What's wrong with Stephen?

104 14 6
                                    





Pov Stephen.

Pagi hari, seperti biasanya hari senin, hari dimana kita lebih banyak bekerja daripada istirahat.

Aku akhirnya tiba di kampus dengan perasaan yang bisa dibilang bahagia, bagaimana tidak, beberapa hari lalu aku baru saja jalan-jalan bersama y/n.

Pagi itu aku sengaja melewati kelas Hukum Perdata, hanya untuk melihat apa yang dilakukan y/n pagi ini.

; Mari kita lihat sedang apa y/n sekarang...

Perlahan-lahan, aku melewati kelas itu, terlihat y/n dan seorang murid lelaki, siapa itu? y/n terlihat sangat dekat dengannya.

Beberapa kali aku melihatnya tersenyum bersama lelaki itu.

; Apa hubungan y/n dengannya?

Aku melanjutkan langkahku menuju ruangan dosen, siapa sangka pagi ini bukannya aku memikirkan bagaimana kelas sebentar, aku malah memikirkan hubungan y/n dan murid disebelahnya yang ternyata Peter.

; Ah sudahlah memangnya kenapa kalo y/n tersenyum kepadanya? Bukankah itu bagus? Tandanya ia bahagia.

Saat itu aku melanjutkan beberapa tugasku, sampai tak terasa sudah jam istirahat.

; Akhirnya, ah iya aku lupa, aku membawakan y/n minuman kesukaannya.

Tanpa berpikir panjang aku langsung bergegas ke kantin untuk memberikan minuman ini kepadanya, siapa sangka dosen sepertiku ke kantin mahasiswa, padahal kami dosen memiliki kantin sendiri.

Sudahlah aku hanya memberikan ini dan langsung pergi...

Ditengah perjalananku ke kantin aku melihat seseorang yang tampak familiar baru saja keluar dari toilet...y/n?

Astaga sepertinya dia sedang sakit perut, aku langsung bergegas berjalan kearah y/n, tapi...

Terlihat seorang lelaki yang mencegat y/n di depan pintu keluar toilet, bucky?

Ternyata muridku, terlihat Bucky yang memberikan y/n sesuatu kepada y/n saat itu, mereka juga terlihat sangat dekat, sama seperti saat bersama Peter tadi pagi, y/n terlihat tersenyum kepada Bucky.

Mengapa y/n selalu tersenyum? Mengapa banyak lelaki yang mendekatinya, dan mengapa aku mendekatinya?

Pemikiran seperti itu seketika membuatku sadar, bahwa diriku bukanlah satu-satunya, melainkan salah satunya...

Saat itu juga aku memutar balik badanku dan kembali kearah ruangan dosen, perasaanku menjadi tidak beraturan, aku mengharapkan hal ini akan berjalan dengan baik, nyatanya aku salah mengenainya, hal yang baru saja aku lihat barusan, menyadarkanku bahwa y/n memiliki era yang berbeda denganku.

Yah bagaimana tidak, aku dan y/n terpaut usia belasan tahun, dan sepertinya y/n seharusnya tidak bersamaku.

Seharusnya y/n memilih mereka yang memiliki selera, kehidupan, dan rasa yang sama, bukan bersama denganku.

Aku berterimakasih kepadanya, oleh karena dirinya, aku bisa melepaskan kenangan indah yang kuukir bersama Christine, kenangan dimana yang awalnya indah menjadi suram, dan y/n adalah orang dimana kenangan itu hanya menjadi sebatas kenangan saja, tidak lebih, dan sepertinya hal itu akan kulakukan kepada diriku terhadap y/n.

Bahwa aku dan y/n hanya sebatas kenangan saja...

Bahkan hal terkecil pun, yang kita anggap sepele, bisa menjadi hal yang membuat kita menyepelekan hidup kita sendiri.
-author

Kelas Hukum Pidana pun tiba.

Baiklah yang harus kulakukan adalah melanjutkan tugasku sebagai seorang dosen.

Something different from youWhere stories live. Discover now