EXTRA CHAPTER

153 15 5
                                    

15 tahun kemudian.

"MAMA, YAYAH GANGGUIN HIRO NIH!" teriakan lantang itu menjuru ke segala ruangan rumah keluarga Winata.

"APAAN, ENGGAK! ORANG YAYAH LAGI MAIN GAME KOK YA." Pria 40 tahun balas berseru dengan keras.

"Ayah bisa diem gak si? Anaknya lagi belajar malah diganggu buat main game. Buru sini bantu Mama pasangin ayunan buat Kana." Kala muncul dari balik pintu dengan muka garang, seperti biasa.

Hiro sontak tertawa melihat Yayahnya langsung patuh berdiri dari kasur miliknya yang tadi digunakan untuk rebahan.

"Aku kan mau ngasih refreshing Hiro biar gak belajar mulu La, kasian tau nanti otaknya ngebul." Ajun ngeles dengan muka cemberut.

"Jangan banyak alasan, buru ketaman belakang sana."

Ajun auto lari kenceng melihat pelototan garang Kala. Udah tua gitu sifat garang Kala bukannya mereda malah makin membara.

"Kamu jangan terlalu keras belajar ya, Ro. Kalau capek istirahat sebentar enggak apa-apa." Kala menghampiri Hiro yang sedang duduk dimeja belajar dengan komputer menyala menampilkan tugas yang tengah dia kerjakan.

"Iya Ma, bentar lagi juga selesai kok." Balas pemuda 18 tahun itu dengan senyuman.

"Kalau udah selesai nanti langsung gabung ke taman belakang ya, Mama buat cookies kesukaan kamu loh." kata Kala dengan senyum lembut.

Hiro mengangguk, "Siap, Ma."

"Anak pintar Mama." Kala mencium puncak kepala anaknya itu dengan sayang.

Dirinya masih tidak menyangka Hiro telah beranjak dewasa, rasanya masih kemarin dirinya merawat anak manis ini. Tetapi sekarang pemuda yang dulu selalu menemani dirinya berjuang untuk menerima kenyataan pahit manis kehidupan, sudah memasuki masa kuliah.

Sejujurnya Kala tidak ingin anak laki-laki nya ini menjadi dewasa. Namun apalah daya, ia tak bisa menghentikan ataupun mengulang waktu.

"Ya udah kalau gitu mama duluan ya. Mama, Yayah sama adek tunggu di taman belakang." Pamitnya yang diangguki Hiro.

"Andai aja aku beneran jadi anak Mama Yayah, aku pasti bakal lebih bahagia tanpa dibayang-bayangi perasaan takut."

***

"La, punggung aku encok." Ajun berteriak dengan nada kesakitan akibat punggungnya dijadikan sebagai mainan kuda-kudaan oleh anak perempuannya yang saat ini berumur 7 tahun.

Kala yang baru saja masuk ketaman belakang langsung tertawa melihat Ajun sudah memerah wajahnya.

"Kana turun dulu yuk, Ayah sakit pinggang itu." Kala menuntun Kana, gadis kecil mereka, untuk turun

"Huuu~ ayah lemah, masa gitu aja enggak kuat. Kalah sama Kak Iro!" Kana cemberut sambil turun.

"Badan kamu itu bongsor loh Na, mana kuat Ayah. Ayah udah tua, stamina Ayah udah gak kaya kakakmu yang masih muda." Ajun menidurkan diri diatas rumput, benar-benar ringkih badannya, padahal umur masih 40 tahun, tapi udah kaya aki-aki jompo umur 70 tahun, dah.

Dulu waktu umur 20-an saban hari ditunggangi Hiro masih strong, sekarang udah gak kuat banget, rasanya mau rontok semua tulang-tulangnya. Apalagi putri mereka memiliki tubuh yang sedikit berisi.

"Minum dulu sini tehnya." Kala menaruh nampan berisi teh dan toples cookies keatas tikar yang sudah tergelar diatas rumput.

"Bawain atuh Ma, Ayah ga kuat." Kata Ajun dengan lemas.

"Makanya kamu tuh olahraga jangan rebahan mulu." Kala membawa secangkir teh herbal kesukaan Ajun.

"Gym nya Jidan bikin males banget, masa tiap ke sana aku nggak dikasih gratis atau minimal diskon gitu harga temen."

HOME 'KIMJUNKYUWhere stories live. Discover now