34. KALA CAPEK

143 27 9
                                    

Kala membereskan rumah selama Hiro main.

Rasanya sangat tenang tanpa teriakan Hiro maupun gangguan dari laki-laki itu.

Namun meskipun demikian, dia merasa ada sesuatu yang mengganjal.

Seperti tenang namun tak diharapkan.

"Bodoamat udah lah, jalani aja takdir yang udah ada." Kala mengangguk-angguk, menguatkan diri sendiri.

Saat ini dirinya sedang melipat baju yang kemarin dijemur, tak sengaja tangannya menyentuh benda menonjol dari saku jas Ajun yang sedang dia lipat.

Harusnya Kala tak memperdulikan benda itu.

Tapi entah kenapa lain hati lain tindakan, tangannya sudah dengan kurang ajar menelusup kedalam saku jas. Mengambil benda itu yang tertinggal di kantong jas.

"Cincin nikah?"

Kala menatap cincin yang digunakan untuk pernikahan mereka 3 tahun silam dengan pandangan sulit dijelaskan.

Dia kembali memasukan cincin tersebut.

"Segitu niatnya sampe ninggalin cincin disembarang tempat." Gumamnya sambil meneruskan kegiatannya.

Dia menoleh kearah jari manisnya, terdapat cincin yang memiliki ukiran sama seperti yang tadi dia pegang.

Belum pernah dia lepaskan sekalipun sejak 3 tahun lalu.

Dan bagaimana bisa laki-laki itu meninggalkan sembarang cincin yang berharga seperti ini?

"Kayanya emang gue yang kolot pikirannya. Mana bisa dia beneran sama gue disaat dia aja masih belum selesai dengan masa lalunya."

Kala menertawakan dirinya sendiri. Sungguh konyol bukan?

Ajun tetaplah Ajun yang tidak bisa meninggalkan Rika meskipun dia sudah menikah dengan Kala.

Ajun sudah cinta mati dengan Rika, meskipun Kala sudah menjadi istrinya, tidak akan memudarkan cinta Ajun untuk sang kekasih yang sudah terjalin selama 9 tahun itu.

Mereka menikah pun karena Rika yang andil besar dalam tragedi itu.

Namun karena Ajun memang sudah cinta mati, maka meskipun Rika pernah menyakiti hatinya, dia tidak akan membenci. Dia akan tetap menyayangi Rika apapun yang terjadi.

***

Malam hari Hiro menangis kencang sambil memanggil-manggil Yayahnya.

Anak laki-laki 3 tahun itu memberontak saat Kala mencoba menggendong.

"YAYAH HUAAAAAA."

Kala sudah pusing pake banget, karena sejak tadi Hiro tidak mau makan, tidak mau main, bahkan mandi pun tidak mau.

Yang anak laki-laki itu mau hanyalah Yayahnya.

Meskipun dalam keadaan seperti ini bisa saja dirinya menelpon laki-laki itu untuk pulang menenangkan sang anak.

Namun dia tidak mau, dia tidak akan merecoki Ajun. Biarkan laki-laki itu menyelesaikan dulu masalah yang sedang dihadapi.

"Hiro makan dulu ayo. Kamu dari abis main belum makan loh."

"NDAK MAUU, IRO MAU YAYAH HUAAA." tangisnya semakin kencang.

"Kan lagi kerja Nak."

"MAUU YAYAH."

"Iya, Ayah kamu lagi kerja. Nanti juga pulang, tapi sambil nunggu ayah makan dulu ya."

Hiro tetap menggeleng, meski tangisnya sudah sedikit reda dia tetap memanggil-manggil Ayahnya.

Kala sedikit tergores hatinya melihat bagaimana anak kecil ini mencari-cari sang Ayah yang sebentar lagi akan meninggalkan rumah ini.

Tidak akan bisa lagi pagi-pagi saat bangun tidur disambut sang ayah yang super jahil, tidak akan lagi malam-malam antusias menunggu ayahnya pulang dengan membawa mainan. Tidak akan ada lagi sore-sore bermain bola sepak dihalaman depan bersama Yayah. Tidak akan ada lagi hal-hal seperti itu.

Meski Kala tidak akan melarang Ajun menemui Hiro, tapi tetap saja Hiro bakal bertanya-tanya tentang Ajun. Anak laki-laki itu selalu rindu pada sang Ayah. Entah karena Hiro lebih nyaman dengan Ajun, atau Ajun yang memang mudah dirindukan.

"Makan ya Nak, kalau nggak makan nanti perut kamu sakit."

"Iro mau makan kalau sama Yayah."

Kala menghela napas berat, bagaimana bisa makan kalau menunggui Ajun pulang.

Besok adalah hari dimana Kala akan mulai menyerahkan berkas-berkas ke pengadilan, dia akan mulai memprosesnya dengan cepat.

Kala sudah menyiapkan segalanya sejak tadi sehabis melipat baju.

Tekadnya semakin kuat saat melihat cincin itu yang tersimpan dikantong jas.

Namun sebenarnya saat melihat Hiro begini–yang memangis mencari-cari Ayahnya–Kala sedikit cemas.

Takutnya Hiro memiliki trauma.

Kala takut dengan psikis sang anak. Takut bakal ganggu masa pertumbuhan anak laki-laki 3 tahun itu.

Tanpa sadar air mata Kala merembes turun dari pelupuk matanya.

Capek.

Capek banget dengan jalan hidupnya yang seperti ini.

Ditinggal keluarga dengan secara bersamaan dihari pentingnya. Lalu sekarang, laki-laki yang tempo hari berjanji tidak akan meninggalkannya pun berdusta.

Lantas Kala harus bagaimana?

Kala capek.

Tapi dia nggak bisa menyerah. Dia nggak boleh putus asa. Masih ada Hiro yang menjadi tanggungannya.

Hiro yang membuatnya harus kuat dan semangat.

Karena ada janji dari orang yang dia sayang untuk selalu menjaga bayi tidak berdosa itu.

***

Cukup lama membujuk Hiro untuk meredakan tangis sekaligus mau makan.

Sekarang sudah cukup malam, Hiro pun sudah terlelap dengan keadaan hidung merah karena lama menangis.

Sambil melihat bagaimana sang anak yang tertidur pulas, Kala maju mencium lama kening Hiro.

Menyalurkan segala kasih sayangnya pada sang anak. Membiarkan perasannya tenang dengan memberi ciuman pada Hiro.

"Maaf Ro, maafin Mama. Mama malah yang membuat kamu harus merasakan keluarga yang tidak utuh. Mama sangat bersalah. Semua salah Mama, maafin Mama ya Ro." Dengan suara cukup pelan Kala mengucap maaf dengan penuh penyesalan.

"Semoga kamu bisa lebih memiliki nasib baik ya Nak kedepannya. Jangan kaya Mamamu ini."

***













Haii guys met malming yaaaa, btw beberapa hari lalu aku sempet ngedit video vlog ala-ala gitu. Video Ajun dan Kala ngedate.

Tapi gatau deh bakal aku post atau gak soalnya aku ngerasa kek kurang gitu ngeditnya, but kalau emang nanti aku udah ngerasa sreg sama videonya nanti aku post.

Kemungkinan kalau (KALAU) aku post pas udah mau ending ya. (but please jangan berharap apa-apa apalagi berekspetasi tinggi soalnya sebenarnya aku lagi suka ngedit tapi gak mau ngedit yang ribet gitu jadi kek polosan doang).

Woksseee segitu dulu ga, see u Minggu depan

Eh atau hari kamis ya? Kalian lebih mending milih kamis atau Minggu guys?

Ya pokoknya see u<333

HOME 'KIMJUNKYUWhere stories live. Discover now