkan y/n meninggalkan jaketnya...
Stephen berpikir, bagaimana y/n, pulang? Apa dia baik-baik saja? Stephen khawatir dengan keadaan y/n, tapi ia tidak bisa menemui wanita itu hari ini, ia tidak ada jatwal untuk kelas hari ini, nomor telpon? Ia belum memintanya...

Bagaimana cara untuk menemui y/n...
Apa aku harus kerumahnya dengan alasan untuk mengantakannya ke kampus?
Tapi bukankah itu berlebihan? Bodoamatlah yang penting aku bisa bertemu dengannya, minimal tau kabar tentangnya.

Waktu menunjukan pukul 7:00, Stephen sudah selesai bersiap-siap untuk pergi ke rumah y/n.

Stephen adalah orang yang sangat rapi, kompeten, dan berkomitmen, tidak heran ia bangun lebih awal, bahkan terlalu awal untuk seorang dosen.

----

Sekitar jam 7:20 Stephen sampai di rumah y/n.

; Apakah aku harus masuk? Atau menunggunya disini... Kata Stephen sambil melirik kearah rumah y/n

Saat itu Stephen benar-benar penasaran, apa yang membuat ia tidak mengalami mimpi buruk itu lagi.

Stephen memutuskan untuk menunggunya di depan rumah...
Waktu menunjukan pukul 7:40, akhirnya y/n keluar rumah.

Jam segini y/n baru mau menuju kampus? Pikir Stephen sambil menatap heran kepada y/n.

Stephen keluar dari mobil, dengan tujuan untuk mengantarkannya ke kampus.

; Selamat pagi, kata Stephen sambil menatap y/n

y/n terlihat kaget melihat Stephen yang berdiri di depannya sepagi ini.

; Eh selamat pagi pak, ada apa? Tanya y/n dengan ekspresi sedikit bingung, bagaimana tidak Stephen yang tiba-tiba muncul sepagi ini di depan rumahnya...

Pertanyaan pertama yang di tanyakan Stephen adalah

; Apa kau baik-baik saja?

Itu benar-benar hal yang di pendamnya dari tadi.

; Ah iya aku baik-baik saja, balas y/n

; Iya baik, aku ada urusan di dekat sini tadi pagi, kebetulan setelah menyelesaikan urusanku, tidak sengaja lewat depan rumahmu, jadi sekalian saja, balas Stephen dengan berbohong.

Mengapa aku berbohong? Padahal tinggal bilang saja kalau aku mau menawarkan ia tumpangan, tapi kenapa aku malu...

; Astaga pak, tidak perlu mengantarku, aku bisa pergi sendiri, kata y/n dengan menolak tawaran Stephen.

; Sudah terlanjur, lagipula sebentar lagi kau akan terlambat, tidak perlu sungkan ayo naik.

y/n pun langsung naik, pikirnya, siapa juga yang mau menolak tawaran angkutan gratis.

Di perjalanan menuju kampus, seperti biasa sangat sunyi, Stephen hanya diam, begitu juga dengan y/n.

Seperti biasa y/n membuka topik pembicaraan.

Something different from youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang