Flashback.

80 10 8
                                    

Aku menginginkannya.

Stephen memberikanku tiket untuk bertemu (meet and greet) dengan Sherlock Holmes.

Detektif Jenius yang kugagumi sejak kecil, ini benar-benar impianku dari dulu.

"Apakah ini nyata?" Kataku sambil menyubit pipiku"

"Ah, sakit" jeritku.

"Kau ini kenapa, lihatlah pipimu jadi merah karena kamu menyubitnya" balas Stephen sambil mengoles"kan tangannya ke pipiku.

"Aku, tidak..."

Tidak tau lagi apa yang harus kukatakan, yang bisa kulakukan hanyalah memeluk Stephen, dan berterimakasih karena sudah memberikan ini kepadaku.

"Mulai sekarang jangan putus asa untuk mengejar karirmu sebagai detektif oke?" Kata Stephen sambil mengelus-elus rambutku.

"Tapi aku ingin kau bersamaku" sahutku.

"Aku akan selalu bersamamu sayang, tapi kau janji tidak akan pergi?" Tanya Stephen.

"I Promise, kamu juga janji"

"I Promise"

(Telpon berdering dari bibi Nat)

Aku langsung buru-buru mengangkatnya.

Bibi Natasha: "y/n, kau bersama Stephen?"

y/n: "iya aku bersamanya, ada apa?"

Bibi Natasha: "baguslah, hari ini kau menginap disana, di rumah bibi akan ramai, mungkin kamarmu akan di pakai nanti"

y/n: "oh, baiklah"

"Ada apa?" Tanya Stephen.

"Nothing, bibi hanya mau aku menginap dirumahmu, katanya dirumah sebentar ramai" balasku.

Mendengar hal itu Stephen hanya mengangguk paham.

"Baiklah ayo lanjut pestanya" kataku.

"Iya, tapi tidak dengan minum-minum" sahut Stephen.

"Ah tidak seru"

Aku dan Stephen pun kembali masuk kedalam untuk melanjutkan pesta pada malam itu.

---

Jam menunjukan pukul 23:30.

Baiklah kita lihat sekarang siapa yang mabuk...

"Baiklah Stephen, ayo kita pulang" kataku sambil merangkul Stephen.

Kita bergantian sekarang, tadi Stephen banyak meminum wine karena Tony mengajaknya, dan lihatlah dia sekarang...

"Pacarku cantik sekali hari ini" balas Stephen yang sedang tersenyum menatapku.

"Ah ya baiklah, tapi kita harus segera pulang ayo"

"Pulang? Tidak kita akan menikah" balas Stephen.

Lihatlah dirinya, sangat menggemaskan saat mabuk bukan? Tapi ini waktunya untuk pulang.

"Baiklah, kita akan menikah tapi kamu harus naik mobil dulu, oke?" Balasku.

"Benar? Janji ya?" Tanya Stephen sambil memberikan jari kelingkingnya, dengan maksud berjanji.

Gemas sekali melihatnya seperti ini, aku pernah melihatnya mabuk sekali, tapi ini benar-benar lucu.

"Iya janji" kataku sambil mengulurkan jari kelingkingku untuk bergandengan dengan jari kelingking Stephen.

"Good, baiklah ayo ke mobil" sahut Stephen.

Aku merangkul Stephen menuju mobil, astaga dia benar-benar begitu berat saat itu, punggungku terasa panas saat menahannya.

Something different from youWhere stories live. Discover now