pohon mangga

133 30 26
                                    

Salah satu bad habit gue adalah berlarut-larut dalam kesedihan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Salah satu bad habit gue adalah berlarut-larut dalam kesedihan.

Seperti adegan klise yang selalu terjadi, gue selalu mengulangi hal yang sama setiap momentnya. Kali ini yaitu melanjutkan adegan menangis diam-diam di kamar sampai dini hari.

Efeknya ialah gue bangun dengan kepala yang lumayan pening seperti orang baru saja menenggak dua botol vodka.

Dan bagian terburuknya adalah apel pagi di hari jumat yang sangat terik ini.

Gue nggak tau akan ada pengumuman sepenting apa sampai-sampai apel jumat pagi ini maju satu minggu lebih awal dari jadwal bulanannya.

"Lo kayak zombie banget deh, Cil," celetuk Isa sambil memeluk lengan gue. Kita berlima berjalan seperti biasanya dengan gue yang sebagai center menuju ke arah lapangan tengah.

"Ini nanti kalau gue tiba-tiba pingsan ada anak PMR yang bakal nolong gue, kan?" tanya gue memastikan.

"Nanti gue suruh Rein ngangkat lo biar kayak di drama korea," jawab Nera yang bikin gue geregetan pengen noyor kepalanya.

"Kalau bisa request, gue maunya digendong sama Ayang Hanif," sahut gue yang langsung mendapat cubitan di lengan dari Nera.

"Nyali Acil gede banget kalau mau gelut sama Nera." Kanin geleng-geleng. "Hari ini gue jaga di belakang."

Isa menoleh ke arah Kanin. "Gue juga." Senyum cewek itu merekah. "Tumben banget kita nugas barengan gini."

"Gue juga mau dong baris di belakang. Ngadem di bawah pohon jambu," celetuk gue sambil memandang malas ke arah lapangan yang mulai dipadati oleh murid-murid.

"Paling nanti lo digiring sama guru BK kalau nekat neduh di bawah pohon jambu." Selin bersuara setelah dari tadi fokus mengunyah permen mentosnya.

Kami bergegas masuk ke dalam barisan minus Isa dan Kanin karena hari ini tugas jaga belakang. Yang satunya anak PMR, satunya anak OSIS.

Gue, Nera, Selin baris di bagian tengah-tengah. Dengan gue yang berada di depan Selin dan belakang Nera. Jadi perkelas model barisannya adalah lajur memanjang ke belakang.

Sinar matahari pagi ini sangatlah terik. Gue sampe merem-merem mencari keberadaan Rein di barisannya. Biasanya cowok itu ada di tengah. Namun kali ini cowok itu tumben-tumbenan berada di bagian depan. Baris nomer tiga dari depan.

Alih-alih fokus ke Rein, gue malah tersenyum lebar manakala menyadari eksistensi manusia ganteng banget mampus menyilaukan berada di samping gue.

"Kalau gue pingsan bisa kali lo gendong gue, Nif," ucap gue sambil menahan tawa.

Fyi, barisan kelas AK 1 bersebelahan dengan TKR 3 pagi ini.

Hanif tertawa mendengar ucapan gue sedangkan Nera langsung membalikkan badannya menghadap gue.

Bintang 5 🌟Where stories live. Discover now