33. SENDIRIAN

144 28 10
                                    

Kala mencoba menulikan pendengaran saat dirinya baru aja jalan pulang dari toko depan komplek, ibu-ibu yang sedang berkumpul di warung perempatan terdengar bergosip dengan panas.

"Eh beneran?"

"Iya, kemarin aku sama suamiku ngintip dari jendela. Si cewek dipeluk sama Mas Ajun."

"Wah, serem banget."

"Iya jeng, saya juga kaget banget sama tangis perempuan yang kedenger. Kenceng banget sampe rumah saya."

"Apa itu selingkuhan Mas Ajun ya jeng?"

"Kayanya begitu, soalnya kemarin aku lihat Mas Ajun keluar rumah sambil ngerangkul si cewek masuk mobil."

"Ya ampun, kasian banget Mbak Kala. Mana anaknya masih kecil."

"Bener mbak, padahal kita lihat mereka adem-ayem ya."

"Laki-laki emang begitu Bu, udah punya istri masih aja doyan sana-sini."

"Aduh serem banget ya. Semoga kita dijauhkan sama yang kaya gitu ya jeng."

Kala yang masih ada di jarak 10 meter dari para ibu-ibu itu terdiam ditempat.

Berita tentang kegaduhan dini hari tadi rupanya sudah tersebar dengan cepat di komplek tanpa bisa dia cegah.

Sebenarnya Kala merasa tidak terusik dengan hal itu, namun dia lebih merasa miris dengan dirinya sendiri yang begitu menyedihkan dipikiran ibu-ibu komplek.

Dengan kekuatan yang dia pegang, Kala melanjutkan langkahnya yang sempat membeku. Membiarkan ibu-ibu yang sedang bergosip itu melihat dengan mata kepala sendiri orang yang sedang digosipkan tiba-tiba muncul, entah dirinya akan semakin digosipkan atau dikasihani setelah ini.

Kala tersenyum ramah saat ibu-ibu itu menyapa.

Beruntung tidak ada yang menyeletuk asal.

"Kayanya gue harus semakin membiasakan diri dengan keadaan kaya gini."

***

"Yayah mana Ma?"

Baru saja Kala menginjak pelataran rumah, Hiro yang barusan bermain dengan Pak Haji berlari mendekatinya.

"Halo sayang, Hiro laper belum? Mama bawa susu kedelai loh, kesukaan kamu kan? Hiro mau minum sekarang nggak?" Kala mengeluarkan susu kedelai dari dalam tas belanjaan.

Hiro menggeleng, mukanya menampilkan kesedihan.

"Yayah mana Ma? Kok ndak ada dirumah." katanya mengulang lagi pertanyaannya.

"Hiro mau main di taman nggak? Nanti abis beres-beres Mama antar ya ketaman. Kemarin main bola sama temen-temen seru nggak Ro?" Kala menggendong Hiro. Membawanya masuk kedalam rumah.

"Ma, Yayah mana."

Wanita itu menghela napas, susah payah dirinya mengalihkan pembicaraan, namun sang putra tetap menanyakan laki-laki itu.

"Lagi pergi Hiro, tadi pagi Ayah kamu ada kerjaan, jadi harus kekantor." Kebohongan pertama yang akan menuntun kebohongan-kebohongan lainnya setelah ini.

Hiro menurunkan air muka, "Yayah bakal pulang ndak?"

"Iya dong, kan mau main sama Hiro." Tidak Ro, ayahmu nggak bakal pulang lagi setelah ini.

"Beneran?" Ada binaran kecil saat Hiro mendengar kebohongan Kala.

Kala tidak mengangguk, dia menurunkan Hiro dari gendongan. Lalu mengeluarkan susu kedelai dan roti brownies yang tadi dia beli di toko.

"Kamu mau?"

Hiro mengangguk antusias. 

"Habis ini Hiro mandi sendiri ya."

"Mama ndak mandiin Hiro?"

"Emang Hiro nggak mau mandi sendiri?"

Mata mungil itu nampak mengerjap, "Iro udah besar Ma?" tanyanya polos.

Senyum Kala merekah kecil, "Sebentar lagi Hiro bakal umur 4 tahun. Berarti udah besar dong."

"Kalau Iro besar, Iro mandi sendiri?"

Kala mengangguk, "Hiro harus belajar mandi sendiri."

Hiro nampak senang, dipikirnya kalau mandi sendiri bakal bisa main air sepuasnya tanpa harus dihentikan oleh sang Ibu.

"Iro mau mandi sendiri!" Teriak anak laki-laki itu dengan antusias.

"Pintarnya anak Mama."

"Iro pintar karena Iro anaknya Mama Yayah," ucapan dari anak menggemaskan itu terdengar begitu nyeri di dada Kala.

Dia mengelus puncak kepala sang anak, hanya tersenyum tanpa menjawab perkataan Hiro yang terakhir.

***

Kala membiarkan anaknya bermain sendiri diruang keluarga, sedangkan dirinya duduk diatas kasur dengan dihadapannya terdapat kado besar yang diberikan Ajun tadi malam.

Kala bimbang mau membukanya atau tidak.

Laki-laki itu berpesan harus membuka kado tersebut kalau dia lagi nggak ada dirumah. Dan sekarang Ajun nggak ada dirumah. Seterusnya sepertinya juga gak bakal dirumah lagi.

Namun dia juga merasa sangat tidak sudi menerima pemberian laki-laki itu.

Tetapi ada yang membuat dirinya sangat penasaran, yaitu surat yang ada didalam kado tersebut.

Dari tadi malam dia sangat tidak sabar untuk membaca surat yang sampai-sampai membuat Ajun malu mampus seperti itu. Sebenarnya apa sih isi suratnya?

Ditengah kebimbangannya, teriakan Hiro terdengar kencang manggilnya, membuat Kala menoleh ke luar kamar.

"MAMA!"

Kala dengan cepat berlari menuju sumber suara.

"Ada apa sayang?"

"Iro mau main sama teman-teman."

Dahi Kala mengerut, "Kamu yakin?" Bukannya nggak boleh, tapi baru kali ini Hiro mau main tanpa dirinya menemani.

Kepala kecil itu mengangguk dengan meyakinkan, "Ada teman-teman diluar." Hiro menunjuk ke luar rumah.

Kala berjalan keluar rumah dengan Hiro dibelakangnya.

Dan tidak diduga terdapat sekitar 7 anak laki-laki yang hampir sepantaran dengan Hiro berdiri di teras. Kala tau mereka teman main Hiro ditaman.

"Tante kita mau main sama Hiro." Salah satu anak yang Kala ketahui namanya yaitu Mario, berbicara. Dia mewakili teman-temannya yang mau mengajak Hiro main.

Kala tersenyum hangat. Dia berjongkok menjajarkan posisi pada sang anak.

"Jangan nakal ya sama teman-teman. Kalau capek pulang." Pesannya pada Hiro.

Hiro mengangguk, lalu anak laki-laki itu bergabung pada segerombolan bocil komplek untuk bermain di taman.

"Dadah Mama." Hiro melambaikan tangan dengan senyum lebar.

Tangan Kala ikut melambai membalas pamitan Hiro.





"Kenapa semua terasa ninggalin gue sendirian."

***

Mingdep ketemu lagi yaaa, semoga Seninnya berjalan dengan baik💖

See u<33

HOME 'KIMJUNKYUWhere stories live. Discover now