sore kelabu

127 31 9
                                    


Dianjurkan membaca sambil mendengarkan rekomendasi lagu yang ada di atas ⬆️

Hari ini ketika bel pulang berbunyi, gue langsung cabut dari kelas tanpa nungguin temen-temen gue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Hari ini ketika bel pulang berbunyi, gue langsung cabut dari kelas tanpa nungguin temen-temen gue. Langkah ini dilakukan untuk menghindari Kareindra dan teman-temannya. Karena apa? Karena gue merasa malu banget setelah insiden indoor atau outdoor tadi siang.

Sekarang gue udah mandi dan baru aja kelar sholat asar. Mukenanya pun belum gue lepas karena gue suka berlama-lama pake mukena di dalam ruang ber-ac karena sensasinya kayak di pegunungan. Adem banget.

Samar-samar gue mendengar suara teriakan dari lantai bawah. Ralat orang berdebat yang diselingi dengan teriakan. Lama-lama suara itu makin jelas karena pintu kamar gue hanya tertutup setengahnya.

Tanpa melepas mukena yang gue pakai, gue berjalan pelan keluar kamar dan menuruni tangga sambil menunduk.

"Kamu pikir kamu bisa ngambil Orisa dari aku?"

Suara yang dari tadi hanya terdengar sayup-sayup kini menjadi sangat jelas. Tangan gue langsung mencari kontak seseorang, jaga-jaga jika ada hal yang nggak diinginkan terjadi.

Gue mengendap-ngendap menuruni tangga kemudian berhenti di balik lemari pembatas ruang tamu dan ruang tengah. Terlalu penasaran isi pembicaraan dua orang berbeda gender itu.

"Nggak ada orang yang bisa misahin aku dengan anakku! Camkan itu!"

"Tapi aku ayahnya! Aku juga punya hak!"

Deg.

Air mata gue langsung meluncur satu persatu. Gue tersenyum miris. "Ayah ya?"

Satu kata yang nggak pernah gue tau makna sebenernya.

"Kemana aja kamu selama ini? Lima belas tahun kamu menghilang. Dan sekarang kamu muncul dan ngomongin hak? Nggak malu kamu?"

"Aku pergi memperbaiki hubungan aku dan keluargaku, Winna. Aku lakuin ini semua agar kalian berdua bisa hidup tenang disisa hidup kalian."

"Dan nggak ngasih kabar apapun? Kamu kira kita berdua batu yang nggak butuh makan dan minum? Kamu ninggalin aku sama Orisa tanpa sepatah kata apapun."

Dada gue terasa sangat sesak. Segala emosi tercampur menjadi satu. Ouh, ini sangat menyakitkan.

"Keadaan yang menuntutku bersikap seperti itu. Mulai saat ini biarkan aku menebus dosa-dosaku. Izinkan aku hidup bersama anakku, Winna."

"Tinggalkan aku dan Orisa dan lanjutkan kehidupan kamu seperti dulu. Anggap kita berdua udah mati. Keluar dari rumahku sekarang!"

"Winna ternyata kamu terlalu banyak berubah."

"Winna yang dulu kamu kenal sekarang sudah mati. Jadi enyahlah sekarang, aku capek."

"Makanya kembali denganku lagi, kamu nggak usah susah payah kerja kayak gini."

"Dan menjadi istri keduamu? Atau selingkuhanmu? Dan nantinya aku juga akan tinggal bersama jalang penggoda yang lima belas tahun lalu merusak kehidup-"

Bintang 5 🌟Where stories live. Discover now