7. CAPEK

173 24 0
                                    

Pagi-pagi pipi Ajun terasa nyeri karena cakaran dari tangan Hiro.

"Sakit Hiro." Ajun dengan mata yang setengah melek, menghalau tangan Hiro yang masih berusaha merusuh padanya.

"Bangun Jun, salat." Kala yang membawa Hiro kekamar tamu ini, dia membuka gorden agar cahaya yang malu-malu muncul bisa menyinari Ajun biar berkah.

"Hmm," gumam Ajun yang masih mengantuk. Sekarang dia sudah tidak diganggu tangan mungil sang anak, soalnya Hiro udah dia peluk.

"Jangan ham hem ham hem doang, buru bangun!" menarik selimut Ajun, Kala mengambil Hiro dari pelukan Ajun.

"Apaan si, Hiro masih mau peluk gue."

"Lo bau," setelah berhasil mendapatkan Hiro, wanita itu keluar dari kamar untuk pergi ke dapur.

Ajun mengangkat dua tangannya, mencium keteknya.

"KAGA BAU GUE LA!" teriaknya setelah memastikan bahwa dirinya tidaklah bau.

Kala yang sudah berada di dapur hanya bisa memutar bola mata.

"Hiro mau ikut Ayah gak?" tanya Kala pada Hiro.

"Kemana?"

"Naik kuda-kudaan."

Hiro berbinar, anak laki-laki itu mengangguk mendengar penuturan sang Ibu.

"Iro ikut," balasnya dengan antusias.

"Yayah!" teriaknya dengan keras setelah dirinya sudah terduduk meja makan.

"Napa cil?" Ajun kayanya suka banget sekarang pake sarung. Muncul-muncul cuma pake kaos sama sarung yang dilipat asal.

"Naik uda-udaan!"

"Waduhh, pinggang Ayah encok Ro." Ajun sudah berpose seolah sedang sakit pinggang.

Tapi dimata Hiro papanya lagi ngelawak, makanya bocah itu tergelak.

Ajun sudah mengerut bingung, kenapa juga malah diketawain padahal dia lagi encok?

"Nanti bawa Hiro ke pasar malem Jun."

"Ha? Pasar malem mana?"

"Lapangan depan loh."

"Oh." Ajun menggaruk kepalanya. "Tapi nanti malem gue mau keluar."

"Iya Hiro diajak sekalian. Mau keluar sama Rika kan? Sekali-kali pacarannya bawa anak lah, biar kalau besok kita udah cerai Hiro bisa deket sama mama barunya, Rika."

Ajun menoleh terkejut, maksudnya apa nih bawa-bawa cerai segala?

"Lo ngomong apaan si?"

"Realistis aja."

"Gak denger gue. Lagi pake sarung." Ajun pura-pura tidak peduli, dia duduk di kursi makan.

"Ya terserah, yang penting nanti malam harus bawa Hiro."

"Emang lo mau kemana si? Dirumah doang laginya."

"Mau ketemu temen."

"Siapa?" Ajun bertanya dengan cepat.

"Gak perlu tau kan lo? Ingat kan perjanjian kita?"

Ajun melengos, mukanya sudah asem tapi yang bisa dia lakukan hanya diam.

"Bekal udah gue siapin, suapin Hiro bentar ya. Gue mau beli sayur."

Tidak mendengar Ajun menjawab, Kala artikan sebagai tanda setuju.

Ajun diam-diam menatap Kala yang menjauh, rasanya seperti aneh melihat wanita itu jadi bersifat dingin semenjak dirinya didiamkan beberapa hari lalu.

Memang si masih suka ngomel, tapi Ajun ngerasa Kala sedang membangun tembok tinggi yang membuat Ajun susah untuk meruntuhkannya.

HOME 'KIMJUNKYUWhere stories live. Discover now