malam yang panjang

148 27 9
                                    

⚠️ Tw // Suic!de attempt & blood
Hal-hal jelek jangan ditiru!

⚠️ Tw // Suic!de attempt & bloodHal-hal jelek jangan ditiru!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nera:
Makasih ya cil lo udah jadi
temen terbaik gue.

Bilangin mama winna, nera
berhalangan hadir. Maaf
banget :(( dan semoga kalian
selalu bahagia ^.^

Gue sayang banget sama lo
cila <3

Jantung gue berdetak sangat cepat, nafas gue memburu ketika memikirkan kemungkinan terburuk yang Nera lakukan. Tangan Bintang sesekali mengelus punggung tangan gue ketika berada di lampu merah. Cowok itu bahkan berkali-kali mengucapkan kata-kata penenang biar gue nggak sepanik ini.

Kilas balik kenangan bersama Lavinera langsung memenuhi otak gue. Dulu gue nggak punya temen akrab jaman sekolah menengah pertama. Gue penyendiri, gue yang susah berteman dengan orang baru, dan gue yang masa bodo dengan segala bentuk pertemanan. Hingga anak baru dengan rambut nyentrik menyalami gue di hari pertama gue jadi anak kelas delapan. Katanya dia mau duduk sama gue karena gue cewek tercantik di kelas ini. Emang aneh alasannya tapi semenjak itu kehidupan putih biru gue sedikit ada perubahan.

Nera selalu mengenalkan teman-teman ekskulnya ke gue. Dia yang anak baru tapi dia yang kenal banyak orang dibanding gue. Nera selalu melibatkan gue, meminta pendapat gue, pokoknya dia nggak mau gue merasa terabaikan kalau ada kerja kelompok.

Gue selalu merasa kalau gue itu cuma ampas yang nggak berguna. Nggak ada hal di dunia ini yang bisa gue lakuin. Gue cuma terpaku sama rasa sakit dan segala luka di masa lalu gue. Tapi Nera ngeyakinin gue kalau gue berharga. Gue nggak sejelek apa yang gue pikir. Gue keren. Nera nggak suka kalau gue terus-terusan ngerendahin diri gue sendiri.

Tangan gue cepat-cepat menghapus dua bulir air mata yang jatuh. Malu kalau nangis di depan Bintang. Mobil ini berhenti di depan rumah yang terlihat tidak ada tanda-tanda kehidupan. Lampunya mati semua. Gue keluar mobil dengan langkah tergesa-gesa. Persetan sama ngilu yang makin nyut-nyutan di kaki gue, perasaan gue makin nggak enak.

Setelah susah payah Bintang membuka pintu gerbang rumah Nera, gue langsung berlari memasuki rumah dua lantai tersebut. Apalagi setelah mengetahui pintu utama rumah ini tidak terkunci, langkah gue makin lebar. Bintang di belakang gue mengikuti gue sambil menekan saklar lampu agar rumah ini tidak gelap gulita seperti rumah kosong.

"Dikunci, Kak," ucap gue ketika berdiri di depan kamar Nera.

"Jangan ketok-ketok ataupun teriak. Biar aku dobrak aja. Kamu minggiran kesini."

Gue menjauh dari pintu sambil menggigiti ujung jari gue. Terlalu panik karena sudah lima kali dobrakan tapi pintu kamar Nera tidak kunjung terbuka juga.

"Aku bantu ya, Kak?" tawar gue karena nggak tega liat badan Bintang yang udah berkucur keringat.

"Jangan, Fla."

Bintang 5 🌟Where stories live. Discover now