36. JAGA DIRI LO BAIK-BAIK

187 34 28
                                    

Kala balas tatapan Ajun yang lurus masuk kedalam bola matanya. Untuk ke beberapa kalinya mereka bisa bertatapan intens seperti ini, dan Kala sangat tahu bahwa keadaan sedang sangat serius banget sekarang.

Kala menunggu kalimat yang akan diucapkan Ajun dengan perasaan tak keruan, ditambah ucapan beberapa detik setelahnya seketika membuat dunia Kala serasa runtuh.

"Gue mau ngambil hak asuh Hiro."

DUARRRRR.

Hatinya mencelos luar biasa.

"Apaan?" tanpa sadar suara Kala meninggi.

"Iya La, lo nggak salah denger." Ajun meneguk ludah berat, dilihatnya wajah Kala yang memerah membuat Ajun mati-matian menahan diri untuk tetap dalam pendirian agar tidak goyah.

"Jun, gue mau ngasuh Hiro, Jun." Kala perlahan menurunkan suara. "Gue gak mau dipisahkan sama Hiro."

"La, gue bukannya mau memisahkan lo sama Hiro dengan tanpa alasan. Tapi lihat kondisi lo, dengan keadaan lo yang nggak punya pekerjaan, gimana cara lo ngerawat Hiro." Ajun menjelaskan dengan tenang alasan kenapa dia mau ngambil hak asuh Hiro.

"Maksud gue, oke gue masih bisa ngasih finansial buat kebutuhan Hiro. Tapi gimana sama elo? Buat kebutuhan lo, keseharian lo?" lanjut Ajun.

"Gue bisa kerja. Gue bakal cari kerja dengan cepat. Gue lulus tepat waktu, gue punya gelar. Gue bisa cari kerja!"

"Nah, itu juga yang jadi pertimbangan gue La. Kalau lo kerja gimana dengan Hiro? Dia masih butuh pengawasan, kalau lo kerja siapa yang jagain dia?"

Kala terdiam dengan wajah semakin merah, entahlah karena marah atau menahan tangis.

"Sehabis nikah Rika bakal resign dan fokus jadi ibu rumah tangga. La, biarin Rika yang jaga dan ngerawat Hiro ya. Rika punya banyak waktu luang. Lo masih bisa kok ketemu Hiro. Atau kalau lo lagi luang lo boleh ngajak Hiro nginep dirumah. Tapi buat ngurus sehari-hari biar gue sama Rika aja ya." Masih dengan intonasi rendah, Ajun berbicara.

Kala tidak bisa berkata apa-apa, tenggorokannya terasa tercekat. Kalimat-kalimat yang dilontarkan Ajun begitu telak di dadanya. Sangat menyesakkan.

"Jun, di dunia ini gue hanya punya Hiro. Keluarga gue udah gak ada, kalau lo mau ngambil Hiro juga, terus gue sama siapa?" bibir Kala bergetar. Matanya mulai memanas, "Hiro semangat gue Jun. Dia yang bikin gue kuat dan bertahan saat ini, disaat lo yang katanya janji mau bareng-bareng terus sama gue dan Hiro, nyatanya lo bakal ninggalin gue juga. Gue gak ada temen Jun disini, gak ada keluarga, lo tega mau misahin gue sama dia?" Wajah Kala makin pias.

"La, gue bukannya tega. Tapi kita juga harus liat kondisi." Ajun melengos, tidak mau menatap Kala yang sekarang sudah meneteskan air mata yang tidak dapat terbendung.

"Gue bakal berjuang Jun, gue bisa cari orang buat ngejaga Hiro selagi gue lagi kerja. Biarin dia sama gue. Biarin Hiro selalu sama gue, disisi gue. Jangan pisahin gue sama dia. Gue mohon, Jun." Kala memelankan suaranya diakhir kalimat, tenggorokannya begitu sakit.

Ajun tetap melengos, suara Kala semakin bergetar membuat dirinya harus mati-matian agar tetap di pertahanannya.

"Kala, kita udah pernah ngomong ini sebelumnya. Jika suatu saat gue beneran sama Rika, hidup bareng sama Rika, gue bakal ngedeketin Hiro sama Rika. Karena Rika juga bakal jadi ibu Hiro, La. Gue pengin Rika juga deket sama Hiro, mereka bakal jadi ibu dan anak."

"Dengan lo misahin gue sama Hiro? Lo mau bikin gue ngejauh sama dia?" Kala menatap Ajun dengan kabur akibat terhalang air mata yang masih setia merembes keluar.

"Gak gitu La. Gue kan udah bilang lo masih boleh nemuin dia, kalau weekend lo boleh ngajak dia nginep dirumah ini."

"Jun lo egois banget. Gue nggak masalah kalau lo milih Rika disaat lo ada gue dan Hiro disini. Tapi dengan lo mau ngerebut Hiro juga lo beneran bajingan." Kala mengusap air matanya yang masih mengalir, "Lo tau banget gue paling gak bisa dijauhin dari Hiro tapi lo tetep kekeh mau ngambil hak asuh Hiro. Lo tuh emang ada niatan buat ngejauhin gue sama Hiro kan? Lo nggak mau gue deket-deket sama Hiro biar rumah tangga lo sama Rika tenang tanpa bayang-bayang gue?"

"Kenapa sih La pikiran lo jelek banget? Gue beneran mau berbuat yang terbaik buat Hiro. Dia masih kecil, dia butuh kasih sayang utuh dari seorang ibu dan ayah, dan di kondisi lo nanti, dia bakal jadi gak punya figure ayah, kalau dia sama gue dia bakal punya keluarga yang lengkap, keluarga yang utuh."

"YA YANG BIKIN DIA JADI GAK PUNYA KELUARGA LENGKAP JUGA GARA-GARA LO ANJING!" Kala berteriak dengan penuh emosi. Makian tidak dapat dia tahan. "Lo yang bikin dia harus ngelihat perpisahan Mama dan Yayahnya. Lo mikir sampai sejauh ini gak sih Jun?"

"Semua udah terjadi La, gue nggak mau mikir yang nggak gue kehendaki."

Kala menekan rahangnya, perasaan sedih bercampur marah menyatu sekarang. Dia sedih karena Hiro mau diambil darinya, dia juga marah karena sikap Ajun yang begitu semena-mena terhadapnya.

"Gue nggak bakal ngelepas Hiro gitu aja. Gue bakal menangin hak asuh dia." kata Kala dengan mata lurus menatap Ajun yang sekarang sudah kembali membalas tatapannya.

Ajun mengangguk pelan, makanannya yang belum tersentuh sama sekali sudah dingin sekarang. Namun Ajun memilih untuk beranjak dari duduknya.

"Oke kita liat aja hasil di persidangannya." Ajun berbicara sambil berdiri, "Gue mau balik ke Bandung sekarang. Rika udah nunggu, takut kelamaan. Sorry makanannya gak jadi gue makan." Ajun melirik jam tangannya lalu dengan buru-buru masuk kedalam kamar tamu untuk mengambil koper yang sudah tergeletak rapi diatas kasur dengan isi penuh barang-barang miliknya.

Kala masih terdiam dikursi makan, tangan-tangannya meremat kuat satu sama lain. Giginya bergeletuk. Wajahnya sudah semakin merah.

"Gue pamit ya La. Maaf dan makasih untuk 3 tahunnya. Gue nggak pernah nyesel udah tinggal bareng sama lo selama 3 tahun. Maaf kalau gue banyak iseng dan bercanda selama ini, maaf juga udah sering bikin lo marah-marah. Kedepannya kita jalan di jalur masing-masing ya La." Ajun berdiri di ujung dapur. "Oh sama satu lagi," laki-laki itu menjeda kalimatnya, tatapannya tertuju pada beberapa piring dan mangkuk yang berada diatas meja makan. "Lo harus tahu kalau sejauh ini masakan lo yang paling enak dari apapun. Gue suka banget sama capcay yang lo masak, makasih udah masakin untuk hari ini meski gue gak jadi makan." Ajun memelankan suaranya diakhir kalimat. "Semoga gue nggak kangen masakan lo ya, La."

Ajun tidak melihat reaksi apapun dari Kala, wanita itu hanya mematung dengan pandangan lurus.

"Semoga lo juga bisa nemuin laki-laki yang bisa menemani lo sampai akhir hayat. Laki-laki yang lebih baik dari gue." Lanjut Ajun untuk kalimat perpisahan mereka. "Maaf atas omongan gue pas di gudang waktu itu, gue nggak bisa nepatin janji gue. Karena ternyata semesta tidak bisa mendukung hubungan kita."

Ajun menghela napas panjang, "Gue pamit sekarang ya. Jaga diri lo baik-baik, maaf gue gue nggak bisa menemani lo untuk waktu yang lebih lama. Maaf untuk semuanya." Perlahan langkah Ajun terdengar menjauh, sebelum benar-benar menghilang dari balik pintu, Ajun kembali bersuara.

"Assalamualaikum, gue pergi sekarang ya, La."

Begitu mendengar suara pintu tertutup, Kala langsung menjatuhkan wajah keatas meja. Sekujur tubuhnya terasa lemas, air matanya kembali keluar dengan deras tanpa dapat dia tahan.

Dadanya begitu sesak, semua perkataan Ajun begitu nyeri di dadanya.

Ditengah-tengah tangisnya, Kala bergumam dengan bibir bergetar.

"Waalaikumsalam."

***






Kala🥺🥺 ayo peluk kenceng buat Kala huhu

HOME 'KIMJUNKYUWhere stories live. Discover now