happy for you mama

115 24 4
                                    

"Makasih," ucap gue ketika seseorang mengulurkan sapu tangan ke arah gue yang lagi duduk di ayunan belakang rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih," ucap gue ketika seseorang mengulurkan sapu tangan ke arah gue yang lagi duduk di ayunan belakang rumah.

"Tadi Tante Winna sempet nyariin." Gue menoleh ke arah cowok yang sekarang lagi duduk di sebelah gue. Berdoa aja semoga ayunan kayu yang udah tua ini nggak ambruk diduduki dua manusia dewasa.

"Disuruh makan. Kamu belum makan kan dari kemarin sore?"

Sial!

Jenggala Kabintang bener-bener ya..

Gue masih mengulum bibir sambil menunduk. Masa baru dipanggil pake sebutan kamu, lo langsung mau pingsan sih  Cil?!

"Fla?"

Gue mendongakkan kepala, menatap Bintang yang pagi ini super ganteng pake atasan batik warna coklat tua dan celana bahan warna hitam. Mirip sama warna kebaya yang lagi gue pake.

"Makan yuk?"

"Aku kalau liat Mama pasti langsung nangis, Kak."

Setelah acara akad selesai, gue langsung melarikan diri ke halaman belakang rumah karena nggak kuat liat mama yang juga nangis waktu itu.

Kalau kalian tanya gimana rasanya bisa liat orang tua kita menikah pas kita udah segede ini, yang gue rasain adalah gue seneng. Seneng banget. Akhirnya mama gue nggak memikul beban sendirian, akhirnya mama gue punya temen cerita sebelum tidur, temen berkeluh kesah, temen yang bisa ia jadiin sandaran setelah puluhan tahun ia bersandar sama dirinya sendiri.

Saking senengnya, air mata gue nggak mau berhenti pas denger Om——ralat Papa Erza ngucapin bacaan ijab kabul. Setiap gue liat wajah mama, air mata gue langsung turun. Deres banget. Sampe gue takut make up bakal luntur kalau kebanyakan nangis.

"Mau makan disini?"

"Boleh?" tanya gue ragu.

"Aku ambilin bentar." Cowok itu beranjak dari ayunan dan berjalan ke arah pintu belakang rumah gue.

Nggak ada sepuluh menit, Bintang kembali ke halaman belakang sambil membawa sebuah piring di tangannya.

"Kok cuma satu doang? Kak Bintang nggak makan?"

"Bareng. Aku ambil dua sendok."

Lagi-lagi gue dibuat salting sama tingkah cowok di sebelah gue.

"Soalnya kalau ambil dua piring terus Tante Winna liat yang ada kamu nggak bakal dibolehin makan disini. Dan aku bakal kena omel juga."

Gue terkekeh mendengar ucapan Bintang. Bisa aja ngelesnya nih anak satu.

"Makan yang banyak."

Gue mengangguk lalu (mencoba) fokus sama acara sarapan sepiring berdua kali ini. "Enwak."

"Kok Kak Bintang udahan?"

"Tadi udah sempet sarapan di rumah. Masih kenyang."

Gue mengangguk sambil menghabiskan sisa makanan yang ada di piring. "Abis makan kebayaku langsung ngetat gini."

Bintang 5 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang